Negatif Sehari Setelah Positif COVID-19, Sampelku Terkontaminasi Sampel Lain?

Hendra J Kede
Ketua Dewan Pengawas YLBH Catur Bhakti / Partner pada Kantor Hukum E.S.H.A and Partners / Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI 2017-2022 / Ketua Pengurus Nasional Mapilu-PWI 2003-2013 / Wakil Ketua Dept. Kerjasama dan Komunikasi Umat ICMI Pusat
Konten dari Pengguna
6 September 2021 7:49 WIB
·
waktu baca 12 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Hendra J Kede, Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI
Ilustrasi. Dok: ShutterStock
Senin (30/8/2021) penulis tes Swab PCR di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat untuk keperluan penerbangan dinas resmi ke Medan, Sumatera Utara. Selasa (31/8/2021) hasilnya keluar dan penulis dinyatakan Negatif COVID-19. Layar PeduliLindungi.id yang memuat informasi data penulis pun berwarna Hijau. Boleh terbang ke Medan dan bepergian ke fasilitas umum.
ADVERTISEMENT
Penulis ke Medan dalam rangka wawancara Calon Anggota Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara Periode 2021-2025 di mana penulis sebagai salah satu Anggota Timsel mewakili unsur Komisi Informasi Pusat. Timsel bersama Prof. Subhilhar sebagai Ketua, Prof. Amrin Saragih sebagai Wakil Ketua, Prof. Muh. Hatta, Bapak Fitriyus, dan penulis sebagai Anggota.
Jumat (3/9/2021) penulis tes Swab PCR lagi untuk keperluan terbang balik ke Jakarta. Hasilnya keluar Sabtu (4/9/2021). Dan berita menggelegar itu pun sampai ke penulis. Penulis dinyatakan kembali Positif COVID-19 untuk kedua kalinya. Saat sedang dinas luar kota.
Layar PeduliLindungi.id pun berwarna Hitam saat membuka data penulis. Jangankan untuk terbang kembali ke Jakarta, bepergian ke fasilitas umum di Kota Medan pun dilarang, kecuali ke Rumah Sakit.
ADVERTISEMENT
Kejadiannya tepat di hari HUT pernikahan penulis yang ke 16 dengan putri asal Wonogiri, Jawa Tengah, Ira Retnowati, A.Md.Far, S.T., PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Penulis di Kota Medan, Sumatera Utara. Istri dan anak-anak di Wonogiri, Jawa Tengah. Saat video call saling menjaga perasaan. Namun siapa yang tidak tahu betapa beratnya beban psikologis saat itu.
*
Selasa, 24 Agustus 2021, penulis melakukan kunjungan lapangan dalam rangka Monitoring dan Evaluasi (Monev) Internal tentang Keterbukaan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) RI.
Tepatnya ke Balai Besar Veteriner Kementan di Wates, Kabupaten Kulonprogo, D.I. Yogyakarta. Diterima dengan sangat antusias oleh Kepala BB Veteriner, Drh. Hendra Wibawa, Ph.D., beserta jajaran PPID Pembantu BB Veteriner. Beliau pernah mendalami Biologi Molekuler saat kuliah Pasca Sarjana.
ADVERTISEMENT
Penulis diajak meninjau laboratorium milik Balai Besar Veteriner yang juga menjadi tempat pengujian sampel COVID-19 yang dikirim oleh Puskesmas di sekitar Wates. Ada dua laboratorium.
Laboratorium Pertama. Laboratorium untuk mengekstrak sampel yang masih berupa RNA virus COVID-19, untuk diambil sampel proteinnya (semoga penulis tidak salah mencerna).
Tentu saja tidak semua orang boleh masuk ke dalam Laboratorium ini. Hanya petugas laboratorium yang bisa masuk. Itupun dengan prosedur yang sangat ketat. Dan harus dengan memakai pakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang sangat rapat. Jika keluar ruang laboratorium, harus mandi terlebih dahulu sebelum keluar ke ruangan biasa. Virus COVID-19 hidup hasil Swab PCR diolah melalui proses ekstraksi protein di Laboratorium pertama ini.
Penulis hanya melihat dari agak kejauhan saja. Begitu juga dengan rombongan penulis maupun rombongan BB Veteriner.
ADVERTISEMENT
Semenjak diminta melakukan proses pengujian hasil Swab PCR oleh pemerintah, Laboratorium BB Veteriner Wates telah mengekstrak hampir 20.000 (dua puluh ribu) sampel. Suatu sumbangsih luar biasa Kementan umumnya dan BB Veteriner Wates khususnya dalam pengendalian COVID-19. Dan hebatnya, Alhamdulillah, Puji Tuhan, belum ada satupun petugas laboratorium yang tertular dari sampel.
Laboratorium Kedua. Hasil ekstrak protein di Laboratorium Pertama dikirim ke Laboratorium Kedua yaitu Laboratorium Biotek. Sampel yang dikirim ke Laboratorium Biotek ini sudah aman. Sudah berupa ekstrak RNA. Hanya tinggal sampel DNA virus saja, bukan virus hidup. Tidak menularkan sama sekali.
Petugas Laboratorium pun sudah tidak perlu pakai APD lengkap walaupun masih menggunakan protokol ketat sebuah Laboratorium berlabel Biotek.
Penulis diajak masuk sampai ke ruangan yang digunakan untuk memproses penentuan apakah sampel positif atau negatif COVID-19. Penulis mendapat penjelasan langsung dari Drh. Hendra Wibawa, Ph.D.
ADVERTISEMENT
Sampel hasil ekstraksi RNA di Laboratorium Pertama diletakkan dalam Plate PCR. Satu Plate PCR ukurannya 15 cm x 10 cm. Setiap Plate PCR terdapat lubang-lubang kecil 12 x 8 lubang, jadi semuanya 96 lubang. Setiap lubang untuk meletakkan satu sampel hasil ekstraksi. Sehingga dalam satu Plate PCR untuk menampung 96 sampel ekstraksi.
Plate PCR. Dok: Pribadi.
Pada Laboratorium kedua ini dilakukan proses untuk menentukan apakah sampel yang diperiksa positif atau negatif COVID-19 dengan cara memproses sampel yang sudah dimasukkan ke dalam Plate PCR tadi sekaligus di dalam sebuah alat yang namanya Mesin Real Time PCR. BB Veteriner memiliki 3 (tiga) unit Mesin Real Time PCR, ada yang lama dan baru.
Sekali proses, Mesin Real Time PCR mampu maksimal 96 memproses 96 sampel yang terdapat dalam satu Plate PCR. Hasilnya adalah status negatif, positif, dan nilai CT sampel yang diproses.
ADVERTISEMENT
Mesin Real Time PCR yang digunakan di BB Veteriner Wates memiliki kualifikasi di mana batas CT lebih besar atau sama dengan 38 berarti NEGATIF COVID-19, Nilai CT di bawah 38 berarti Positif COVID-19.
Real Time PCR. Dok: Pribadi.
Pada Laboratorium lain mungkin menggunakan Mesin Real Time PCR yang berbeda, di mana sampel dinyatakan NEGATIF COVID-19 kalau nilai CT-nya sama atau lebih besar dari 40, sementara kalau nilai CT di bawah 40 berarti POSITIF COVID-19.
BB Veteriner Wates juga memiliki satu alat Mesin Next Generation Sequencing (NGS) untuk melihat Urutan DNA/RNA Penyusun Virus..Dari Mesin ini kita bisa menganalisis apakah sampel yang positif Covid-19 itu masuk Golongan/Kelompok mana. Mesin ini mampu mengidentifikasi dan mengkarakterisasi susunan virus Covid-19nya. Mesin mampu untuk mendeteksi varian virus COVID-19 yang menginfeksi seseorang.
Next Generation Sequencing (NGS) Machine untuk melihat Urutan DNA/RNA Penyusun Virus. Dari Mesin ini kita bisa menganalisis apakah sampel yang positif COVID-19 itu masuk golongan/kelompok mana.
Tentu saja Drh. Hendra Wibawa, Ph.D sangat fasih dan lancar menjelaskan kepada penulis karena beliau memang peneliti di sana sebelumnya, sebelum menjabat jabatan struktural Eselon II sebagai Kepala BB Veteriner. Dan beliau masih muda pula, di bawah penulis umurnya, masih lama menuju kepala 5. Sosok pimpinan birokrat Kementan masa depan yang semoga senantiasa berusaha menerapkan dan membangun budaya Keterbukaan Informasi Publik di Kementan, sebagaimana dilakukan seniornya saat ini, aamiin.
ADVERTISEMENT
Salah satu penjelasan Drh. Hendra Wibawa, Ph.D. yang tertanam dalam ingatan penulis adalah adanya kemungkinan sampel terkontaminasi oleh sampel lain dalam proses memasukkan sampel ke dalam tabung-sabung sangat kecil yang berjumlah 96 tabung untuk 96 sampel dalam satu Plate PCR.
Sehingga bisa saja ada kemungkinan, walaupun kecil, sampel yang sebenarnya Negatif COVID-19 namun terdeteksi Positif COVID-19 karena terkontaminasi sampel sebelahnya yang kebetulan Positif COVID-19. Sesuatu yang bisa saja terjadi karena faktor kelelahan petugas Laboratorium atau karena faktor lain. Lebih-lebih pada saat puncak Pandemi COVID-19. Walaupun, sekali lagi, kemungkinannya kecil sekali. Satu berbanding puluhan atau ratusan ribu.
*
Langkah pertama penulis setelah dinyatakan Positif COVID-19 hasil Swab PCR hari Jumat (3/9/2021) adalah menghubungi semua riwayat kontak agar segera melakukan langkah-langkah antisipatif. Penulis pun mematikan AC sentral kamar hotel tempat penulis menginap.
ADVERTISEMENT
Selama di Medan penulis relatif hanya berinteraksi dengan sangat sedikit orang, tidak sampai 15 (lima belas) orang. Dan semua kontak tersebut dalam posisi protokol kesehatan ketat. Bermasker dua lapis, selalu cuci tangan, dan jaga jarak.
Selanjutnya penulis hubungi adik Ipar di Wonogiri, Jateng. Biasanya penulis panggil Om Seno. Penulis minta tolong beliau memberi tahu istri dan anak penulis dan sekaligus minta tolong istri Om Seno, Ndari, yang merupakan adik kandung istri penulis, menemani istri penulis malamnya di Wonogiri. Dan penulis juga sekaligus minta tolong untuk memastikan anak pertama penulis yang sekolah boarding tidak diberi tahu dulu, biar tetap tenang belajar.
Setelah itu baru penulis merenungkan dan memikirkan langkah selanjutnya yang akan penulis ambil.
ADVERTISEMENT
*
Bapak Fitriyus, Asisten I Pemprov Sumut, yang sama-sama Anggota Timsel dengan penulis, dan Bapak Irman, Kepala Dinas Kominfo Sumut, mulai mengkoordinasikan untuk membantu terkait bagaimana perawatan penulis. Beberapa alternatif kami diskusikan. Beliau berdua luar biasa sekali tanggung jawabnya. Penulis selaku tamu beliau berdua, diurus dengan sangat baik.
Saat berdiskusi hari Sabtu (4/9/2021) itu terlintas begitu saja ucapan Kepala BB Veteriner Wates, Drh. Hendra Wibawa, Ph.D. dalam benak penulis. Khususnya penjelasan beliau tentang adanya kemungkinan kontaminasi sampel.
Penulis perhatikan nilai CT penulis dalam laporan hasil Swab PCR tersebut 30,28. Sebenarnya nilai CT ini termasuk tinggi. Artinya jumlah virus COVID-19 dalam tubuh penulis relatif sedikit dan dalam proses menuju kesembuhan, jika benar penulis telah tertular.
ADVERTISEMENT
Namun setelah penulis renungkan lagi, bukankah baru 4 (empat) hari sebelumnya hasil Swab PCR penulis negatif? Kalaupun penulis terkontaminasi COVID-19 seharusnya belum masuk masa puncak inkubasi, seharusnya nilai CT penulis masih di atas 35? Tentu saja pertanyaan dan kesimpulan tersebut bukan berdasar keahlian. Karena memang penulis bukan berlatar belakang pendidikan tentang virus.
Kemudian penulis juga tidak ada keluhan apapun. Makan lahap. Tidur nyenyak. Tidak lemas. Tidak batuk. Tidak sesak napas. Kerongkongan biasa-biasa saja. Buang air besar normal. Dan selama di Medan penulis rutin konsumsi vitamin, minum susu, dan makan buah. Terakhir, alat oximeter yang selalu penulis bawa selalu menunjukkan hasil antara 96-98.
Setelah mempertimbangkan semuanya, Sabtu (4/9/2021) sore penulis memutuskan untuk melakukan tes Swab PCR ulang, untuk sekadar memastikan saja, agar ada second opinion. Ibu Nunik Purwanti, Kabag Umum sekaligus Penanggung Jawab COVID-19 di Kantor Komisi Informasi Pusat RI, juga sependapat.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai penulis sebenarnya negatif namun karena sampel terkontaminasi lalu dinyatakan positif. Bisa-bisa justru penulis nantinya terinfeksi COVID-19 di tempat isolasi terpadu atau di ruang isolasi Rumah Sakit tempat perawatan.
*
Sabtu (4/9/2021) sore itu juga penulis mencari tempat Swab PCR di beberapa Rumah Sakit di Kota Medan. Dan menanyakan apakah bisa hasilnya keluar sebelum jam 09.00 hari Minggu (5/9/2021). Tujuannya agar bisa digunakan sebagai syarat penerbangan jika hasilnya Negatif. Penerbangan penulis dengan Garuda Indonesia ke Jakarta jam 10.50 WIB.
Hampir semua RS tidak bisa. Akhirnya, atas saran Pak Fitriyus, Asisten I Pemprov Sumut, penulis akhirnya melakukan Swab PCR di RS Royal Prima walaupun hasilnya baru bisa dipastikan keluar Minggu sore, kemungkinan keluar sebelum jam 09.00 Minggu kecil, walaupun bukan tidak mungkin.
ADVERTISEMENT
Tidak berselang lama setelah penulis selesai pengambilan sampel di RS Royal Prima, penulis dapat informasi dari Pak Irman, Kadis Kominfo Sumut, kalau bisa Swab PCR di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sumatera Utara (USU) dengan hasil keluar Minggu pagi.
Segera saja penulis meluncur ke USU. Untuk keempat kalinya dalam seminggu ini, untuk ketiga kalinya dalam 2 hari, dan untuk kedua kalinya dalam sehari, sampel COVID-19 diambil dari hidung dan tenggorokan penulis guna keperluan Swab PCR.
*
Minggu pagi, tanggal 5 September 2021, tepat pada HUT ke-15 anak pertama penulis, Asyiah Padusi Solihah Aufklarung, penulis dapat kabar dari Laboratorium Mikrobiologi USU kalau hasil Swab PCR penulis sudah keluar dengan hasil: NEGATIF COVID-19.
Alhamdulillah, segera penulis kabarkan ke semua riwayat kontak dan istri serta beberapa kenalan yang sudah terlanjur tahu hasil Swab PCR yang hari Jum'at (3/9/2021).
ADVERTISEMENT
Hasil tersebut sudah diinputkan juga ke dalam sistem PeduliLindungi.id Kemenkes RI. Dan saat penulis cek, status penulis sudah berwarna Hijau dan dinyatakan layak terbang dan mengunjungi fasilitas umum.
Selang hampir 2 jam, penulis dapat kabar lagi dari RS Royal Prima kalau hasil Swab PCR penulis sudah keluar dengan hasil: NEGATIF COVID-19.
Alhamdulillah wa syukurillah.
*
Penulis tidak dapat membayangkan bagaimana situasi yang akan terjadi pada penulis jika penulis tidak melakukan Swab PCR ulang.
Tentu saja penulis akan dirawat di tempat Isolasi Terpadu atau di ruang isolasi Rumah Sakit dan dikumpulkan bercampur dengan pasien Positif COVID-19 yang benar-benar positif COVID-19,.dan penulis akan dianggap Positif COVID-19 pula, walaupun sebenarnya Negatif COVID-19.
Tujuh hari kemudian penulis akan di Swab PCR untuk memantau perkembangan. Mungkin saat itu penulis benar-benar sudah terinfeksi virus COVID-19, tertular dari sesama penghuni ruang isolasi. Hasil Swab PCR akan menyatakan penulis masih positif, padahal baru saja positif. Dan dari situ berlanjut dan perawatan sampai batasnya, entah menjadi negatif atau wafat.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, semuanya itu dapat dicegah melalui ilham yang digoreskan oleh Allah SWT melalui ilmu yang diberikan Drh. Hendra Wibawa, Ph.D.
*
Penulis sama sekali tidak menyalahkan tempat di mana penulis pertama melakukan tes Swab PCR hari Jumat (3/92021), karena, seperti penjelasan Drh. Hendra Wibawa, Ph.D., penulis meyakini tidak ada faktor kesengajaan maupun kelalaian di sana. Karena itu penulis tidak menyebutkan dan menuliskan nama Rumah Sakit tersebut di sini.
Mungkin saja sampel penulis terkontaminasi sampel lain, namun itu hanya satu kejadian di antara ratusan ribu proses pengujian. Dan pasti itu suatu yang wajar dan alamiah saja. Kebetulan saja itu terjadi pada penulis.
*
Terima kasih ya Allah yang sudah menggerakkan hatiku untuk tes Swab PCR ulang. Terima kasih sudah sedemikian hebatnya Engkau membuat skenario sehingga tanpa direncanakan ada 2 hasil Swab PCR sebagai second opinion dan third opinion dengan hasil NEGATIF. Setelah sebelumnya dinyatakan POSITIF, hanya dalam 2 hari satu malam.
ADVERTISEMENT
Terima kasih ya Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan spiritual-Mu selama beberapa jam itu yang teramat sangat berharga dari Engkau ya Tuhanku, untuk membimbingku dan mengingatkanku akan kehambaanku dan kekhalifahanku di muka bumi ini.
Terima kasih Engkau jadikan istriku tetap dapat membuat aku tertawa untuk menjaga imun disaat dia baru saja menerima kabar suaminya positif kembali COVID-19 di kota lain saat bertugas, suatu kabar yang tentu saja sangat berat, kabar kembali Positif COVID-19 setelah yang pertama Oktober 2020 setahun lalu.
Terima kasih Engkau berikan aku anak laki-laki yang walaupun baru berumur 9 tahun, Muhammad Azzam Rambun Aufklarung, telah menyarankan kepada Ibunya agar tidak memberi tahu hal ini kepada kakaknya yang sedang di pondok pesantren karena khawatir kakaknya down dan tidak ada yang menemani.
ADVERTISEMENT
Terima kasih telah engkau berikan aku sahabat-sahabat baik, bahkan baik sekali. Pak Fitriyus, Pak Irman, Pak dr. Aris, Bu Dr. dr. Lia, Prof Subhilhar, Prof. Amrin Saragih, Prof. Hatta, Pak Sayhan, Bu Nunik, Om Seno, Ndari dan yang lainnya, sehingga aku bisa dengan tenang menjalani jam-jam yang demikian berat, berat lahir bathin.
*
Kepada seluruh rakyat Indonesia penulis imbau, mari kita jalankan dengan disiplin tinggi program-program penanggulangan COVID-19 yang telah dicanangkan pemerintah. COVID-19 itu nyata. Program pemerintah juga nyata didedikasikan untuk melindungi masyarakat. Laksanakan protokol kesehatan secara disiplin.
Dengan demikian, kita dapat berkontribusi agar segera dapat kembali ke situasi normal untuk membangun Indonesia menjadi negara hebat, negara nomor 5 terkuat ekonominya di dunia tahun 2045, sebagai warisan berharga kita untuk anak cucu, sebagaimana sudah dicanangkan Presiden Jokowi dan dinyatakan dalam alinea awal Penjelasan UU Cipnaker.
ADVERTISEMENT
Salah satunya dengan mengoptimalkan penerapan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia 5 besar kekuatan ekonomi dunia tahun 2045 tersebut, yaitu penerapan prinsip-prinsip Keterbukaan Informasi Publik dalam segala sektor kehidupan bernegara dan masyarakat sebagaimana telah digariskan Pasal 28F UUD NRI 1945, UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik beserta aturan turunannya, salah satunya Peraturan Komisi Informasi (Perki) Nomor 1 Tahun 2021 tentang Standar Layanan Informasi Publik (SLIP) yang salah satu BAB di dalamnya mengatur tentang Keterbukaan Informasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Sebagai penutup, izinkan penulis mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-15 kepada anak pertama penulis, Asyiah Padusi Solihah Aufklarung, yang sedang di pondok pesantren, dan tentu entah kapan bisa membaca tulisan ini. Semoga engkau selalu menjadi anak sholehah ya nak. Kehadiranmu bersama adikmu insya Allah selalu membawa kabar gembira, angin kesejukan, dan cahaya keilahian bagi kami dunia akhirat, sehehat apapun badai yang menimpa sebelumnya, seperti peristiwa kali ini, Allahumma aamiin
ADVERTISEMENT
Garuda Indonesia, penerbangan Kualanamu-Jakarta, Ketinggian 10.668 meter dpl, di atas pulau Sumatera, 5 September 2021.