Modernisasi Produk Budaya, Kunci Promosi Indonesia

Hendra Oktavianus
Diplomat Indonesia. Chevening Alumni. Master on Global Media & Communication dari University of Warwick, UK. Pecinta buku, kamera dan asa.
Konten dari Pengguna
15 April 2018 7:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra Oktavianus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rudi (26) hari minggu ini akan berkumpul bersama dengan sejumlah temannya untuk merayakan festival di Kedutaan Besar Jepang. Rudi sejak lama jatuh cinta dengan segala sesuatu tentang Jepang. Mulai dari komik, film, drama maupun makanan Jepang. Apapun yang berbau negara sakura tersebut akan dibeli oleh Rudi. Padahal Rudi belum pernah sekalipun menginjakan kaki ke Jepang. Invidu seperti Rudi bukan seorang diri. Ratusan bahkan ribuan orang di Indonesia juga sama dengan dirinya. Jatuh cinta kepada satu budaya dari satu negara di ujung cakrawala, walaupun belum pernah berkunjung. Negara-negara yang mempunyai pengaruh budaya kuat seperti Amerika Serikat, Prancis, Korea Selatan, Jepang dan Inggris menjadi mimpi yang ditaruh para pencintanya di negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
Apa yang membuat negara-negara ini dapat mempengaruhi jutaan orang seperti Rudi untuk jatuh cinta kepada budaya, bahasa dan produknya?. Cinta yang lebih besar daripada budaya nasional yang sehari-hari dijalani oleh dirinya. Ternyata kuncinya terletak dengan modernisasi kebudayaan mereka. Menjadikan kekayaan budaya dan tradisi mereka relevan dengan kehidupan modern sehingga dapat dikonsumsi oleh khayalak luas.
Kita, bangsa Indonesia, sering memandang bahwa kekayaan budaya harus dipertahankan kemurniannya. Tarian tradisional harus dipersembahkan dan dinikmati secara otentik, lengkap dengan musik pengiring, ornamen panggung dan aktor kawakan yang sudah mendalami seni ini selama puluhan tahun. Konsep seperti ini memang mempertahankan kemurnian tradisional, namun sangat mahal, tidak praktis dan memiliki segmentasi penonton yang sangat sempit dan semakin menurun. Generasi muda melihat seni tradisional sebagai suatu yang membosankan. Sebuah produk dari generasi sebelumnya. Mereka harus di rantai di bangku untuk menonton pertunjukan wayang atau pagelaran tarian. Kesenian dan kebudayaan hanya dapat dipertahankan apabila masih memiliki daya tarik. Sebagai contoh Wayang dapat menjadi budaya Jawa karena pada zaman lalu itu merupakan satu-satunya hiburan rakyat menghabiskan malam. Wayang mulai tergerus pada saat radio, televisi dan saat ini smartphone menyediakan hiburan yang dapat dinikmati secara instan bagi masyarakat. Untuk itu modernisasi budaya sangatlah penting untuk meningkatkan daya tarik kesenian dan budaya tradisional. Moderninasi budaya ini dapat dilakukan dengan memoderninasi budaya tersebut atau memoderniasi medium pengantar budayanya.
ADVERTISEMENT
Konsep yang pertama adalah melalui pencampuran teknologi untuk membuat budaya tersebut semakin menarik. Hal ini dapat dicontohkan dengan seni Barongsai dari Tiongkok yang menggunakan LED sehingga bersinar di waktu malam atau pagelaran Orchestra yang melalui teknologi 3d mapping dapat dihadirkan di tengah kota tanpa satu instrumen pun. Konsep ini sangat berpengaruh dalam menarik penonton baru, khususnya turis asing dan generasi muda yang haus sesuatu yang baru. Pagelaran seni seperti ini memang sangat mahal namun dapat memperluas segmentasi pasar dan memperkenalkan budaya tersebut kepada generasi baru.
Konsep yang kedua, moderniasi medium pengantar budaya dilakukan dengan memasukan nilai budaya di produk budaya modern. Konsep ini dibuat berdasarkan konsep Tangential Learning yang memanfaatkan rasa keingintahuan manusia untuk mencari tahu hal yang menarik perhatiannya. Konsep ini digunakan oleh negara negara maju untuk memperkuat pengaruh budayanya dengan membungkus kebudayaan mereka dengan kultur baru. Sebagai contoh, Budaya Korea yang diperkenalkan melalui Kpop dan Korean Drama, Jepang dan AS juga melakukan hal yang sama dengan anime/film kartun, video games, film layar lebar hingga iklan. Sementara Prancis dan Italia menjahit budaya mereka dengan produk-produk di fashion show untuk terus memperkokoh image mereka sebagai epicentrum fashion dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kebudayaan terbesar di dunia namun saat ini merupakan salah satu negara yang mempunyai pengaruh budaya yang kecil tidak saja terhadap masyarakat luar. Bahkan dibilang gagal dalam mempengaruhi masyarakat sendiri. Budaya Indonesia tergerus oleh budaya asing mulai dari Barat, Arab, India dan yang terakhir adalah Korea Wave. Miris memang, tapi begitulah kenyataan. Konser Kpop akan dipenuhi lebih banyak penonton dibandingkan pagelaran gamelan. Indonesia melalui kementerian Pariwisata telah menghabiskan biaya jutaan dollar untuk mempromosikan negara kepulauan ini. Memajang banner Wonderful Indonesia di Town Square New York selama beberapa hari, membuat video promosi yang super indah, atau mengikuti pameran-pameran kelas dunia untuk memperkenalkan Indonesia. Walaupun promosi ini penting, namun tidak mengalahkan keperluan untuk memodernisasi budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dana investasi harus dikucurkan kepada para start up yang dapat mengkolaborasi seni dan teknologi. Berbagai produk yang dapat mengangkat kecintaan rakyat Indonesia kepada budayanya. Menjadikan budaya tersebut tidak dalam museum atau sanggar, melainkan pada kehidupan sehari-hari. Pemerintah juga harus menciptakan peraturan perlindungan budaya untuk menjaga kelestarian sumber-sumber budaya mulai dari tempat, alat hingga manusia yang akan menjadi tempat insipirasi bagi modernisasi budaya.
Industri budaya modern seperti film, buku, musik, atau televisi juga harus semakin menciptakan produk yang tidak hanya menjual produk untuk dikonsumsi namun juga berkualitas baik dari segi teknologi maupun narasi. Menciptakan suatu karya seni yang dapat memperkenalkan kepada budaya bangsa namun memiliki kualitas yang dapat menarik penonton. Dana Investasi harus dikucurkan untuk memupuk sumber daya manusia dan teknologi agar kualitas industri seni modern Indonesia dapat dijual dan membawa budaya tradisional.
ADVERTISEMENT
Investasi untuk peningkatan kualitas dan pengaruh budaya bukan hanya akan menjadi investasi dari segi pelestarian budaya namun dalam waktu panjang akan menjadi tenaga mesin ekonomi bangsa. Pengaruh budaya akan membuat produk bangsa akan dicari oleh pecinta budaya di seluruh dunia. Salah satu contoh adalah Kimchi yang diperkenalkan melalui Korean Drama sehingga menjadi produk ekspor terbesar Korea Selatan. Terakhir, kita harus kembali mengingat bahwa budaya bukan barang abadi dan akan hilang seiring waktu. Hanya melalui moderniasi budaya, kita bisa tidak hanya menjaga harta terbesar kita, namun sebuah identitas bangsa. Budaya yang membuat kita unik sebagai bangsa Indonesia di dunia internasional.