news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mayor AHY dan Capres Kapten John McCain

Hendra J Kede
Ketua Dewan Pengawas YLBH Catur Bhakti / Partner pada Kantor Hukum E.S.H.A and Partners / Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI 2017-2022 / Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI 2003-2013 / Wakil Ketua Dept. Kerjasama dan Komunikasi Umat ICMI Pusat
Konten dari Pengguna
14 Juli 2021 6:18 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Hendra J Kede, Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat
AHY dan McCain.
Keduanya sama-sama bernasab Jenderal (baca: bintang empat). Ayah dan kakek keduanya sama-sama Jenderal yang dicatat dalam sejarah militer bangsanya.
ADVERTISEMENT
Keduanya sama-sama memulai karier di militer. Dan keduanya sama-sama keluar dari dinas aktif militer saat masih panjang jenjang kepangkatan untuk mencapai bintang di pundak, apalagi kalau untuk jumlah bintangnya empat. Kemudian keduanya sama-sama masuk ke dunia politik praktis kenegaraan.
Pembaca yang budiman tentu sudah dapat mengetahui kedua tokoh yang penulis maksudkan. Nama keduanya ada pada judul tulisan ini.
*
John McCain Foto: REUTERS/Brian Snyder
Kapten John Sidney McCain III, anak dari Laksanama John S. McCain, Jr. (1911–1981) dan cucu dari Laksanama John S. McCain, Sr. (1884–1945).
Lahir 29 Agustus 1936. Usia 22 tahun lulus dari Akademi Angkatan Laut Amerika Serikat, tahun 1958.
Ditahan tentara Vietnam Utara dalam keadaan luka parah tahun 1967 saat umur 31 tahun. Menolak dibebaskan sebelum prajurit lain dibebaskan.
ADVERTISEMENT
Setelah hampir 6 (enam) tahun menjalani semua penderitaan fisik dan batin dalam penjara Vietnam Utara, bebas dan kembali ke tanah airnya, Amerika Serikat, tahun 1973, saat usia 37 tahun. Mengalami gangguan fisik seumur hidup akibat kerasnya kehidupan penjara sebagai tahanan perang. Dan dapat banyak bintang penghargaan dari negara.
Umur 45 (1981) keluar dari dinas aktif militer dengan pangkat terakhir Kapten. Setahun kemudian masuk politik kenegaraan dan terpilih sebagai Anggota Kongres (DPR) Dapil ke-1 Arizona pada Pemilu November 1982 dan dilantik awal 1983, untuk masa jabatan 2 (dua) tahun. Dua tahun kemudian terpilih lagi.
Umur 51 (1987) terpilih sebagai Senator Junior Amerika Serikat mewakili Negara Bagian Arizona untuk masa jabatan 6 (enam) tahun. Dan selanjutnya terpilih berturut-turut dalam 5 (lima) kali Pemilu Senator AS, terakhir pada Pemilu 2016, saat berumur 80 tahun.
ADVERTISEMENT
Perjalanan karier Kapten (Purn) John McCain di pelayanan publik sebagai Senator sangat cemerlang. Delapan tahun menduduki kursi Senator, lalu dipercaya menjadi Ketua Komite Urusan Indian Senat (1985), beberapa kali menjadi Ketua Komite Perdagangan Senat, dan terakhir sebagai Ketua Komite Senjata Senat. Senjata di sini termasuk dan tidak terbatas senjata nuklir tentunya.
Salah satu Undang-Undang dinamai dengan namanya, yaitu Undang-Undang McCain–Feingold pada tahun 2002. Suatu prestasi pelayanan publik yang tidak dengan mudah didapatkan.
Dikenal publik juga atas kinerjanya untuk memulihkan hubungan diplomatik negaranya dengan bekas musuh bebuyut Amerika yaitu Vietnam, tahun 1992. Vietnam merupakan negara yang pernah memenjarakannya sebagai tahanan perang.
Tahun 2000 John McCain kalah dalam pemilihan pendahuluan Calon Presiden Partai Republik. Kalah dari anak Presiden AS ke 41: George W. Bush (Bush junior).
ADVERTISEMENT
Setelah memenangkan pemilihan internal Partai Republik yang sangat kompetitif, John McCain menjadi Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, namun dikalahkan oleh Barack Obama, Capres dari Partai Demokrat, pada Pilpres 2008.
Itulah karier tertinggi struktural kenegaraan Kapten (Purn) John McCain dalam perpolitikan negara adikuasa AS yaitu Calon Presiden.
Namun, menurut hemat penulis, karier tertinggi yang akan dikenang sepanjang masa dari seorang Kapten (Purn) John McCain dan sekaligus menjadi legasinya adalah jiwa kenegarawanan luar biasa yang ditunjukkan Capres John McCain saat beliau begitu gigih membela rivalnya, Capres Barack Hussein Obama, yang diserang secara rasial oleh pendukung John McCain.
Pemakaman John McCain yang meninggal tanggal 25 Agustus 2018 (umur 82 tahun) sungguh sangat indah sekali dan berkelas kenegarawanan. Dua mantan Presiden Amerika yang pernah saling bertarung sengit dalam proses Pilpres dengan John McCain menyampaikan pidato perpisahan yang sangat emosional pada upacara pemakamannya: Presiden George W. Bush Jr dan Presiden Barack Hussein Obama.
ADVERTISEMENT
*
Akhir-akhir ini lumayan ramai di media sosial saling sindir politik. Salah satunya tentang adanya yang menyindir seorang politisi muda yang berlatar perwira menengah yang berkeinginan sebagai Calon Presiden Indonesia.
Seolah ada suatu masalah jika purnawirawan perwira menengah menjadi Calon Presiden. Perwira menengah purnawirawan TNI yang masuk dalam dunia politik dan memulai menapak perjalanan hidup di dunia pelayanan publik sebagai politisi. Dan ada juga yang meramaikan dunia medsos, bahkan media mainstream, dengan membawa-bawa profesi mebel. Sedih membacanya.
Tentu saja, menyesuaikan judul tulisan ini, pembaca budiman mafhum bahwa perwira menengah purnawirawan yang penulis maksud adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY, Mayor Purnawirawan TNI Angkatan Darat). Namun substansinya penulis maksudkan adalah untuk seluruh purnawirawan prajurit TNI yang bukan Perwira Tinggi yang masuk ke dunia politik.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Tentu saja penulis bukan pendukung apalagi Tim Sukses AHY, maupun kandidat potensial Capres mendatang lainnya. Penulis hanya berbicara normatif saja sesuai dengan semangat Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, UUD NRI 1945, semangat reformasi yang penulis sedikit ikut turut serta bergandengan tangan dengan jutaan mahasiswa lain saat masih kuliah dulu dengan turun ke jalan tahun 1998 membangun reformasi ini.
ADVERTISEMENT
*
Siapapun, sepanjang tidak dinyatakan lain oleh pengadilan, dapat berusaha dan berjuang untuk membangun bangsa dan negara Indonesia pada posisi Presiden sepanjang dikehendaki oleh Rakyat Indonesia dan dipilih melalui mekanisme yang sudah digariskan Konstitusi dan UU Pilpres serta Peraturan pelaksanaannya, tanpa kecuali, termasuk dan tidak terbatas purnawirawan perwira menengah maupun purnawirawan dengan pangkat lebih di bawah dalam hierarki kepangkatan militer, apalagi perwira tinggi, berapapun bintang di pundaknya.
Semua orang dengan latar belakang profesi apapun dan dengan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan apapun, dapat mengasah diri sedikit demi sedikit untuk membentuk jiwa kenegarawanan terhormat sehingga layak mendapat pengakuan dari publik untuk mengemban amanah pelayanan publik apapun, termasuk menjadi Presiden Republik Indonesia, sebagaimana dicontohkan dengan sangat baik dalam perjalanan hidupnya oleh Kapten (Purn) John McCain di negaranya, Amerika Serikat, sebagaimana penulis ulas di atas.
ADVERTISEMENT
Kenapa demikian? Karena kita sebagai negara bangsa sudah memilih dan meyakini demokrasi sebagai sistem bernegara untuk mewujudkan masyarakat gemah ripah loh jinawi, masyarakat yang baldatun toyyibatun warobbun ghofuur, masyarakat berkesejahteraan lahir batin di bawah nilai-nilai Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD NRI 1945.
Maka untuk itu, tidak ada salahnya kita senantiasa membangun optimisme dan harapan serta ikhtiar terus menerus agar ke depan demokrasi negara bangsa kita tercinta ini, Indonesia, semakin matang dan semakin menunjukkan kelasnya sebagai demokrasi unggul berperadaban Indonesia di pentas dunia.
Sebuah cita-cita yang sudah dibuatkan rujukan moralnya oleh ribuan politisi muda berupa sebuah tekad yang dideklarasikan dalam Pertemuan Pemuda Politisi Anggota Parlemen Seluruh Indonesia yang mereka namakan: "Tekad Suci Untuk Indonesia"
ADVERTISEMENT
Salah satu ikhtiar yang bisa kita lakukan tentunya adalah saling menghormati dan berbicara politik secara santun, bahkan terhadap rival politik sangat berseberangan saat ini sekalipun. Siapa tahu di masa depan rival sangat berseberangan saat ini tersebut justru menjadi sekutu politik paling dekat di masa depan.
Misal dapat dimulai dengan ikut berpartisipasi memenuhi ruang publik digital dengan konten yang menunjukkan kelas demokrasi kita, demokrasi unggul berperadaban Indonesia: kritis namun tetap santun, santun namun tetap kritis.
Terima kasih