news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kabar Bahagia, Atuak Jadi Khalifah

Hendra J Kede
Ketua Dewan Pengawas YLBH Catur Bhakti / Partner pada Kantor Hukum E.S.H.A and Partners / Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI 2017-2022 / Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI 2003-2013 / Wakil Ketua Dept. Kerjasama dan Komunikasi Umat ICMI Pusat
Konten dari Pengguna
23 Januari 2022 6:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Hendra J Kede Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI
(Alm) Nawi Datuak Parpatiah.
Nasab penulis sebagai berikut: Hendra bin Syamsir (Buyuang Kede) bin Nawi Datuak Parpatiah.
ADVERTISEMENT
Atuak dalam judul tulisan di atas merujuk kepada beliau, (Alm) Nawi Datuak Parpatiah.
Peristiwa kabar bahagia tersebut terjadi saat penulis masih sangat kecil, mungkin kelas 2 atau 3 SD, di awal tahun 1980-an.
Atuak kalau siang bertani. Kalau malam ngajar ngaji anak-anak, ngajar membaca Al-Quran di surau Atuak: Surau Tangah Padang Datuak Patiah. Di Jorong Mandahiling, Nagari Lawang Mandahiling, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Entah sudah berapa banyak murid yang telah dikhatamkan beliau belajar membaca teks Al-Quran dengan baik dan benar. Semoga itu menjadi ilmu yang bermanfaat yang tak putus pahalanya bagi beliau sampai hari akhir, amin.
Rombongan murid ngaji terakhir yang dikhatamkan beliau terjadi saat penulis telah duduk di bangku SLTA, di awal tahun 1990-an, saat itu penulis jadi pembawa acara khataman Al-Qurannya.
ADVERTISEMENT
Penulis sendiri belajar ngaji bukan di surau Atuak. Penulis belajar membaca Al-Quran di Surau Jirek dan Surau Andalas selama hampir 6 (enam) tahun. Hampir setiap malam tidur di Surau, kecuali Bulan Ramadhan, bulan di mana surau libur, proses belajar mengajar ngaji libur. Bulan anak-anak tidur di rumah.
Pada bulan Ramadhan itulah Atuak pergi suluk. Belajar dan mengamalkan tariqot sesuai maqom yang telah dicapainya. Di Surau Tariqot. Hampir setiap tahun. Selama 40 (empat puluh) hari. Tidak terlintas dalam ingatan kecil penulis pernah ketemu Atuak pada Bulan Ramadhan di rumah beliau.
*
Pagi itu, hari ke-40 Atuak suluk, hari terakhir, sekitar tanggal 10 Syawal. Penulis ikut rombongan menjemput Atuak ke Surau Tariqot tempat beliau suluk. Saat itu rasanya jauh sekali. Tidak ada listrik sebagai penerang kalau malam hari di sana. Beda desa, beda kecamatan.
ADVERTISEMENT
Kami keluarga besar anak cucu beliau penuh suka cita menjemput. Semuatnya motor yang ada. Mobil belum ada yang bisa disewa. Yang lainnya tinggal menunggu di rumah.
Semua ceria dan bahagia. Alasan bahagianya macam-macam. Penulis bahagia karena akan ketemu Atuak. Ayah penulis bahagia karena... ndak tahu penulis alasannya.
Di tengah acara penjemputan, masih di Surau Tariqot, ada nada kebahagiaan lebih dalam rombongan. Bisik-bisik alasan kebahagiaan tambahan tersebut sampai juga ke telinga penulis: Guru tariqot Atuak memberi tahu kalau Atuak mencapai tingkatan Khalifah.
*
Penulis ikut tambah girang. Kalau ditanya alasannya apa, jelas ndak tahu saat itu. Ikut tambah senang saja. Senang saja Atuak dapat gelar baru, Khalifah.
Sesampai di rumah, penulis iseng memakai sorban Atuak di kepala. Kalau hari biasa Atuak pakai peci biasa. Beliau tampak senang dan tertawa sambil mengelus kepala penulis. Penulis makin tambah gembiranya, lahir batin.
ADVERTISEMENT
Peristiwa Atuak mengelus kepala penulis yang lagi memakai sorban beliau dan senyumnya saat itu, entah kenapa, masuk dalam memori ingatan yang melekat dan tidak terlupakan dalam benak penulis sampai saat ini.
Barokahnya masih penulis rasakan sampai hari ini. Salah satunya, (Alm) Gus Sholah ngasih rekomendasi tertulis kepada penulis saat penulis nyalon Anggota KPU tahun 2016 lalu.
Walau tidak terpilih jadi Anggota KPU namun barokah Atuak ternyata membawa penulis dapat barokahnya (Alm) Gus Sholah, barokah berupa kasih sayang dan kepercayaan (Alm) Gus Sholah.
Setiap penulis dan keluarga ke Jombang selalu diterima (Alm) Gus Sholah di ruang tamu utama Pengasuh Pondok Tebu Ireng.
Penulis memang pernah cerita-cerita ringan tentang Atuak ke Gus Sholah saat beliau tanya asal-usul penulis sekitar kurun waktu 2004, saat awal penulis kenal dekat dengan (Alm) Gus Sholah. Alhamdulillah wasyukurillah. Semoga (Alm) Gus Sholah ditempatkan di tempat para kekasih Allah SWT, Allahumma amin.
ADVERTISEMENT
*
Sampai wafatnya Atuak, di akhir milenial kedua, beliau tidak pernah menyelenggarakan suluk di suraunya sendiri, hak yang sebenarnya melekat pada status ke-Khalifahan-nya di tariqot yang beliau ikuti.
Semoga Atuak bahagia di sana, bahagia dalam rangkulan kecintaan kekasihnya yang juga Tuhannya, Allah SWT, Allahumma amin.