Konten dari Pengguna

Ironi Foto Jurnalistik di Media Sosial, Jadi Meme hingga Pendukung Konten Hoax

Hendro Dwijo Laksono
Praktisi media, blogger, dan dosen jurnalistik di Surabaya
4 April 2023 20:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hendro Dwijo Laksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mamuk Ismuntoro, nara sumber diskusi 'Menakar Fungsi Foto Jurnalistik dalam Lanskap Media Sosial' di Kampus Stikosa-AWS
zoom-in-whitePerbesar
Mamuk Ismuntoro, nara sumber diskusi 'Menakar Fungsi Foto Jurnalistik dalam Lanskap Media Sosial' di Kampus Stikosa-AWS
ADVERTISEMENT
Dalam sepuluh tahun terakhir, foto jurnalistik masuk dalam fase perubahan dan pergeseran yang signifikan. Di antaranya, bagaimana foto jurnalistik yang notabenenya diproduksi untuk media berita, tiba-tiba berkeliaran di media sosial, khususnya Facebook dan Instagram.
ADVERTISEMENT
"Awalnya jurnalis foto melakukan ini lewat aku media sosial pribadi. Lama-lama upload di group, dan berkembang kemana-mana," kata Mamuk Ismuntoro, fotografer profesional sekaligus pendiri komunitas Matanesia, saat berbicara dalam Festival Komunikasi Ramadan 2023 di Ruang Multi Media Stikosa-AWS, Selasa (4/4/2023) pagi.
Di forum 'Menakar Fungsi Foto Jurnalistik dalam Lanskap Media Sosial' itu, alumnus Stikosa-AWS ini kemudian mengajak peserta mengingat kembali definisi foto jurnalistik.
"Pendefinisian awal foto jurnalistik ialah karya foto yang dimuat di media massa sesuai konteks yang ingin disampaikan. Seperti halnya foto-foto yang ada di majalah dan surat kabar. Bahkan foto KTP pun bisa menjadi foto jurnalistik jika ada konteks pemberitaannya," tegas Mamuk di depan peserta.
Setelah foto jurnalistik bertebaran di media sosial, kata Mamuk, pelaku fotografi jurnalistik kini sudah berada dalam dua kutub pandangan berdefinisi.
ADVERTISEMENT
"Satu kutub tidak mempermasalahkan jika karya foto jurnalistik mereka diunggah di sosial media, sementara kutub lain tidak membenarkannya," ungkapnya.
Kondisi ini, lanjut dia, mengingatkan dirinya pada sebuah polling yang dilakukan di Amerika Serikat. Pewarta foto di sana menilai ketika foto dimuat di media sosial, maka foto itu akan menjadi lebih populis meski di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran akan kehilangan konteks jurnalistik.
"Karya foto jurnalistik itu akan menjadi sekedar meme, bahkan bisa disalahgunakan menjadi hoax dengan pengeditan ataupun keterangan foto yang serampangan," lanjut Mamuk.
Mamuk Ismuntoro berfoto bersama bareng peserta diskusi
Fenomena diunggahnya foto jurnalistik di media sosial, diakui Mamuk, telah terjadi bahkan sejak platform ini dikenal di Indonesia. Bahkan para jurnalis foto pun mengunggah karyanya di akun medsos masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Sebab tampilan visual karya-karya foto itu menarik, sehingga dapat meningkatkan engagement dan followers di media sosial," lanjut alumnus Stikosa AWS ini.
Di akhir paparan, Mamuk mengajak peserta untuk mengambil hikmah dari kondisi kemajuan digital melalui media sosialnya di berbagai aspek, termasuk dalam fotografi. "Digitalisasi ini punya dampak baik dan buruk. Kita musti cermat, bijak, dan tetap semangat dalam berkarya," pungkasnya.