Atasi Kekeringan dengan Pompanisasi

Hendril Heirul Riza
Humas Balitbangtan BPTP Jawa Tengah, Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
19 Maret 2024 19:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendril Heirul Riza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Tahun 2023 merupakan tahun yang kurang menggembirakan bagi pertanian di Indonesia. Musim kemarau panjang disertai kondisi anomali cuaca berupa El Nino menambah parah kondisi pertanian di Indonesia. Kementerian Pertanian melihat situasi yang terjadi dan segera menyiapkan langkah-langkah antisipasinya mengingat potensi El Nino diperkirakan masih melanda Indonesia hingga pertengahan tahun 2024. Langkah tersebut adalah program pompanisasi.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
El Nino merupakan bentuk fenomena menghangatnya lautan di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini memuat suhu udara dan kelembaban udara di atasnya akan meningkat. Akibatnya, peningkatan kekeringan, penurunan potensi hujan serta potensi cuaca ekstrem pun terjadi. Tentu saja hal ini sangat merugikan bagi pertanian di Indonesia. Para petani akan mengalami perubahan pola tanam, gagal panen hingga tidak stabilnya pasar yang nantinya menimbulkan efek yang begitu besar terhadap perekonomian dan stabilitas keamanan nasional. Pemerintah menyadari hal tersebut dan mengusung pompanisasi sebagai langkah preventif mencegah dampak El Nino berkembang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Pompanisasi merupakan sistem irigasi yang memanfaatkan air dari dalam tanah yang digunakan untuk pengairan lahan pertanian dengan menggunakan alat pompa air kemudian dialirkan dengan penggunaan saluran pipa. Pompanisasi cenderung dilakukan di luar irigasi reguler yang memang telah tersedia air yang mencukupi.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman bahkan menyebut pompanisasi sebagai salah satu opsi pengentasan kurangnya air di tengah El Nino dengan menyiapkan lahan 1 juta hektar lahan yaitu 500 ribu hektar lahan di pulau Jawa dan 500 ribu hektar di luar pulau Jawa untuk peningkatan produksi padi dalam rangka penyangga produksi yang sebelumnya tergerus oleh kekeringan.
Pernyataan Mentan di Setkab. (Humas Setkab Jakarta)
Wilayah Jawa Tengah, sebagai salah satu provinsi penghasil terbesar padi menjadi lokasi penerapan program pompanisasi yang menyasar wilayah di Kabupaten Semarang, Kabupaten Jepara, Kota Semarang dan Kota Salatiga. Pada tahap awal dilakukan koordinasi antara berbagai unsur terkait seperti unsur dinas, petani/peyuluh, dan TNI. Koordinasi ini sangat penting dilakukan mengingat lahan yang akan disasar program pompanisasi merupakan lahan yang luas dan praktis dukungan para pihak akan sangat menentukan keberhasilan program.
Monitoring pompanisasi di Kabupaten Jepara (Dokumen BPSIP Jawa Tengah)
Dengan dukungan anggaran senilai 5,8 triliun, upaya program pompanisasi itu merupakan bagian dari perluasan areal tanam (PAT) demi menggenjot produksi padi nasional dan memperkuat ketahanan pangan menghadapi El Nino yang diperkirakan masih berlangsung hingga akhir Juli 2024.
ADVERTISEMENT
"Karena El Nino masih ada, maka kita terus melakukan pompanisasi dan juga asuransi. Pompanisasi dilakukan di pulau Jawa dan berhasil memompa air sungai yang ada seperti di Sungai Bengawan Solo, Cimanuk dan seterusnya," kata Amran.
Menurut Amran pertanaman tahun ini melalui program pompanisasi terhadap lahan-lahan persawahan yang terdampak El Nino terus dilakukan secara masif. Program pompanisasi membantu mengairi lahan persawahan di banyak lahan pertanaman di Jawa.
Selanjutnya, kata Mentan, air yang ditarik mesin pompa langsung dialirkan melalui sistem terbuka dari satu sawah ke sawah lainnya. Dengan begitu, petani dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) dari satu kali panen menjadi dua kali panen.