Idol K-Pop Berbasis AI, Mampukah Menggantikan Peran Manusia?

Nakeisya Najwaa Zhafirah
Mahasiswa S-1 program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga. Saya memiliki minat pada bidang menulis dan Pendidikan.
Konten dari Pengguna
4 Maret 2023 6:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nakeisya Najwaa Zhafirah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Belakangan ini kita tidak hidup di dunia yang berisi manusia saja, namun juga kehadiran AI atau Artificial Intelligence. Apa sesungguhnya AI yang menemani manusia di kehidupan sehari-hari?
ADVERTISEMENT
AI sendiri merupakan kecerdasan buatan dengan teknologi canggih yang menyerupai kecerdasan manusia berbasis data, komputer, dan pemrograman. Orang yang berkecimpung dengan AI membutuhkan kemampuan algoritma dan hal berbau matematika yang cukup tinggi.
Abad ke-21 ternyata bukanlah awal mula kehadiran AI. Namun, AI atau kecerdasan buatan ini mulai ditemukan pada abad ke-20, tepatnya pada tahun 1950. Di tahun tersebut, seorang ilmuwan matematika bernama Alan Turing mendemonstrasikan istilah AI (Artificial Intelligence).
com-Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Ia menganggap bahwa manusia bisa menyelesaikan suatu masalah dengan tatanan informasi yang ada, maka hal ini seharusnya juga bisa diterapkan pada teknologi mesin yang menyerupainya.
Singkatnya, sejarah naik-turunnya AI di kalangan ilmuwan mulai sukses pada tahun 1970-an. Di mana mulai terciptanya robot pertama dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Robot tersebut bernama WABOT-1 yang namanya diambil dari Waseda University sebagai tempat penemuan robot tersebut.
ADVERTISEMENT
WABOT-1 (1970-1973) dan WABOT-2 (1980-1984) memiliki kemampuan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang, memindahkan barang, dan memainkan instrumen musik. Hingga akhirnya, manusia berhasil mengembangkan AI bahkan hidup berdampingan dengan teknologi masa depan tersebut.

AI vs K-Pop

Ilustrasi Online Shop. Foto: Getty Images
Kini, banyak di antara kita merupakan penikmat karya musik dari berbagai negara dan bahasa. Salah satu negara penghasil industri musik terbaik setelah negara wilayah barat adalah Korea Selatan, negara asia timur.
Korea Selatan memproduksi musik dengan genre pop hingga hip-hop yang dikemas secara unik. Hal ini juga dapat disebut sebagai Korean Wave yang menggambarkan besarnya eksistensi budaya Korea di berbagai negara.
Negara penghasil ginseng terbesar ini berhasil mengemas musik dengan perpaduan dance atau tarian modern. Tak hanya itu saja, Korea Selatan juga memberikan style fashion yang menarik di mata masyarakat umum. Para pebisnis musik pun mulai mengembangkan hal baru yang dapat menarik jejaring sosial lebih luas lagi.
ADVERTISEMENT
Salah satu ide gila yang mereka tuangkan dalam K-POP adalah Artificial Intelligence (AI). Mereka menyusun konsep terbarukan dengan adanya teknologi kecerdasan buatan menjadi sebuah ladang bisnis musik baru di dunia K-POP.
Girl group K-pop Korea Selatan aespa tampil di atas panggung. Foto: Reuters
Latar belakang ide tersebut dapat berasal dari tingginya inovasi pebisnis musik, sumber daya manusia yang unggul, biaya yang memadai, dan tingginya minat masyarakat terhadap K-POP.
Salah satu label musik Korea Selatan, SM. Entertainment, telah mendebutkan satu Girl Group yang juga memiliki kaitan dengan AI. Girl Group tersebut bernama AESPA yang terdiri dari empat personel. Masing-masing personel memiliki avatar yang menggambarkan karakter mereka di dunia virtual. Avatar tersebutlah yang disebut dengan kecerdasan buatan atau AI.
Konsep tersebut sangat digandrungi masyarakat di berbagai negara, terutama Indonesia. Bagi saya, konsep AESPA adalah hal kreatif yang bisa mengenalkan dan mendekatkan manusia dengan AI. Bahkan, AESPA tidak hanya menyajikan musik melainkan juga alur cerita yang menjelaskan lebih detail tujuan kehadiran karakter virtual mereka.
ADVERTISEMENT
Yang lebih menarik lagi adalah penampilan secara langsung karakter AI dengan personel aslinya di beberapa acara panggung. Meskipun begitu, penampilan mereka tidak benar-benar nyata dan butuh proses editing sebelum akhirnya disebarkan ke media sosial.
Girband Aespa. Foto: Dok. Kb Bukopin
Girl group AESPA bukan satu-satunya yang membawa konsep AI dalam musik. Di tahun 2023, masyarakat digemparkan dengan girl group virtual berbasis AI asal korea. Nama girl group tersebut adalah MAVE.
Mereka benar-benar AI seutuhnya dengan proses machine learning (mempelajari dari data), deep fake (proses manipulasi gambar dan video), dan 3D production technology (proses digitalisasi animasi). Kehadiran mereka sebagai bentuk perubahan industri musik K-POP dan bentuk keinginan manusia untuk menggantikan Idol manusia dengan Idol AI.

Idol K-POP AI Siap Gantikan Manusia?

Ilustrasi Robot AI buat musik. Foto: Iaremenko Sergii/Shutterstock
Pertanyaan ini sering kali ditanyakan oleh masyarakat penggemar K-POP di kala maraknya AI dalam industri musik Korea Selatan. Masyarakat menyebut bahwa Idol AI tetap bisa dinikmati selayaknya Idol manusia.
ADVERTISEMENT
Namun, tak sedikit pula terjadi penentangan terhadap AI pada K-POP. Fenomena Idol K-POP AI dianggap akan mengurangi eksistensi K-POP yang sesungguhnya. Bahkan, penggemar lainnya menyebutkan bahwa hal tersebut bisa menyebabkan tingginya delusion fans (fantasi tinggi penggemar terhadap idol dan menganggap mereka nyata).
Saya percaya bahwa teknologi canggih seperti AI memang tidak akan bisa menggantikan keberadaan manusia. Meskipun mereka dianggap jauh lebih canggih daripada manusia, namun interaksi antar sesama manusia dianggap jauh lebih intens dan nyaman. Manusia akan cenderung sulit untuk berinteraksi dengan AI yang masih membutuhkan operasi pemrograman.
Ditambah lagi teknologi kecerdasan buatan atau AI belum bisa merespons secara spontan dan spesifik. Mereka cenderung merespons sesuai dengan program yang sudah dirancang. Padahal, Idol K-POP mengutamakan interaksi secara fisik dengan penggemarnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh interaksinya adalah Fan Meeting, di mana idol akan bertemu dan berbincang secara empat mata dengan penggemar. Mereka dapat menggenggam tangan idol, berbincang, bercanda, dan bahkan berfoto bersama. Jika begini keadaannya, apakah AI nantinya akan menampilkan hologram?
Saya rasa tidak memungkinkan apabila idol K-POP AI melakukan apa yang dilakukan manusia seutuhnya. Mereka tetap memiliki batasan-batasan dalam bertindak dan berperilaku, tentu tak seleluasa manusia. Hal ini dikarenakan AI adalah sebuah program yang dirancang sedemikian rupa hingga bisa menirukan kecerdasan manusia.

Salahkah Menggunakan AI dalam Industri Musik K-POP?

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Jawabannya tentu tidak, hal ini tentu menjadi ajang kreativitas tiap label musik dalam berkarya. Menggunakan AI bisa juga sebagai bentuk realita bahwa manusia lebih canggih dibanding teknologi. Hal ini dibuktikan dengan AI yang dirancang oleh manusia dan keterbatasannya dalam bertindak.
ADVERTISEMENT
Tak menjadi suatu masalah apabila industri musik korea tetap mengembangkan AI di dalam karya musiknya. Namun, label musik juga perlu memerhatikan tinggi-rendahnya minat masyarakat terhadap Idol K-POP AI. Saya pikir, keseimbangan antara idol manusia dan AI dapat lebih mendobrak popularitas K-POP dibanding hanya fokus pada salah satunya saja.