Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hampir Menyentuh Landasan Pendaratan, Gagal, Seketika Terbang Lagi
22 November 2023 15:18 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerita ini tentang penghujung penerbangan penulis bersama PPID Kementan Ibu Mufrida hari Senin pagi, 20 November 2023, dari Jakarta menuju Manokwari, Papua Barat dengan transit dan ganti pesawat di Makasar, Sulawesi Selatan, dalam rangka visitasi ke Polbangtan Manokwari untuk Monitoring dan Evaluasi (Monev) Internal Keterbukaan Informasi Publik Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Monev internal tersebut diikuti seluruh unit kerja Kementan sebagai program tahunan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Utama Kementan di bawah koordinasi Bapak Dr. Kuntoro Boga Andri selaku PPID Utama/Kepala Biro Humas Kementan yang beberapa tahun terakhir sukses membawa Kementan sebagai Kementerian Informatif peringkat pertama.
Namanya juga penghujung penerbangan, tentu saja cerita ini saat pesawat yang menulis tumpangi, Lion Air, sudah berada di atas kota Manokwari, dan penulis sudah bersiap-siap untuk proses pendaratan.
"Penumpang yang terhormat, disebabkan kecepatan angin di bandara Rendani, Manokwari, di atas batas yang diizinkan untuk keamanan pendaratan maka pesawat akan berputar-putar di atas kota Manokwari sekitar 30 (tiga puluh) menit. Jika kecepatan angin di bandara tetap tidak aman untuk pendaratan maka pesawat akan dialihkan ke bandara Frans Kasiepo di Biak," pilot mengumumkan disertai permintaan maaf atas ketidaknyamanan penumpang.
ADVERTISEMENT
Dada dag dig dug ya pastilah, apalagi ada sedikit rasa curiga, apa iya itu alasan sebenarnya? Lah cuaca terang dan cerah begitu, terlihat jelas di luar kaca jendela pesawat, kok ndak bisa mendarat?
Namun penulis meyakini kebenaran ucapan pilot Lion Air tersebut, kan pilot tidak boleh bohong kepada penumpang. Lebih baik pilot diam atau gunakan bahasa yang multi interpretasi daripada bohong kepada penumpang. Misal pakai kalimat 'karena alasan teknis'.
Pesawat tentu saja sering terasa miring saat berputar-putar. Ternyata itu cukup mampu membuat penulis seolah merasakan ada air keringat di telapak kaki penulis. Sedikit rasa takut menghampiri ternyata hahaha. Sebelum akhirnya pilot memberi tahu pesawat akan memulai proses pendaratan. Artinya sudah dapat izin mendarat dari petugas bandara.
ADVERTISEMENT
Penulis menafsirkan, berarti putaran berikut setelah pemberitahuan pilot adalah putaran untuk proses pendaratan, agak lega.
Sayap pesawat sudah terlihat mulai dilebarkan pertanda kecepatan pesawat sudah berkurang sehingga butuh perluasan sayap untuk menstabilkan daya angkat pesawat sekaligus membantu proses penurunan ketinggian pesawat. Tetiba saja teringat ucapan (alm) Pak Presiden Prof. Dr. Habibie dulu, tokoh cerdas anak bangsa yang hampir saja berhasil mengantarkan bangsa Indonesia sebagai salah satu pemain terdepan dalam industri pesawat terbang.
Pramugari Lion Air nan ramah-ramah itu pun sudah berkeliling mengingatkan penumpang untuk menaikkan sandaran kursi, melipat meja makan, dan membuka jendela. sambil senyum yang membuat penumpang tak akan mampu menolak perintahnya tentunya.
Sebuah prosedur wajib untuk mengantisipasi keadaan darurat menjelang pesawat landing alias mendarat. Penulis juga sering menjadikan itu sebagai tanda pesawat benar-benar sudah siap untuk mendarat. Yang terakhir ini tentu versi penulis saja. Base on pengalaman hahaha!
ADVERTISEMENT
Penulis duduk kursi sekitar nomer 4 dari belakang, dekat jendela, plus agak intens memperhatikan sayap pesawat pula. Posisi sayap pesawat, sepengalaman penulis mengamati, sudah dalam posisi siap untuk proses mendarat dan jika roda pesawat menyentuh landasan pendaratan, bagian tertentu di sayap biasanya akan tegak membantu pengereman.
Entah kenapa, tiba-tiba penulis teringat pendaratan gagal salah satu pesawat di Jogja beberapa tahun lalu yang berujung terbakarnya pesawat di ujung landasan dengan jumlah korban tidak sedikit karena kapten pilot memaksakan mendarat dan menolak pendapat Co Pilot untuk terbang lagi.
Otomatis saja kewaspadaan penulis agak naik diiringi naiknya juga adrenalin penulis. Plus terasa tambah kencang dag dig dug di dada. Plus lagi, lutut kok agak terasa makin waspada juga. Maklum, sudah mau setengah abad.
ADVERTISEMENT
Ombak di bawah sudah makin jelas kelihatan, tanda ujung landasan pendaratan sudah dekat. Sudah terdengar pula bunyi yang menandakan roda pesawat keluar dari sangkarnya bersiap untuk proses pendaratan.
Ombak makin terlihat jelas. Pesawat sudah makin menurun stabil namun belum masuk areal bandara Rendani. Dan penulis sudah tidak berkedip menengok keluar. Bukan karena takut, tapi penasaran seperti apa pendaratannya. Apakah akan hard landing atau soft landing?
Pesawat sudah berada di atas area bandara. Pagar pembatas area bandara juga sudah dilewati. Rumput-rumput bandara sudah bisa dilihat mata telanjang. Penulis menantikan untuk melihat ujung aspal pendaratan.
Kenapa ini penulis lakukan? Informasi yang penulis dapat sebelumnya, landasan bandara Manokwari pendek. Jadi kalau pesawat lama terbang di atas landasan pacu, ada kemungkinan tergelincir di ujung landasan dan posisi penumpang harus tidak boleh kaget dalam situasi itu. Harus dalam posisi paling siap menghadapi semua kemungkinan seperti terdapat dalam buku-buku petunjuk yang ada di kursi penumpang. Penulis mempersiapkan diri untuk itu.
ADVERTISEMENT
Ujung landasan aspal bandara itu akhirnya terlihat. Roda pesawat belum menyentuh landasan serasa lama terbang di atas landasan itu, belum juga roda pesawat menyentuh landasan, pesawat rasanya sudah sangat rendah sekali. Penulis refleks saja bersiap dengan segala kemungkinan sesuai prosedur yang penulis pahami.
Lah kok malah mesin pesawat menderu semakin kencang? Bukankah harusnya makin halus?
Lah kok kecepatan pesawat meningkat? Bukankah harusnya makin lambat?
Lah kok pesawat menajam naik? Bukanlah harusnya mendarat?
Refleks penulis menengok ke arah luar belakang pesawat dari jendela. Ternyata pesawat baru saja meninggalkan ujung landasan pendaratan. Betapa pendek serasa landasan pesawat tersebut.
Lutut penulis otomatis saja serasa agak lemas dan gemetaran. Dada makin dag dig dug. Mungkin mendekati panik. Di saat itulah penulis ingat pernah membaca buku penerbangan, entah apa judulnya dan entah kapan, intinya panik hanya akan merugikan dalam situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Penulis berusaha menenangkan diri. Mengatur pernafasan agar stabil dan tentu saja berzikir makin cepat. Karena dari tadi sudah berzikir dalam hati. Apa pun situasinya, dalam penerbangan tidak boleh panik dan di luar penerbangan tentunya juga sama.
Sambil berzikir penulis tidak henti memperhatikan sayap pesawat. Posisi sayap penulis lihat masih seperti posisi take off. Tidak berselang lama, sayap pesawat mulai mengecilkan luasnya dan sudah dalam posisi penerbangan setelah proses take off selesai.
Tidak berselang lama juga, tanda pemasangan sabuk pengaman juga sudah dimatikan. Pesawat menuju bandara Fans Kasiepo di Biak. Dan akhirnya pesawat Lion Air yang penulis tumpangi dari Makasar, JT 784, mendarat dengan mulus di bandara Fans Kasiepo Biak Nufor.
ADVERTISEMENT
Sekitar jam 14.30 WIT pesawat take off dari bandara Frans Kasiepo menuju Manokwari. Sekitar 30 menit kemudian mendarat mulus di bandara Rendani, Manokwari, Papua Barat.
Alhamdulillah.... wa syukurillah...
Menutup tulisan ini penulis ingin menyampaikan dua hal.
Pertama, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pilot Lion Air yang telah menerbangkan pesawat dengan kode penerbangan JT 784 dari Makasar menuju Manokwari hari Senin pagi, tanggal 20 November 2023.
Kecepatan anda sebagai Kapten Pilot dalam mengambil keputusan, sudah dijadikan asbab oleh Allah SWT menyelamatkan kami semua. Saya yakin anda sebagai Kapten Pilot bersama Co Pilot sangat sangat fokus tentang keselamatan penumpang dan penerbangan. Semoga anda dibalas dengan balasan setimpal oleh Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Kedua, sebuah pengalaman spiritual tercipta bagi penulis saat kritis pendaratan yang berujung take off kembali tersebut. Betapa saat kritis itu kita berada dalam spritulitas yang sangat tinggi dan sangat dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, yang tak bisa digambarkan dengan untaian kata dan hanya bisa diresapi. Peresapan yang mampu mengeluarkan air mata kehambaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
Semoga pembangunan perpanjangan landasan Bandara Rendani yang direncanakan selesai akhir tahun ini bisa terwujud, aamiin.