Konten dari Pengguna

Parit Al Farisi

Hendra J Kede, ST, SH, MH, GRCE, Mediator
Ketua Dewas YLBH Catur Bhakti KBPII / Pemerhati GRC / Profesional Mediator / Penulis / Waka KI Pusat RI 2017-2022
31 Maret 2020 7:09 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra J Kede, ST, SH, MH, GRCE, Mediator tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tenaga medis penanganan virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tenaga medis penanganan virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Quran Surah Al-Ahzaab: 33 (QS 33 : 33) mendadak viral di media sosial semenjak pemerintah mengumumkan pasien positif Virus Corona di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kata wa qurna di awal QS 33 : 33 yang berarti perintah tinggal di rumah dihubung-hubungkan dengan salah satu kebijakan pemerintah menangani penanggulangan penyebaran virus Corona: tinggal di rumah.
Sekilas memang pengucapan kata wa qurna dengan Corona sangat mirip, apalagi terjemahan bahasa Indonesianya adalah perintah tinggal di rumah.
Memang begitulah dunia media sosial, penuh dengan kreatifitas anak manusia.
Penulis mencoba membuka-buka Tafsir Al-Mishbah yang ditulis Prof. Dr. M. Quraish Shihab, ayahanda pembawa acara terkenal nan inspiratif itu, mbak Najwa Shihab. Dan setelah membaca sekilas ulasan tentang QS Al-Ahzaab Ayat 1-35, inspirasi muncul, lalu memutuskan menulis tulisan ini dan mengaitkannya dengan perang melawan Pandemi Corona yang sedang negara bangsa Indonesia hadapi.
ADVERTISEMENT
**
Quran Surah Al-Ahzaab salah satunya menceritakan bagaimana pertolongan Allah SWT datang saat perang. Angin dingin nan menusuk tulang bertiup memporak porandakan perbekalan musuh dan tentara-tentara Allah SWT yang tidak kasat mata ikut masuk kedalam barisan Rp 3.000 (tiga ribu prajurit) prajurit Rasulullah yang gigih ikhlas berjuang menghadapi serbuan Rp 12.000 (dua belas ribu) prajurit konfederasi. Peperangan berakhir dengan kekalahan total pasukan konfederasi yang mengepung Kota Madinah Al-Munawwaroh.
Banyak riwayat dalam Hadis yang menerangkan bahwa sebenarnya strategi militer yang awalnya direncanakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Panglima Perang bukanlah strategi militer yang akhirnya diterapkan dan membawa memenangkan perang.
Salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Persia, Salman Al Farisi R.A., bertanya kepada Nabi, apakah strategi militer yang akan diterapkan tersebut merupakan wahyu dari Allah SWT atau hanya pilihan Nabi sebagai Panglima Perang di antara pilihan yang ada?
ADVERTISEMENT
Salam Al Farisi R.A. melanjutkan bahwa seandainya strategi tersebut wahyu dari Allah SWT dan atau ketetapan Nabi Muhammad SAW yang tidak bisa tidak harus dilaksanakan maka ia akan patuh tanpa bertanya, walau nyawa taruhannya demi melaksanakan perintah Rasulullah dan melindungi kaum muslimin yang ada di Kota Madinah Al-Munawwaroh. Namun jika strategi tersebut hanya pilihan Nabi sebagai Panglima Perang semata di antara pilihan yang ada dan masih memungkinkan secara ketentuan hukum Islam untuk diubah maka Salman Al Farisi R.A. meminta ijin menyampaikan tambahan pilihan dan Nabi Muhammad.SAW bebas menerima atau menolaknya.
Nabi Muhammad SAW mempersilakan Salman Al Farisi R.A. menjelaskan usulan alternatif strategi perang.
Sampai di sini terlihat adab dan etika yang sangat mulia yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Panglima Militer dan demikian juga dengan Salman Al Farisi R.A. sebagai sahabat dan prajurit bawahan dalam militer.
ADVERTISEMENT
Nabi tidak menggunakan otoritas kenabian beliau karena memang demikian adanya, saat Nabi memilih strategi peperangan di antara strategi yang ada bukan karena wahyu atau ketetapan berdasar kewenangan kenabiannya, namun semata-mata pilihan sebagai Panglima Militer. Nabi terbuka kepada semua pihak tentang hal ini. Nabi tidak merasa malu apalagi gengsi untuk mendengar masukan dari anak buahnya dengan sangat serius dan seksama.
Sementara Salman Al Farisi R.A. merasa nyaman dan bebas untuk menyampaikan pandangannya kepada Panglima Militer yang sekaligus Nabi namun diawali dengan pernyataan kepatuhan total apa pun yang diputuskan Nabi Muhammad SAW.
Sejarah kemudian mencatat bahwa peperangan dimenangkan dengan korban paling sedikit dalam sejarah peperangan umat Muslim.
Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW lebih menerima dan memilih strategi yang dipresentasikan Salman Al Farisi R.A. tanpa merasa tersinggung sedikitpun apalagi malu dan gengsi hanya karena strategi awal beliau tidak jadi dipakai.
ADVERTISEMENT
***
Penulis melihat banyak inspirasi yang dapat kita ambil ambil sebagai negara dan bangsa dari uraian di atas, terutama dalam menghadapi peperangan melawan Pandemi Virus Corona yang sangat sulit dikendalikan laju penyebarannya.
Inspirasi Pertama. Membuka diri seluas-luasnya untuk menerima kemungkinan-kemungkinan adanya strategi-strategi baru yang boleh jadi merupakan strategi terbaik yang bisa diterapkan untuk mengendalikan Pandemi Virus Corona sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW di atas;
Inspirasi Kedua. Semua warga negara, khususnya para pejabat pembantu Presiden Republik Indonesia selaku Panglima Tertinggi dalam peperangan melawan Virus Corona, janganlah ada sedikit pun keraguan untuk menyampaikan masukan-masukan strategi baru kepada Presiden jika memang diyakini itu strategi yang baik. Namun harus tetap sesuai dengan unggah ungguh dan kepatutan sebagaimana dicontohkan Salman Al Farisi R.A. di atas;
ADVERTISEMENT
Inspirasi Ketiga. Presiden selaku Panglima Tertinggi dalam peperangan melawan Virus Corona tentu akan bijaksana sekali jika membuka buka diri seluas-luasnya dan berkenan mendengar dan menerima strategi-strategi baru dari manapun datangnya yang boleh jadi lebih efektif dan efisien untuk menanggulangi Pandemi Corona;
Inspirasi Keempat. Menghadapi Virus Corona ini prinsip-prinsip keterbukaan informasi sangatlah penting, sebagaimana diperlihatkan Nabi Muhammad SAW di atas yaitu dengan terbuka kepada semua pihak bahwa pilihan strategi awal beliau bukanlah wahyu atau berdasar otoritas kenabian.
***
Pada saat menjelaskan QS Al-Ahzaab : 28-29, Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengutip pendapat Fakhruddin ar-Razi: Akhlak mulia hanya terdiri dari dua hal pokok yaitu 1. Pengagungan Allah SWT; dan 2. Kasih sayang terhadap makhluk-Nya.
ADVERTISEMENT
Pandangan Fakhruddin ar-Razi ini mengingatkan penulis pada tulisan penulis sebelumnya yang penulis beri judul: "Solusi Corona: Doa, Cinta, dan Usaha"
Doa para pemimpin bersama masyarakat akan membukakan pintu-pintu pertolongan Allah SWT menghadapi Pandemi Corona;
Cinta dan kasih sayang pemimpin kepada rakyat serta cinta dan kasih sayang masyarakat kepada pemimpin akan melahirkan strategi yang meminimalkan korban di kalangan masyarakat luas termasuk meminimalkan korban dari pihak Dokter, Perawat, dan Tenaga Medis, dan tenaga lainnya seperti dan tidak terbatas jurnalis;
Usaha gigih penuh keikhlasan pemimpin dan masyarakat bergandeng tangan akan menuntun kita sebagai negara bangsa menemukan strategi brilian untuk memenangkan peperangan dan mengakhiri Pandemi Corona dari bumi pertiwi tercinta, Indonesia.
**
ADVERTISEMENT
Pilihan untuk memilih dan menerapkan usulan Salman Al Farisi untuk menggali parit mengelilingi Kota Madinah Almunawwarah sebagai strategi utama militer tercatat dalam sejarah Islam sebagai strategi sangat brilian dan membawa kemenangan besar dengan korban paling sedikit seperti diuraikan QS Al Ahzaab.
Bahkan peperangan tersebut diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Quranul Karim sebagai petunjuk bagi umat manusia sampai akhir zaman.
Peperangan itupun dikenang dan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Islam sebagai Perang Khandaq yang secara bebas berarti Perang Parit.
Siapa tahu dengan memenuhi semua prasyarat di atas (doa, cinta, dan usaha) yang tulus ikhlas dari pemimpin, aparatur negara, dan rakyat Indonesia, kita sebagai negara bangsa dapat menemukan strategi paling jitu untuk melawan dan mengakhiri Pandemi Corona dengan korban seminimal mungkin.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana Nabi Muhammad menemukan parit sebagai strategi paling jitu dalam menghadapi Perang Khandaq.
Parit Al Farisi
Allahumma Amiin
Hendra J Kede
Ketua Bidang Hukum dan Legislasi Pengurus Pusat Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia / Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI