Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Belajar dari Sukesnya Irlandia Utara Memanfaatkan 'Game of Thrones'
18 Maret 2018 20:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Hendra Oktavianus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap senin malam, jutaan pasang mata melakukan hal yang sama. Duduk di depan layar gelap, menyiapkan cemilan, sambil berdebar menunggu nada yang familiar di telinga mereka Duuum Dum Dururudum Dum Dururum Dum Dududum Dum Dududum Dum… lagu pembukaan Game of Thrones (GoT).
ADVERTISEMENT
GoT adalah salah satu serial televisi dari rumah produksi HBO yang paling terkenal saat ini. Final episode seri ketujuh serial yang diadaptasi dari novel George RR Martin ditonton oleh lebih dari 120 juta pasang mata, hampir setara dengan penduduk pulau Jawa. Kesuksesan serial ini dapat disetarakan dengan serial legendaris seperti Star Trek dan Dallas yang mampu menembus waktu.
Bagi sebagian orang, termasuk saya, serial ini adalah pengisi waktu dan bahan cerita ke gebetan. Namun pada wilayah berpenduduk 1,8 juta jiwa di Irlandia Utara, lagu tadi merupakan nada kemenangan dan transformasi.
GoT telah membawa perubahan yang belum pernah sebuah serial televisi pernah lakukan pada satu wilayah. Agak sedikit ironis, sebuah serial televisi yang mengangkat tema perang dan kekerasan menjadi ikon perdamian, rekonsiliasi, dan kemakmuran bagi penduduk Irlandia Utara.
ADVERTISEMENT
Sebelum GoT memulai produksi di Irlandia Utara, wilayah ini terkenal dua hal yaitu whisky dan perang. Perang sipil antara pro kemerdekaan dan pro persatuan berjalan lebih dari tiga puluh tahun dari tahun 1968-1998 telah merobek kohesi masyarakat Irlandia Utara.
Periode yang dinamakan "the time of Trouble ini melebar dari konflik wilayah menjadi konflik agama antara Kristen Protestan dan Katolik. Lebih dari 3.500 orang meninggal dalam kurun waktu tersebut, sebagian besar adalah warga sipil yang menjadi korban karena kelaparan, penyakit, dan kemiskinan. Selama lebih dari 10 tahun dari konflik tersebut, Irlandia Utara terseok-seok untuk meningkatkan ekonominya.
Produksi serial TV GoT dimulai sejak tahun 2009, dua tahun sebelum mulai disiarkan di layar perak. Produksi dari HBO dilakukan secara besar-besaran dan melibatkan semua kalangan masyarakat. Dari aktor utama, pemain figuran, teknisi, artis visual, musisi, hingga kebutuhan logistik hampir semua melibatkan masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini membuat runtuhnya tembok-tembok sosial di Irlandia Utara yang terbangun puluhan tahun dari konflik sipil. Mereka mulai bekerja di luar komunitasnya dan membaur satu sama lain.
Pada tahun 2015, produksi GoT di Irlandia Utara membawa dampak ekonomi sebesar $ 123 juta termasuk dari hotel, jasa dan arus wisatawan. Angka ini diperkirakan mencapai $ 220 juta pada akhir 2018 seiring dengan meningkatnya popularitas serial tv tersebut.
GoT membuat Irlandia Utara 'muncul' di peta dunia. Arus investasi internasional mulai masuk, membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Irlandia utara. Saat ini, Irlandia Utara telah menjadi salah satu situs produksi film internasional.
Kesuksesan GoT di Irlandia Utara ini tidak terlepas dari peran positif dari pemerintah wilayah Irlandia Utara. Mereka secara jitu memberikan perizinan pemotongan pajak besar bagi produksi GoT dengan perjanjian produksi tersebut harus menggunakan sumber daya setempat. Departemen pariwisata mereka juga dengan aktif menggunakan GoT untuk mengubah image Irlandia Utara menjadi salah satu tempat wisata terkemuka di Eropa. Pada tahun 2017, Irlandia Utara menarik lebih dari $ 56 juta pada tahun 2016.
ADVERTISEMENT
Indonesia mungkin dapat belajar dari kesuksesan ini. Layar kaca adalah salah satu medium yang sangat berpengaruh dalam pembentukan image suatu negara atau wilayah.
Pada tahun 2000an, image negara Kazakhstan menurun drastis akibat film BORAT. Counter promosi yang menghabiskan biaya jutaan dollar oleh pemerintahnya sia sia akibat efek kuat dari film tersebut. Sebaliknya image Amerika Serikat sebagai negara adidaya terus diperkuat dengan peran-peran heroisme yang selalu dicekoki dalam film produksi Hollywood. Suka atau tidak, perspesi penonton akan terpengaruh setiap kali mereka menonton tayangan di layar.
Untuk itu, pemerintah dan kementerian terkait juga harus lebih cerdas untuk mempromosikan Indonesia tidak hanya dengan menghamburkan ratusan ribu bahkan jutaan dollar ke papan reklame yang orang hanya lewat setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Serial TV dan Layar Emas dimana para penonton "terjebak" menonton berjam-jam menjadi alat promosi yang sukses untuk memperkenalkan Indonesia. Belum lagi efek kolateralnya bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar. Pemerintah dapat memberikan tax amnesty bagi film-film yang dapat memberikan citra positif dalam memperkenalkan Inodnesia.
Selama ini daerah-daerah di Indonesia juga tidak maksimal, atau bahkan dapat dibilang gagal, memanfaatkan momentum yang diberikan untuk mempromosikan kita ke dunia internasional melalui layar kaca. Masih teringat kejadian tidak mengenakan para petani yang heboh meminta honor pada saat produsi "Eat, Pray, Love" nya Julia Robets.
Kejadian tersebut malah yang diangkat oleh media nasional dan memberikan efek negatif kepada sentimen masyarakat global. Pemerintah juga membiarkan pengaruh film ini berlalu cepat tanpa ada pencapaian berarti bagi image maupun ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pemerintah daerah juga harus jeli memanfaatkan produksi-produksi film nasional yang terkenal, paling tidak dalam skala nasional untuk promosi daerah. Sebagai contoh, Pemda Bandung yang memanfaatkan film 'Dilan 1990' untuk promosi kotanya, atau Pemda Jogja yang mendapat manfaat dari potret dalam film legendaris 'Ada Apa dengan Cinta 2'.
Dengan dukungan pemerintah baik nasional dan daerah, perfilman dapat menjadi duta besar yang efektif untuk menarik wisatawan lokal dan mendukung perkembangan ekonomi daerah.
Adalah impian kita, Indonesia dapat lebih mempunyai nama di internasional. Lumayan lelah untuk menjawab apa itu Indonesia, setiap kali ditanya asal negara kita. Industri perfilman mungkin dapat menjadi kunci jawaban yang kita cari untuk promosi Indonesia maupun untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa (end)
ADVERTISEMENT