Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Hope Egypt Hold Me Tight
11 Januari 2025 11:03 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mesir adalah negara yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehku sebagai tempat untuk melanjutkan menuntut ilmu setelah lulus SMA. Bahkan bisa dikatakan, dulu saat masih SMA, aku sangat tidak suka dengan negara Arab karena di pondokku mewajibkan menggunakan bahasa Arab yang membuatku merasa tertekan karena belum terbiasa.
Itu menjadi kesan pertama yang buruk bagiku bahkan berlanjut sampai dua setengah tahun berikutnya.
Tapi hari semakin berlalu, pada percakapan santai antara aku dan teman-temanku, kami mulai membicarakan tentang ke mana kami akan melanjutkan sekolah setelah lulus dari sini. Membicarakan universitas ternama di seluruh negeri. Membicarakan fakultas dan jurusan yang kami inginkan, bahkan membicarakan kehidupan anak kuliahan yang bagi kami saat itu terlihat indah dan santai.
ADVERTISEMENT
Tidak pernah terlirik olehku Universitas Al Azhar yang memiliki kerja sama dengan sekolahku. Padahal jika dipikir-pikir, jalan untukku berkuliah di sana terbuka lebar sejak hari pertama aku dinyatakan lolos di SMA ini. Saat itu, di pikiranku hanya ada jurusan hukum atau kedokteran di universitas ternama tanah air.
Kemudian tibalah di tahun terakhirku, saat aku sudah di bangku kelas 12. Entah hari pertama atau kedua aku menjadi kakak kelas paling tua di sini, kami seangkatan di kumpulkan di masjid untuk mengisi angket pemisahan kelas akselerasi. Sistem kelas 12 saat itu, saat kami memasuki semester dua, kami akan dibagi menjadi tiga kelas akselerasi. Kelas saintek, soshum, dan satu lagi timur tengah.
Saat itu aku mengisi saintek karena dari awal aku memang masuk di kelas MIPA. Karena masih awal, masih semangat-semangatnya, setiap malam aku dan salah satu temanku yang sangat ingin masuk kedokteran selalu belajar bersama. Membahas soal-soal dari buku Latihan SNBT.
ADVERTISEMENT
Kegiatan kami itu paling hanya bertahan sekitar lima hari sampai seminggu. Setelahnya kami belajar sendiri dan lebih banyak mengobrol jika bertemu.
Sampai di penghujung semester satu. Entah angin darimana, saat aku sedang rebahan santai di kasur, tiba-tiba terlintas di benakku,
Soalnya, beberapa tahun yang lalu aku memang memiliki keinginan untuk belajar ke luar negeri. Dulu aku menganggapnya cita-cita masa kecil yang hanya angin lalu saja. Dan maklum, saat itu sudah malam, jadi banyak pikiran-pikiran random yang lewat di otak.
Hari terus berlalu dan semakin banyak informasi tentang Timur Tengah yang kudengar tanpa kucari, semakin membuat hati bimbang. Karena kendala terbesarku saat itu adalah diriku sendiri. Aku tidak ingin jauh dari keluarga lagi. Tidak ingin jauh dari ayahku, mamaku, dan adikku. Setelah tiga tahun asrama saat SMP, dan tiga tahun di pondok saat SMA.
ADVERTISEMENT
Namun setelah kupikir-pikir, kalau aku kuliah di Mesir, lebih banyak sisi positifnya daripada sisi negatifnya. Salah satunya, biaya kuliah di Mesir tidak sebesar kuliah di sini. Mungkin terasa besar saat awal keberangkatan saja, namun setelahnya bisa dikatakan lebih murah. Selain itu, di sana aku juga akan menuntut ilmu agama.
Namun tetap saja hatiku masih bimbang, atau semakin bimbang setiap harinya. Sampai suatu hari aku dan salah satu teman sekamarku saat itu saling bercerita. Ternyata kami sama-sama tertarik melanjutkan kuliah ke Mesir tapi memiliki kebimbangan yang besar, masih terlalu bingung.
Akhirnya setelah melewati banyak hari, kebimbangan dan kebingunganku semakin dikalahkan oleh keyakinan. Pada saat itulah aku bicara pada orangtuaku kalau aku ingin melanjutkan kuliah di Mesir saja. Aku tidak tahu bagaimana perasaan orangtuaku saat itu. Bingung mungkin? Kok tiba-tiba pengin kuliah di Mesir. Orang waktu di pondok aku sering minta pulang karena tidak betah.
ADVERTISEMENT
Lalu tibalah pengisian angket kelas akselerasi terakhir. Apa yang diisi di angket terakhir ini adalah keputusan final. Totalnya ada tiga angket. Angket pertama adalah saat kami di masjid dan aku memilih saintek, itu masih bisa diubah saat angket kedua di pertengahan semester satu.
Di angket ketiga ini aku mengisi kelas akselerasi Timur Tengah. Saat tahu, teman-temanku semuanya kaget. Mereka bilang tidak menyangka, karena aku terkenal sering pulang saat di pondok, tidak betah. Hanya teman-teman dekatku yang kuberitahu tentang hal ini.
Sampailah di semester kedua, dan kami dikelompokkan setiap kelas sesuai angket yang telah diisi kemarin. Sekitar 22 anak yang menjadi teman sekelasku, termasuk teman satu kamarku tadi. Namun seiring berjalannya waktu, dengan banyak pertimbangan, teman kelasku hanya tersisa 15 saja.
ADVERTISEMENT
Seperti itulah awal mula bagaimana aku bisa memilih untuk melanjutkan kuliah di Mesir. Yang sampai saat ini aku sendiri masih tidak menyangka aku bisa sampai di titik ini.
Aku yang awalnya sangat tidak menyukai dan bahkan kulirik saja tidak. Namun dua hari dari hari ini, aku akan berangkat ke Jakarta dan terbang ke Mesir untuk melanjutkan kuliah.