'Mengawinkan' Mas Ibas dan Mbak Puan, Misi Khusus dari Pak H. Margiono

Hendra J Kede
Ketua Dewan Pengawas YLBH Catur Bhakti / Partner pada Kantor Hukum E.S.H.A and Partners / Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI 2017-2022 / Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI 2003-2013 / Wakil Ketua Dept. Kerjasama dan Komunikasi Umat ICMI Pusat
Konten dari Pengguna
13 Februari 2022 7:37 WIB
·
waktu baca 20 menit
Tulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto tersebut diambil 8 Februari 2010 di Palembang. Foto: Hendra J Kede.
zoom-in-whitePerbesar
Foto tersebut diambil 8 Februari 2010 di Palembang. Foto: Hendra J Kede.
ADVERTISEMENT
Oleh : Hendra J Kede
Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat/Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI 2003-2013/Wakil Ketua Departemen Komunikasi Ummat ICMI Pusat
ADVERTISEMENT
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia akan mengambil keputusan yang sangat penting yang memiliki implikasi luar biasa, baik dari sisi hukum maupun politik, dan tentunya akan menyedot perhatian publik yang sangat luas, tanggal 2-3 Maret 2010.
Rapat paripurna DPR akan menetapkan penilaian dan tindak lanjut terkait laporan Panitia Khusus (Pansus) DPR yang berisi kesimpulan tentang Hak Angket Bank Century, menjadi ketetapan DPR. Keputusan ini tentunya akan sangat-sangat menentukan arah penyelesaian politik kasus Bank Century dan dinamika politik nasional Indonesia ke depannya.
Sejumlah elemen masyarakat diseluruh pelosok negeri pun sudah menyatakan akan melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran terkait isu ini.
Itulah situasi minggu terkahir Januari 2010. Saat penulis dipanggil menghadap Pak Margiono. Saat itu penulis menjabat Ketua Pengurus Nasional Masyarakat dan Persatuan Wartawan Indonesia Pemantau Pemilu (Mapilu-PWI), sebuah lembaga semi otonom Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dibentuk oleh PWI bersama elemen masyarakat untuk mengoptimalkan kolaborasi pers dan masyarakat luas mengawal pemilu yang berkualitas secara substantif.
ADVERTISEMENT
Dan saat itu sedang puncak-puncaknya persiapan pelaksanaan rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2010 yang dipusatkan di kota pempek, Palembang, Sumatera Selatan.
(Alm) Pak H. Margiono dalam posisi sebagai Ketua Umum PWI Pusat merupakan Penanggung Jawab/Ketua Umum Panitia (SC dan OC) HPN 2010.
Namun, pertemuan di PWI Pusat itu tidak boleh diketahui siapa pun sebagai panggilan dari Pak Margiono. Dan isi pembicaraannya pun tidak boleh disampaikan sebagai ide, apalagi arahan Pak Margiono, setidaknya sampai misi itu selesai.
Nyatanya, baru saat ini, setelah 12 (dua belas) tahun berlalu dan setelah Pak H. Margiono berpulang menghadap kekasihnya, Allah SWT, penulis baru membukanya melalui tulisan ini, entah kalau beliau pernah menceritakan ini kepada orang lain sebelumnya.
ADVERTISEMENT
*
"Mapilu-PWI ndak ada kegiatan di Palembang?" tanya beliau ke penulis.
"Ndak Pak, kan sudah diputuskan Panitia HPN kalau kegiatan Mapilu-PWI ndak bisa ditampung di HPN," jawab penulis singkat.
"Kamu pikirkan bagaimana caranya Mapilu-PWI ada kegiatan, tapi jangan bilang ini arahan saya, seolah-olah ide kamu saja, pikirkan caranya, ngomong ke Pak Atal (Ketua Panitia Pelaksana) siapa tahu ada waktu yang kosong, bantu dinginkan suasana karena Century mau dibawa ke paripurna DPR. Jangan ngganggu keuangan Panitia HPN," demikian arahan beliau melanjutkan
"Nggeh Pak (baik Pak)," jawab penulis
"Besok saya ada di ...., temui saya di sana, sampaikan ide kegiatannya apa dan kira-kira kapan waktu kosong yang ada di HPN untuk melaksanakannya dan bagaimana keuangannya," beliau melanjutnya dengan gaya santai dan egaliternya
ADVERTISEMENT
"Nggeh Pak, insya Allah"
Perbincangan berakhir, ndak sampai 15 (lima belas) menit, beliau masuk lagi ke ruang rapat pleno Panitia HPN, dan penulis masuk ke ruangan Mapilu-PWI memutar otak bagaimana untuk menjalankan arahan beliau tadi.
*
Penulis memang ndak nanya kenapa harus dilaksanakan agenda Mapilu-PWI saat HPN 2010 di Palembang, apalagi misinya untuk membantu mendinginkan suasana menjelang dan setelah penetapan hasil kerja Pansus Hak Angket Bank Century DPR.
Penulis mengerti, yang diinginkan Pak Margiono adalah sebuah kegiatan yang secara simbolik dapat dijadikan referensi oleh publik bahwa apa pun hasil Paripurna DPR tidak perlu pada akar rumput sampai 'berdarah-darah'.
Namun bentuk kegiatannya apa, yang hadir siapa, bagaimana news value kegiatannya, bagaimana simbolik itu akan divisualkan, bagaimana daya undang kegiatannya, uangnya bagaimana? Dan itu esok harinya yang akan penulis diskusikan dengan beliau.
ADVERTISEMENT
*
Bang Atal S. Depari (saat ini Ketua Umum PWI Pusat) selaku Ketua Pelaksana HPN 2010 Palembang mempersilakan kalau Mapilu-PWI ada kegiatan pada tanggal 8 Februari 2010 malam. Waktu itu kosong dari kegiatan HPN. Hall yang dipakai untuk Konvensi Nasional Media Massa juga tidak ada kegiatan, bisa dipakai.
Foto tersebut diambil 8 Februari 2010 di Palembang. Foto: Hendra J Kede.
Namun Bang Atal mengingatkan kemungkinan peserta HPN tidak akan banyak yang hadir pada acara Mapilu-PWI tersebut. Bukan karena tidak mau, namun karena sampai magrib kebanyakan peserta HPN masih banyak di lokasi Pekan Olah Raga Wartawan Nasional (Porwanas). Padahal beberapa kegiatan Porwanas diluar kota Palembang. Dan kemungkinan bisa sampai magrib. Belum lagi peserta butuh waktu untuk kembali ke hotel, mandi dan makan malam.
ADVERTISEMENT
Padahal keesokan paginya (9/2/2010) masih ada agenda Konvensi Nasional yang menghadirkan Menko Perekonomian Bapak Hatta Rajasa, Dirut PLN Bapak Dahlan Iskan, Pimpinan group usaha CT Corp Bapak Chairul Tanjung, dan Gubernur Sumsel Bapak Alex Nurdin. Tentu peserta akan butuh istirahat guna mempersiapkan diri menghadiri acara tersebut.
HPN yang diselenggarakan tiap tahun, pada tahun 2010 memang diselenggarakan bersamaan dengan Porwanas yang pelaksanaanya tiap 3 (tiga) tahun.
Bang Atal mengingatkan itu agar jangan sampai acara Mapilu-PWI sepi, sangat sedikit pesertanya, karena hall sangat luas yaitu hall yang dipakai untuk Konvensi Nasional Media Masa.
Bang Atal juga mengingatkan kalau anggaran HPN sudah terdistribusi habis dan tidak bisa mengalokasikan untuk kegiatan Mapilu-PWI. Plus Bang Atal meminta penulis untuk melaporkan rencana kegiatan Mapilu-PWI ini kepada Bapak Margiono.
ADVERTISEMENT
*
Penulis segera menghubungi 4 (empat) orang. Bapak I Gde Suratha, salah seorang Direktur di Ditjen Kesbangpol, Kemendagri. Bapak I Gusti Puthu Artha, Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ibu Wahidah Suaib, Anggota Bawaslu RI, dan Bapak Dr. J. Kristiadi. Beliau berempat itu kenalan baik penulis.
Pak I Gde Suratha siap membantu kegiatan Lokakarya Mapilu-PWI di HPN 2010 Palembang melalui 1 (satu) paket kegiatan Penunjukan Langsung dengan nilai Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah). Seluruh biaya Pembicara dan pejabat dari Kemendagri yang berangkat ditanggung Kemendagri. Bapak Mayjen TNI (Purn) Tanribali Lamo (Dirjen Kesbangpol) sebagai pembicara, segala hak keuangannya ditanggung Kemendagri. Begitu juga dengan pembicara lain Bapak Dr. J. Kristiadi.
Pak I Gusti Putu Arta siap hadir sebagai pembicara dengan segala pengeluaran keuangan, termasuk honor, ditanggung oleh KPU RI. Dan akan mengundang Anggota KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota se Provinsi Sumsel untuk hadir.
ADVERTISEMENT
Ibu Wahidah Suaib, sama dengan Pak Putu Artha, siap hadir sebagai pembicara dengan segala biaya yang timbul, termasuk honor, ditanggung Bawaslu. Saat itu baru Bawaslu RI yang permanen, sementara Provinsi dan Kabupaten/Kota masih ad hoc.
*
Pak Margiono menyetujui agenda pemberian penghargaan Anugerah Mapilu-PWI kepada peraih Bilang Pembagi Pemilih (BPP) hasil Pemilu DPR tahun 2009 bersamaan dengan Seminar Kepemiluan sebagai kegiatan Mapilu-PWI di HPN 2010 Palembang.
Penghargaan ini untuk pertama sekali diberikan pada pelaksanaan HPN 2005 di Pekanbaru, Riau, yang diterima saat itu oleh Bapak Saleh Yasid dan Bapak Hidayat Nur Wahid karena beliau berdualah yang memenuhi BPP pada Pemilu 2004.
Agenda pemberian penghargaan Mapilu-PWI sebagai satu kesatuan rangkaian kegiatan dengan Seminar Kepemiluan.
ADVERTISEMENT
*
Setelah mendengar penjelasan penulis, Bapak Margiono menyetujui rencana kegiatan tersebut. Dan penulis segera menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan itu. Termasuk memberi tahu Bang Atal perihal persetujuan Pak Margiono tersebut.
Sekali lagi Pak Margiono mengingatkan misi utama kegiatan tersebut. Membantu mendinginkan suasana sebelum, pada saat, dan setelah paripurna DPR RI terkait hasil Pansus Hak Angket Bank Century. Walaupun itu hanya secara simbolik.
*
Penulis mulai menghubungi para peraih Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) hasil Pemilu 2009, yang menurut data saat itu diperoleh oleh 3 (tiga) tokoh muda Anggota DPR. Peraih BPP pada Pemilu 2004 justru tidak meraih Angka BPP lagi.
Peraih BPP itu adalah Mbak Puan Maharani (PDIP), Mas Ibas Yudhoyono (Demokrat), dan Mbak Caroline Natasha (PDIP).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Pak Margiono telah menyetujui agar Anugerah Mapilu-PWI diberikan kepada 3 (tiga) peraih BPP tersebut. Jangan hanya unsur pemerintah 1 (satu) orang dan unsur diluar pemerintah 1 (satu) orang.
Mbak Puan, Mas Ibas, dan Mbak Caroline bersedia menerima Anugerah Mapilu-PWI pada peringatan HPN 2010 di Palembang. Plus semua biaya yang keluar atas keberangkatan beliau ke Palembang atas tanggungan masing-masing. Dan juga penulis pastikan para penerima tidak perlu mengeluarkan uang selain untuk keperluan beliau-beliau dan timnya.
*
Tiba-Tiba Presiden Ubah Jadwal Kehadiran
Tanggal 7 Februari 2010 sore penulis mendapat kabar kalau Presiden memajukan kehadiran beliau di HPN 2010 Palembang, dari yang semula tanggal 9 Februari 2010 malam menjadi 9 Februari 2010 pagi.
ADVERTISEMENT
Tidak selang berapa lama, penulis juga dikabari kalau hall tempat acara Anugerah Mapilu-PWI dan Seminar Kepemiluan akan dipakai oleh Panitia HPN untuk menyelenggarakan seminar yang akan dihadiri Menko Ekonomi, Dirut PLN, Pimpinan Group Usaha CT Corp, dan Gubernur Sumsel sebagai pembicara. Acara seminarnya dari awalnya tanggal 9 Februari 2010 pagi dimajukan ke tanggal 8 Februari 2010 malam, tepat bersamaan dengan acara yang penulis koordinasikan.
Foto tersebut diambil 8 Februari 2010 di Palembang. Foto: Hendra J Kede.
Tentu saja keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan harus penulis buat dan koordinasikan. Mencari tempat yang baru yang representatif, memberi tahu semua pihak tentang pemindahan acara ke tempat yang baru, dan lain sebagainya.
Penulis memutuskan menunda melaporkan hal ini ke Pak Margiono karena penulis tahu beliau tentu sangat sibuk mengkoordinasikan perubahan jadwal kehadiran Presiden.
ADVERTISEMENT
Penulis melapor ke Bang Atal selaku Ketua Panitia Pelaksana. Bang Atal minta penulis ikut ke Rumah Dinas Gubernur atau Kantor Gubernur nanti malam mendampingi beliau rapat dengan Gubernur beserta pihak terkait, yaitu rapat persiapan akhir kedatangan Presiden Republik Indonesia.
"Dek, jangan lupa nama daftar semua undangan yang sudah konfirmasi hadir dibawa ya, penting itu." Bang Atal memang selalu memanggil penulis dengan sebutan "Dek".
"Siap Bang"
Penulis berencana akan melaporkan semua hal kepada Pak Margiono jika sudah ada rancangan solusi pelaksanaan acara Anugerah Mapilu-PWI terkait perubahan kehadiran Presiden.
*
Tanggal 7 Februari 2010 malam, setelah selesai pemaparan, dan keputusan-keputusan penting sudah dibuat terkait kehadiran Presiden di Palembang pada tanggal 9 Februari 2010 pagi sampai siang, rapat pun ditutup tanpa membahas apa pun terkait perubahan acara Anugerah Mapilu-PWI.
ADVERTISEMENT
Setelah rapat ditutup, sambil berdiri dan minum kopi, penulis melihat Bang Atal bicara dengan Pak Gubernur Alex Nurdin. Dan sejurus kemudian penulis dipanggil untuk mendekat.
"Itu acara pemberian penghargaan ke Mbak Puan, Mas Ibas, dan Mbak Caroline dilaksanakan di mana? Siapa saja yang sudah konfirmasi hadir? Siapa saja pesertanya? Berapa estimasi peserta yang akan hadir," Pak Gubernur memberikan pertanyaan itu sekaligus kepada penulis.
Penulis menyebutkan alternatif tempat pelaksanaan sesuai arahan Bang Atal sebelumnya.
"Mbak Puan, Mas Ibas, dan Mbak Carolin beserta tim sudah konformasi hadir dan sudah di Palembang Pak," jawab penulis
"Ini Mbak Caroline yang mana ya?" tanya Gubernur.
"Anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Kalbar Pak, beliau anak kandung Gubernur Kalbar, Pak Cornelis. Kabarnya Pak Cornelis ada rencana mendampingi putri beliau menerima Anugerah Mapilu-PWI juga," penulis sengaja memberi penekanan agar semakin mendapat perhatian dari Pak Gubernur.
ADVERTISEMENT
"Coba lihat tokoh nasional yang sudah menyatakan hadir," pinta Gubernur.
Penulis sodorkan daftar tamu yang sudah menyatakan hadir. Pak Gubernur lama memeriksa dan kembali menanyakan dengan raut wajah sangat serius, dan saat itu sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam.
"Ini sudah menyatakan hadir semua?"
"Iya Pak, semua menyatakan hadir," jawab penulis
Kemudian penulis menjelaskan bahwa Pak Taufiq Kiemas akan hadir selaku Ketua MPR RI dan Pimpinan DPP PDIP, bahkan beliau beserta rombongan sudah berada di Palembang. Rombongan Pak Taufiq Kiemas di antaranya Pak Bambang "Patjul" Wuryanto. Semua Pengurus inti DPD PDIP se-Sumsel juga menyatakan akan hadir.
Pak Marzuki Alie akan hadir juga selaku Ketua DPR RI dan selaku Pimpinan DPP Partai Demokrat. Beliau beserta rombongan juga sudah di Palembang. Di antara rombongan beliau ada Mas Anas Urbaninggrum selaku Ketua DPP dan Ketua Fraksi Demokrat DPR RI. Ada juga Bapak Andi Malarangen selaku Menpora. Seluruh pimpinan Partai Demokrat se-Sumsel juga akan hadir.
ADVERTISEMENT
Pak Gubernur Kalbar tentatif juga akan hadir. Seluruh Kepala Daerah, Wakil Kepala Daereh, dan pimpinan DPRD kedua partai (PDIP dan Demokrat) se-Sumsel juga menyatakan akan hadir. KPU se-Sumsel konfirmasi hadir juga. Dirjen Kesbangpol Kemendagri sudah konfirmasi hadir juga, termasuk Pak Dr. J. Kristiadi.
"Semua tamu ini orang penting Republik ini. Ketua MPR dan Ketua DPR itu wong kito galo (orang Palembang), mau tarok dimana mukaku sebagai Gubernur Sumsel kalau acara itu dilaksanakan di...... (Pak Gubernur menyebutkan tempat yang penulis sebutkan tadi)," Pak Gubernur Alex bicara dengan mimik serius namun dengan intonasi datar.
Bang Atal mulai tersenyum sambil melihat penulis. Penulis kaget, kok Bang Atal kayak sudah lepas beban. Penulis belum paham juga. Maklumlah.... beda level.... hahaha....
ADVERTISEMENT
Tidak selang beberapa detik, Gubernur memanggil Sekretaris Daerah Sumsel yang berdiri beberapa langkah dari kami dan sedang mengkoordinasikan sesuatu nampaknya.
Gubernur perintahkan Sekda untuk mencarikan hall yang bisa menampung minimal 500 (lima ratus) orang untuk acara Anugerah Mapilu-PWI, malam itu juga, sampai dapat dan harus dapat. Bahkan Gubernur sambil bercanda bilang beliau tidak akan tidur sebelum mendapat laporan dari Sekda kalau tempatnya sudah didapat.
"Besok beliau-beliau ini makan malam di mana?" Pak Gubernur menanyakan lagi.
"Sesuai rencana, di lokasi acara Pak, biar Pak Taufiq tidak perlu bolak-balik. Protokol beliau bilang demikian Pak," jawab penulis sambil bercanda kalau penulis dengan lancang telah melaporkan ke protokol Pak Taufiq Kiemas dan Pak Marzuki Alie kalau Pak Gubernur akan bertindak sebagai tuan rumah makan malamnya. Tentu saja penulis dag dig dug kalau-kalau beliau merasa didahului.
ADVERTISEMENT
Gubernur, Sekda, dan Bang Atal serentak tertawa. Dan penulis pun lega. Dan kami pun bubar.
*
Pagi menjelang subuh, tempat penyelenggaraan sudah didapat di salah satu hotel bintang empat di kota Palembang. Dan Sekda langsung melaporkan ke Gubernur. Dan penulis segera mengkoordinasikan pemindahan lokasi acara Anugerah Mapilu-PWI dan Seminar Kepemiluan kepada semua pihak terkait, termasuk seluruh delegasi HPN 2010 yang berasal dari seluruh Indonesia.
Paginya penulis melaporkan ke Pak Margiono. Setelah itu Pak Margiono menelepon Gubernur Sumsel untuk mengucapkan terima kasih.
Kepada Pak Margiono Gubernur menyampaikan kehadiran beliau di acara makan malam belum bisa dipastikan karena beliau sudah telanjur menyetujui juga makan malam dengan Menko Ekonomi Pak Hatta Rajasa, Dirut PLN Pak Dahlan Iskan, dan Pak Chairul Tanjung.
ADVERTISEMENT
Pak Margiono bertanya ke penulis, sebaiknya beliau makan malam di mana, soalnya acara makan malamnya juga pada jam yang sama dengan acara yang disampaikan Pak Gubernur tadi.
Penulis melaporkan sebuah informasi yang belum banyak diketahui publik ke Pak Margiono, lantas beliau tertawa sambil ngomong "yo wes, kalau gitu (ya sudah kalau begitu".
Di akhir tulisan nanti akan penulis kasih tahu informasi apa yang penulis laporkan kepada beliau.
Kepada Pak Margiono juga penulis laporkan, undangan untuk rombongan Mas Ibas 200 (dua ratus) kursi, untuk rombongan Mbak Puan dan Mbak Carolin 200 (dua ratus) kursi, dan rombongan KPU dan peserta HPN 200 kursi juga
Jika peserta yang hadir lebih dari jatah kursi yang disediakan, maka penempatan duduk diserahkan kepada pimpinan masing-masing rombongan.
ADVERTISEMENT
Pak Margiono dan penulis kembali mendiskusikan pesan simbolik pada acara tersebut yang bisa dijadikan sebagai pesan kepada publik bahwa Paripurna DPR RI tentang hasil kerja Pansus Hak Angket Bank Century tidak perlu disikapi dengan emosional, namun harus tetap mengedepankan nilai-nilai kebersamaan sebagai sesama anak bangsa.
Dan kami menyepakati bagian mana dari acara tersebut yang akan dijadikan momen simbolik kesejukan itu.
*
Pada waktu menjelang makan malam, tamu-tamu mulai berdatangan, begitu juga dengan tamu-tamu VIP. Penulis bertugas menyambut tamu beserta Pengurus Nasional Mapilu-PWI yang lain di lobby hotel, sementara Pak Margiono dan Pak Sasongko Tedjo (Ketua Bidang Organisasi PWI Pusat) menyambut di ruangan makan malam VIP.
Penulis sudah lupa urutan kehadirannya. Namun momen kehadiran beliau saja yang penulis ungkapkan di sini.
ADVERTISEMENT
Mas Ibas hadir, penulis sambut dan antar ke ruangan makan malam VIP.
Mbak Puan bersama Pak Taufiq Kiemas dan rombongan penulis sambut dan antarkan ke ruangan makan malam VIP.
Bu Caroline hadir namun tidak bersama Pak Cornelis, Gubernur Kalbar, Ayahanda beliau.
Pak Marzuki Alie hadir, Mas Anas Urbaninggum beserta rombongan hadir.
Pak Tanribali Lamo selaku Dirjen Kesbangpol Kemendagri dan Pak Dr. J. Kriatiadi juga sudah hadir.
Semua tamu VIP sudah hadir, penulis diingatkan seorang staf untuk menuju ruangan makan malam VIP mendampingi Pak Margiono, namun penulis tidak beranjak dari lobby hotel, penulis sedang menunggu tamu VIP lainnya.
Benar saja, tidak selang lama, Pak Gubernur Alex Nurdin hadir, dan sambil bercanda beliau bilang kalau makan malam dipusatkan di sini saja.
ADVERTISEMENT
Mobil yang membawa Pak Chairul Tanjung juga sudah berhenti di depan lobby dan penulis sambut.
Pak Dahlan Iskan penulis lupa apakah hadir atau tidak saat makan malam.
Lalu masuk ke lokasi hotel iring-iringan mobil yang membawa Menko Perekonomian, Bapak Hatta Rajasa.
Dan jadilah makan malam di lokasi pelaksanaan acara Anugerah Mapilu-PWI.
*
Setelah acara makan malam selesai, Pak Margiono 'melapor' ke Pak Hatta Rajasa sekaligus minta maaf ke Pak Taufiq Kiemas dan Pak Marzuki Alie kalau beliau akan ikut ke lokasi acara satunya bersama Pak Hatta Rajasa, Pak Chairul Tanjung, Pak Dahlan Iskan, dan Pak Gubernur.
Foto tersebut diambil 8 Februari 2010 di Palembang. Foto: Hendra J Kede.
"Oh, Mas Margiono di sini saja, nanti siapa yang memberikan Anugerah Mapilu-PWI kepada Mbak Puan, Mas Ibas, dan Mbak Caroline kalau Mas Margiono ikut ke sana. Nanti Pak Sekjen PWI saja yang mendampingi kami di acara Seminar di sana. Apalagi di sini ada Ketua MPR dan Ketua DPR," Pak Hatta menjawab Pak Margiono.
ADVERTISEMENT
"Siap....," dengan intonasi dan bahasa tubuh khasnya Pak Margiono menjawab.
Makan malam selesai. Rombongan Pak Hatta Rajasa, Pak Dahlan Iskan, Pak Chairul Tanjung, dan Pak Gubernur meninggalkan lokasi makan malam menuju acara seminar yang dikoordinasikan oleh Pak Marah Sakti Siregar, Wakil Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI periode 2003-2008.
Pak Hendry Ch Bangun selaku Sekjen PWI Pusat diinfokan panitia HPN kepada penulis sudah berada di lokasi acara seminar yang akan dihadiri Pak Hatta Rajasa.
Sementara kami semua yang tinggal beranjak menuju ruangan acara Anugerah Mapilu-PWI dan Seminar Kepemiluan di hotel yang sama.
"Dari mana kamu dapat informasi yang tadi pagi itu?," tanya Pak Margiono ke penulis dalam perjalanan dari ruang makan malam VIP menuju ruang acara.
ADVERTISEMENT
"Saya kan pernah kerja di Cek & Ricek Pak," jawab penulis
Pak Margiono tertawa ringan santai seperti ciri khas biasanya.
Tentu pembaca yang budiman bertanya, memangnya informasi apa yang penulis sampaikan ke Pak Margiono tadi pagi.
Pertama penulis mengingatkan saja kepada Pak Margiono kalau Pak Hatta Rajasa (Menko Ekuin) itu orang Palembang. Pak Taufiq Kiemas (Ketua MPR) dan Pak Marzuki Alie (Ketua) DPR itu juga orang Palembang.
Kedua penulis sampaikan kalau ada informasi A1, tidak berapa lama lagi Pak Hatta Rajasa dan Presiden SBY akan besanan, putri Pak Hatta Rajasa akan jadi istri Mas Ibas.
Nampaknya kedua hal itulah yang mendasari Pak Hatta Rajasa meminta Pak Margiono tetap di tempat acara Anugerah Mapilu-PWI. Kalau pastinya, hanya Pak Hatta Rajasa yang tahu.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, Pak Margiono banyak dilema malam itu. Pak Chairul Tanjung nampaknya pendukung utama keuangan HPN 2010, Pak Dahlan Iskan bos Pak Margiono di Jawa Pos Group, Gubernur tuan rumah HPN, Pak Hatta Rajasa sendiri Menteri Koordinator.
Sementara disisi lain, penerima Anugerah Mapilu-PWI adalah anak Presiden dan anak Mantan Presiden. Ditambah Ketua MPR dan Ketua DPR hadir pula dari 2 (dua) partai terbesar saat itu.
Ucapan Pak Hatta Rajasa setelah acara makan malam mengurai semua dilema yang ada. Dan tidak ada pihak yang tersinggung terkait kehadiran atau ketidak-hadiran Pak Margiono selaku Ketua Umum PWI maupun selaku Ketua Umum Panitia/Penanggung Jawab HPN 2010 di kedua acara malam itu.
*
Selesai urusan? Ya pasti belumlah.
ADVERTISEMENT
Penulis mengatur sedemikian rupa agar ada 2 (dua) round table VIP yang agak besar dengan kursi bisa lebih banyak. Bagaimana pemakaiannya, lihat situasi di lapangan saja nanti.
Pada pelaksaan acara, secara natural kedua meja tersebut tidak ditempati berdasarkan partai, satu meja untuk Partai Demokrat dan satu meja lagi PDIP, bukan, Alhamdulillah.
Satu meja secara alamiah diisi oleh para senior. Di sana duduk Pak Taufiq Kiemas, Pak Marzuki Alie, Pak Andi Malarangemg (Menpora), dan Ketua Umum PWI Pusat Bapak Margiono, Dirjen Kesbangpol Pak Tanribali Lamo, dan Pak Dr. J. Kristiadi (Wakil Ketua Dewan Pakar Mapilu-PWI).
Satu meja lagi diisi oleh para menerima Anugerah Mapilu-PWI dan pendamping utamanya. Ada Mbak Puan, Mas Ibas, Mbak Caroline, Mas Anas Urbaninggrum, Pak Bambang "Patjul" Wuryanto, dan penulis selaku Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI yang duduk di kursi antara Mbak Puan dan Mas Ibas.
ADVERTISEMENT
Saat menyanyikan Indonesia Raya, Pak Margiono dan teman-teman pers memberi kode agar Mbak Puan dan Mas Ibas bisa berdekatan.
"Ijin Mas Ibas, saya setelah ini memberi sambutan, kita bisa tukar posisi," kata penulis kepada Mas Ibas saat proses berdiri menjelang menyanyikan Indonesia Raya.
Mas Ibas setuju, penulis dan Mas Ibas bertukar posisi berdiri.
Jadilah momentum membahagiakan itu tercipta. Mbak Puan dan Mas Ibas berdiri berdekatan menyanyikan lagu kebangsaan dan setelahnya duduk berdekatan. Wartawan pun dapat foto dengan news value tinggi.
Itulah simbol keharmonisan pertama yang diharapkan membantu mendinginkan suasana politik dalam negeri menjelang Paripurna DPR terkait hasil kerja Pansus Hak Angket Bank Century.
*
Tiba giliran Mas Ibas pidato, tentu saja beliau menyapa dengan hormat Bapak Taufiq Kiemas selaku Ketua MPR dan Mbak Puan serta Mbak Caroline sebagai sesama penerima Anugerah Mapilu PWI.
ADVERTISEMENT
Tepuk tangan bergemuruh dari sekitar 850 (delapan ratus lima puluh) lebih peserta yang hadir. Sorak sorai seolah tidak ada ketegangan Pansus Bank Century. Tepuk tangan membahana. Tepuk tangan kebahagiaan dari kedua kelompok. Secara bersamaan.
Tidak ada keadaan di mana satu kelompok bertepuk tangan secara meriah, satu kelompok lagi diam seribu bahasa. Tidak ada suasana seperti itu.
Peserta yang hadir memang membeludak. Semua kursi terisi penuh sesuai penempatannya. Bagi yang kelebihan kuota tetap diperkenankan dalam ruangan namun harus ikhlas berdiri. Dan itulah yang terjadi. Dan yang lebih menggembirakan lagi, semuanya tertib dan saling menghargai. Luar biasa kesantunan dan peradaban politik yang ditampilkan seluruh hadirin malam itu.
Keindahan dan kesejukan deretan hampir seribuan karangan bunga yang ada di halaman hotel, di kediaman Pak Taufiq Kiemas, dan di DPD Partai Demokrat Sumsel serasa hadir dalam ruangan acara malam itu.
ADVERTISEMENT
Berkah kebahagiaan ternyata tidak sampai di situ saja. Begitu Mas Ibas selesai menyampaikan pidatonya, Pak Taufiq Kiemas tiba-tiba berdiri dari kursinya, berjalan menuju panggung, naik panggung dengan dibantu staf beliau, langsung menyalami Mas Ibas.
Standing applause dari sekitar 850 (delapan ratus lima puluh) hadirin kembali bergema di seluruh ruangan. Semua memberikan sorakan kebahagiaan. Pak Taufiq Kiemas senyum lebar, Ibas menyambutnya dengan keramahan seorang anak muda kepada orang tua. Hebat. Luar biasa.
Dan penulis pun berusaha keras menahan linangan air mata, sambil melihat Pak Margiono yang memberikan tanda jempol kepada penulis.
*
Giliran Mbak Puan menyampaikan pidato. Tanpa teks. Menyapa dari mimbar dengan sangat ramah kepada Pak Marzuki Alie, Pak Andi Malarangeng, dan tentu saja kepada Mas Ibas dan Mbak Caroline. Untuk kesekian kali tepuk tangan kembali membahana di seluruh ruangan begitu Mbak Puan menyebut nama Mas Ibas.
ADVERTISEMENT
Luar biasa pesona cucu Proklamator Republik Indonesia ini. Penulis baru sekali ini menyaksikan beliau berpidato, tanpa teks pula.
Selesai Mbak Puan berpidato, giliran Ketua DPR dari Partai Demokrat, Pak Marzuki Alie, yang berdiri dan menuju panggung, memberikan salam hangat dan hormat kepada Mbak Puan.
Seperti yang sudah pembaca tebak. Standing applause sekali lagi bergema di seluruh ruangan. Penulis sampai lupa kalau dalam ruangan ini ada 2 (dua) partai besar pemenang pemilu yang saling berseberangan dalam banyak isu. Satu berada dalam pemerintahan. Satu lagi berada di luar pemerintahan. Pun dalam menyikapi rencana Paripurna DPR terkait hasil Panses Bang Century, kedua partai berada pada kutub yang berbeda.
Namun itu tidak terlihat malam itu. Kegembiraan dan standing applause begitu serentak, bersama, spontan, dan dengan tingkat semangat yang sama menggeloranya sebagai anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Barakallah. Subhanallah. Luar biasa sekali nikmat kebersamaan ini. Luar biasa sekali kebesaran beliau-beliau ini.
*
Akhirnya misi 'mengawinkan' Mbak Puan dan Mas Ibas sebagai pesan simbolik kepada seluruh anak bangsa di seluruh pelosok negeri berhasil juga dihelat pada pelaksanaan HPN 2010 Palembang. Betapa kita sebenarnya adalah satu sebagai anak bangsa, sebesar apa pun perbedaan dalam politik, begitu terasa malam itu.
Khususnya pesan simbolik terkait perlunya kesejukan betapa pun besarnya perbedaan dalam menghadapi Paripurna DPR RI terkait hasil kerja Pansus Hak Angket Bank Century.
Acara berlanjut dengan Seminar Kepemiluan. Baik seluruh yang duduk di meja VIP senior, maupun seluruh yang duduk di meja VIP penerima Anugerah Mapilu-PWI, tetap duduk di tempat masing-masing dengan penuh semangat sampai seluruh acara selesai sekitar jam 23.30 WIB.
ADVERTISEMENT
*
Besoknya, 9 Februari 2010, salah satu media cetak menulis berita dengan judul : "Margiono 'Kawinkan' Ibas dan Puan di HPN Palembang"
*
Itulah bagaimana sosok seorang Pak Margiono dalam pandangan penulis. Seseorang yang tidak pernah lelah menjadikan segala momen untuk kepentingan bangsa dan negaranya, khususnya momen HPN, yang tidak boleh hanya sekadar rutinitas belaka.
HPN 2010 di Palembang merupakan HPN kedua beliau sebagai Ketua Umum PWI Pusat.
Sembilan bulan kemudian, tepatnya November 2010, diselenggarakan "Pertemuan Pemuda Politisi Anggota Parlemen Seluruh Indonesia," misi khusus lainnya dari beliau kepada penulis untuk membantu penyatuan seluruh partai politik dalam satu event yang melepaskan sekat-sekat kepartaian menjadi hanya sekat ke-Indonesia-an.
Pada lain kesempatan penulis coba untuk menuliskan misi khusus tersebut, insya Allah.
ADVERTISEMENT
Tanggal 1 Februari 2022 kemarin, orang hebat itu telah kembali menghadap Sang Penciptanya, Allah SWT.
Selamat jalan Pak, terima kasih atas segala pengajaran selama ini.
Semoga Pak Margiono sekarang sedang menikmati limpahan pahala atas segala usaha panjenengan tersebut di alam barzah sana. Dan semoga kelak diganjar Allah SWT dengan balasan syurga, Allahumma aamiin.