Thanos dan Solusi Over-populasi Dunia

Hendra Oktavianus
Diplomat Indonesia. Chevening Alumni. Master on Global Media & Communication dari University of Warwick, UK. Pecinta buku, kamera dan asa.
Konten dari Pengguna
6 Mei 2018 21:33 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendra Oktavianus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Over-populasi adalah kekhawatiran nyata yang terjadi di dunia saat ini. Masalah ini sering diangkat dalam berbagai media termasuk dunia film. Terakhir overpopulasi menjadi tema besar film yang viral saat ini, Marvel: The Infinity War yang tercermin dari keinginan Thanos, sang antagonis untuk menghapus setengah dari mahkluk hidup yang mendiami alam semesta agar sisanya yang hidup dapat cukup makanan dan kesejahteraan. Selain Marvel, masalah ini juga menjadi plot dari film Inferno (2016) dan the Kingsman (2014).
Thanos dan teman-teman antagonis mungkin hanya tokoh cerita fiksi. Namun sumber pemikirannya berasal dari filosofi dunia nyata. Thomas Malthus, ahli politik ekonomi Inggris pada 1978 mengeluarkan konsep Malthusian yang berpandangan peningkatan popuasi akan menjadi sumber kehancuran manusia.
ADVERTISEMENT
Dunia saat ini dihuni oleh 7,3 milyar manusia (Survei PBB, 2018) yang berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya alam. Angka ini diperkirakan akan mencapai 10 milyar pada 2050. Negara-negara yang berpenduduk besar seperti China (1,4 milyar), India (1,3 milyar), US (326 juta) dan negara tercinta Indonesia (266 Juta) terus berjuang untuk menghidupi populasi nya.
Over-populasi pada dasarnya adalah indikasi positif dari kehidupan manusia. Populasi dunia mulai meningkat drastis karena modernisasi ilmu kedokteran dan kesehatan. Ketika manusia meninggalkan praktek-praktek mistis dan kedukunannya beralih ke praktik kesehatan modern sejak tahun 1960-an untuk mengatasi pembunuh terbesar dalam sejarah manusia yang tidak kasat mata yaitu wabah dan kelaparan. Contohnya The black death wabah penyakit bubonic pada tahun 1340-an yang membunuh 60% atau 180 juta penduduk Eropa dan European Pox yang menghabiskan 80% atau sekitar 20 juta penduduk benua baru Amerika.
ADVERTISEMENT
Overpopulasi juga terjadi karena manusia saat ini berada dalam masa terdamainya sepanjang sejarah dunia. Terlepas dari berita buruk yang disampaikan media mengenai konflik dan perang di dunia. Konflik besar yang terakhir terjadi adalah Perang Dunia ke II pada tahun 1945 yang memakan korban 80 juta nyawa manusia, 55 di antaranya adalah penduduk sipil yang meninggal karena kelaparan dan penyakit.
Kedua faktor ini yang juga digabungkan dengan berkembangnya teknologi pangan dan energi mampu mendongkrak angka harapan hidup hingga 80 tahun (dibandingkan tahun 1830 pada usia 35 tahun) dan angka kematian saat lahir hingga 1,5%. Kesemua faktor ini membuat jarum populasi terus beranjak ke kanan.
Namun demikian overpopulasi memiliki efek negatif kepada dunia yang menjadi satu-satunya rumah bagi manusia saat ini. Kerusakan lingkungan hidup meningkat drastis hingga 80% akibat industrialisasi, penebangan hutan liar, pencemaran dan polusi serta pengolahan berlebihan sumber daya alam. Para akademisi memperkirakan dengan laju kerusakan saat ini, Dunia hanya mempunyai waktu hingga 2100 Sebelum menjadi seonggok batu yang tidak dapat menghidupi manusia.
ADVERTISEMENT
Over-populasi adalah masalah kompleks yang harus ditangani, namun bukan berarti sesuatu yang harus ditakutkan. Manusia masih memiliki kesempatan untuk menangani isu ini. Berbeda dengan apa yang ada dipikirkan oleh Thanos dan teman-teman antagonisnya ataupun para ekstrimis radikal seperti Hitler, solusi overpopulasi adalah pendidikan dan kesejahteraan.
Saat ini, bukan suatu kebetulan negara yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi seperti Norwegia, Swedia, dan Jepang juga memiliki angka pertumbuhan penduduk yang rendah, bahkan cenderung minus. Tingkat kelahiran tinggi terjadi di negara-negara berkembang karena rendahnya pendidikan dan kesejahteraan yang membuat penduduk di negara tersebut cenderung untuk beranak banyak dengan dalih membantu ekonomi, termasuk di Indonesia dengan moto terkenal kita "banyak anak banyak rejeki".
ADVERTISEMENT
Meningkatnya pendidikan dan kesejahteraan membuat manusia memiliki prioritas lain selain bereproduksi. Kehidupan mereka tidak terikat dengan keseharian untuk bertahan hidup namun juga untuk mengejar kualitas hidup dengan berbagai fasilitas yang tersedia.
Anak dan keluarga adalah pelengkap kehidupan bukan suatu syarat untuk mempertahankan hidup. Tingkat pendidikan yang tinggi, khususnya di kalangan perempuan, akan memberikan tingkat hidup yang lebih baik untuk keluarga karena menjadi pendorong pembentukan lingkungan yang berkualitas dan kedewasaan dalam berpikir. Pendidikan dan Kesejahteraan juga mendorong inovasi teknologi yang menjaga lingkungan hidup seperti energi terbaharukan dan konservasi lingkungan.
Para akademis optimis dengan transfer of technology serta berbagai program peningkatan kesejahteraan yang merata di dunia, angka populasi dunia dapat distabilkan dibawah 0.1 % per tahun sehingga manusia dapat bertahan di bola dunia biru, paling tidak sebelum Elon Musk berhasil membuat Mars menjadi planet kedua manusia.
ADVERTISEMENT
Mungkin ada baiknya Thanos melakukan penelitian lebih dalam mengenai kasus over-populasi. Sehingga dibandingkan mencari enam infinity stones untuk menghapus setengah populasi mungkin ada baiknya dia memberikan bantuan pendidikan dan kesejahteraan bagi manusia. (end)