Konten dari Pengguna

Migor Mahal Melimpah, Menteri Teman Sandi dan Erick Malah Bingung, Duh Gustiii

Hendra J Kede
Ketua Dewan Pengawas YLBH Catur Bhakti / Partner pada Kantor Hukum E.S.H.A and Partners / Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI 2017-2022 / Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI 2003-2013 / Wakil Ketua Dept. Kerjasama dan Komunikasi Umat ICMI Pusat
23 Maret 2022 9:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Hendra J Kede, Wakil Ketua Departemen Komunikasi Ummat ICMI Pusat
Presiden Jokowi menunjukkan minyak goreng curah dan kemasan saat memimpin rapat terbatas membahas komoditas itu. Foto: Instagram/@jokowi
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi menunjukkan minyak goreng curah dan kemasan saat memimpin rapat terbatas membahas komoditas itu. Foto: Instagram/@jokowi
Saat minyak goreng langka beberapa waktu lalu, seorang teman bertanya kepada penulis, kenapa kira-kira minyak goreng tiba-tiba langka dan bagaimana mengatasinya?
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya itu muncul tidak lepas dari cara pandang beliau tentang kelangkaan.
Hanya ada beberapa hal logis kelangkaan minyak goreng bisa langka: suplai bahan baku ke pabrik terganggu luar biasa; dan/atau kemampuan pabrik memproduksi terganggu sedemikian rupa; dan/atau transportasi distribusi terganggu sangat bermasalah; dan/atau ada kartel yang menimbun untuk tujuan tertentu.
Tidak ada berita tentang terganggunya suplai bahan baku untuk memproduksi minyak goreng merek apa pun. Tidak ada berita gagal panen kelapa sawit dari perkebunan mana pun. Tidak ada berita terhambatnya pasokan bahan baku lain, baik dari dalam negeri maupun impor.
Tidak ada berita petani sawit mogok. Yang ada malah petani sawit mengusulkan perpanjangan masa jabatan Presiden kepada Ketua Umum Parpol yang juga Menko Perekonomian dan diamini sang sang Ketua Umum.
ADVERTISEMENT
Tidak ada berita terjadinya hambatan produksi di pabrik yang bersifat masif sehingga mempengaruhi ketersediaan pasokan minyak goreng di pasar seperti kerusakan pabrik karena bencana alam besar, tidak ada berita itu. Buruh pabrik minyak goreng juga tidak terdengar melakukan mogok kerja massal.
Tidak ada berita terjadinya hambatan transportasi yang sangat fatal sehingga mengganggu distribusi minyak goreng ke pasar-pasar. Baik gangguan keamanan maupun gangguan teknis jalan raya.
Namun tiba-tiba saja minyak goreng langka, harga selangit, mak-mak terpaksa ngantre berjam-jam sampai-sampai menarik perhatian Bu Mega.
Pedagang kecil dengan bahan baku pokok minyak goreng menjerit. Sektor paling real sangat terganggu, seperti penjual gorengan dan rumah makan.
Yang ada beritanya, sekian ton minyak goreng ditemukan dalam gudang di Sumatera Utara. Dan berita semacamnya di tempat berbeda. Bahkan sampai ada berita yang bilang mak-mak menimbun minyak goreng. Yang terakhir ini banyak yang bilang sumber beritanya super ngaco dan ngawur. Penulis sangat sepakat.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba saja, entah bagaimana menjelaskannya, minyak goreng melimpah ruah di pasar. Seolah mengkonfirmasi, sebenarnya tidak ada masalah suplai bahan baku ke pabrik, tidak ada kendala produksi di pabrik, dan tidak ada kendala transportasi distribusi ke pasar.
Seolah-olah mengkonfirmasi minyak goreng yang sudah membanjiri pasar ini ada di suatu tempat yang sangat dekat dengan pasar-pasar itu sebelumnya. Sehingga begitu cepatnya bisa membanjiri pasar. Terasa lebih cepat dari kedatangan banjir kiriman dari Bogor ke Jakarta.
Kebetulan banjir minyak goreng itu terjadi kok ya sehari setelah Kapolri mengeluarkan perintah ke Kapolda dan Kapolres seluruh Indonesia untuk memastikan ketersediaan minyak goreng di pasar. Setelah perintah itu keluar, langsung pasar kebanjiran minyak goreng.
Penulis tentu kehabisan argumen untuk menolak sudut pandang sekelompok masyarakat yang menduga penimbun minyak goreng ketakutan akan ditangkap polisi, lalu membanjiri pasar dengan minyak goreng.
ADVERTISEMENT
Tapi faktanya dari sisi waktu memang begitu yang terjadi. Banjir minyak goreng di pasar modern sampai pasar tradisional terasa begitu tiba-tiba setelah Kapolri keluarkan perintah kepada Kapolda dan Kapolres seluruh Indonesia itu.
Wilayah banjirnya pun tidak main-main. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote, dari mall sampai pasar becek, dari kota sampai pelosok.
Serasa banjirnya serentak pula. Seolah Indonesia ini seluas Singapura saja.
Tapi jangan kira masyarakat bergembira. Pedagang gorengan lancar lagi kebulan asap dapurnya.
Harga minyak goreng membanjiri di pasaran itu punya efek pusing kepada rakyat melebihi efek pusing karena kelangkaan beberapa waktu lalu.
Harganya selangit. Tak tanggung-tanggung, harga minyak goreng melonjak hampir dua kali lipat. Awalnya tidak tahu apa faktor apa penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Ada yang bercanda, minyak goreng mahal karena Kapolri perintahnya kurang lengkap. Kapolri hanya perintahkan Kapolda dan Kapolres: minyak goreng harus tersedia.
Coba kalau Kapolri tambahkan perintahnya: minyak goreng harus tersedia dengan harga sama sebelum langka.
Kemudian ada berita pemerintah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET). Seolah pemerintah membiarkan harga tertinggi terserah yang punya minyak goreng.
Tidak tahu juga kenapa HET dicabut, apakah karena biaya-biaya yang terkait produksi dan distribusi minyak goreng naik atau karena keuntungan pengusaha yang pengin naik, entahlah.
Tiba-tiba saja ada berita yang tidak kalah mengejutkan, Menteri Perdagangan yang bertanggung jawab tentang kelangkaan minyak goreng ini bilang kalau beliau bingung.
"Saya juga bingung barang ini dari mana? Tiba-tiba keluar semua," kepada salah satu media Senin (21/3/2022) saat meninjau ketersediaan minyak goreng.
ADVERTISEMENT
Penulis sebenarnya bingung juga, kok seorang Muhammad Lutfi bisa mengeluarkan pernyataan bingung begitu.
Barangkali mungkin karena penulis telanjur mempersepsikan Menteri Perdagangan M. Lutfi seperti Menteri Sandiaga Uno dan Menteri Erick Tohir yang teman sekolah di Amerika yang terkenal pintar dan cerdas. Apalagi sama-sama berlatar belakang pengusaha sukses pula. Tapi kok bingungan. Ndak berhenti bingung, masih bilang-bilang kalau bingung ke publik lagi.
Penulis tentu saja juga bisa memaklumi jika masyarakat menjawab pertanyaan kebingungan Pak Menteri Lutfi: "Kami lebih bingung lagi, kok Bapak sebagai Menteri Perdagangan bisa bilang bingung begitu, Bapak kan mantan pengusaha dan mengerti bagaimana dunia usaha bekerja, termasuk dunia usaha perminyak-gorengan, harusnya Bapak ndak boleh bingung, kebingungan Bapak malapetaka bagi kami rakyat bawah."
ADVERTISEMENT
Duh Gustiiii.... paringono eling.....