Konten dari Pengguna

Sambut Hari Kebaya Nasional Pertama, PPN Adakan Tari Bersama Dan Wisata Sejarah

Heni Widodowati
Hobi menulis cerpen dan menjadi Contributor majalah Sipil dan Arsitek. Lulus Diploma Komunikasi UGM, Pegiat Budaya serta Pengurus Komunitas Penari Penjaga Negeri
8 Juli 2024 9:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Heni Widodowati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta, 6 Juli 2024. Euforia menyambut Hari Kebaya Nasional Pertama yang ditetapkan oleh Pemerintah tanggal 24 Juli membuat berbagai komunitas Kebaya bersemangat melakukan berbagai ragam kegiatan. Komunitas Penari Penjaga Negeri pun turut berpartisipasi mengadakan kegiatan untuk mendukung Hari Kebaya Nasional dan pelestarian Kebaya di masyarakat. Komunitas yang kerap menggelar berbagai kegiatan terkait seni budaya khususnya tari Nusantara ini, selalu berupaya mengadakan kegiatan yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat seperti sesi diskusi Menari bagi Pengembangan diri, latihan menari yang menekankan keberagaman & inklusi untuk Anak SD & Anak berkebutuhan Khusus, workshop topeng Batik,dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Untuk menyambut Hari Kebaya Nasional pertama ini, Penari Penjaga Negeri (PPN) selain menari bersama dan berkebaya juga melakukan wisata sejarah bekerjasama dengan Sahabat Heritage Indonesia (SHI) mengunjungi Taman Lapangan Banteng dan dua gedung bersejarah milik Kementerian Keuangan RI yaitu Gedung Jusuf Anwar dan Gedung AA Maramis
Peserta acara "Pesona Kebaya, Tari Nusantara & Wisata Sejarah" di Taman Lapangan Banteng (dokumentasi: PPN)
. Kegiatan kali ini mengusung tema “Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah.” Sendang Wangi, pendiri dan ketua Komunitas Penari Penjaga Negeri yang juga seorang praktisi SDM dan pegiat budaya ini, menyatakan bahwa kegiatan ini diciptakan karena PPN ingin memberikan banyak manfaat di satu kegiatan kepada para peserta. Selain upaya melestarikan kebaya dan memberikan semangat untuk terus menarikan tari Nusantara, Sendang ingin peserta memahami sejarah Indonesia dan memiliki dokumentasi foto berkebaya di tempat yang indah yang merupakan warisan atau peninggalan generasi masa lalu.
Keseruan menari bersama Tari Sirih Kuning - Tari Betawi dari Jakarta (dokumentasi: PPN)
Titik kumpul dipilih oleh panitia di Lapangan Banteng mengingat bahwa Lapangan Banteng adalah sebuah tempat yang memiliki sejarah panjang, sejak bernama Waterlooplein di era kolonial yang memang difungsikan sebagai tempat berkumpulnya beragam kegiatan. Tempat fenomenal yang telah mengalami beragam perubahan fungsi ini juga memuat monumen pembebasan Irian Barat (sekarang Papua). Di titik kumpul ini, para peserta "Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah" yang berjumlah 50 orang memulai kegiatan dengan doa, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan perkenalan singkat tim Sahabat Heritage Indonesia (SHI) yang akan memandu narasi wisata sejarah ini. Pendiri SHI, Anugrah Pratama menyampaikan kesamaan visi antara SHI dengan PPN dimana keduanya bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta dan bangga akan bangsa Indonesia, baik itu melalui sejarah dan heritagenya (SHI) ataupun melalui tarian yang ditarikan sepenuh hati (PPN). Tari masuk sebagai salah satu warisan budaya (heritage) yang sifatnya tak benda.
ADVERTISEMENT
Kegiatan di Taman Lapangan Banteng menampilkan 2 tarian dari peserta pelatihan gratis Sanggar Penari Penjaga Negeri yang didukung penuh oleh Srikandi Budaya Nusantara (SBN), asuhan guru tari dan pengurus PPN - Tantri Wu. Tarian Pertama adalah Tari Pelajar Pancasila yang menceritakan ajakan kepada generasi muda untuk mengamalkan Pancasila ditarikan oleh peserta pelatihan kelas anak SD dan anak berkebutuhan khusus (ABK) dan tarian kedua adalah Beksan Nawung Sekar – tari gaya Yogyakarta yang ditarikan oleh peserta dari kelas remaja putri dan dewasa . Selain kedua tarian tersebut, masih dalam suasana peringatan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta, seluruh peserta "Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah" menarikan Tari Sirih Kuning, sebuah tari Betawi dari Jakarta.
Penari Penjaga Negeri mengucap tekad terus turut melestarikan seni budaya Indonesia, memahami sejarah Indonesia dan mencintai heritage Indonesia di gedung AA Maramis (dokumentasi: PPN)
Setelah berkumpul dan menari di Lapangan Banteng, peserta kemudian mengunjungi Gedung Jusuf Anwar dan Gedung AA Maramis yang terletak di seberang. Di kedua gedung tersebut, peserta melakukan kunjungan, observasi bangunan heritage, berfoto bersama dan mengambil video, tentu dengan pakaian kebaya. Selama menjelajah Gedung Jusuf Anwar dan gedung AA Maramis, peserta dipandu oleh tim SHI yaitu Dwi, Adi dan Lilik berserta perwakilan dari Kementerian Keuangan. Tak lupa, pemaparan sejarah dan konteks tentang lapangan Banteng dan sekitarnya dilakukan oleh Vidi Nurcholis, salah satu perdiri dan perwakilan SHI yang memang memiliki ketertarikan dan peminatan terhadap sejarah Batavia di era kolonial. Banyak hal yang dibahas dari perspektif sejarah, mulai dari perubahan peruntukan kawasan lapangan Banteng di masa lalu, perubahan aspirasi para penguasa di setiap jaman terkait dengan pembangunan kawasan dan gedung dan berbagai pemahaman mengenai istilah – istilah pada masa lampau. Para peserta menyimak dengan seksama dan berusaha mengambil hikmah dari pemaparan yang dilakukan oleh Vidi karena pemaparan sejarah tersebut juga membahas tentang motif, konteks, ataupun alasan para pelaku sejarah saat itu sehingga terjadilah rentetan kejadian sejarah. Melalui kegiatan observasi bangunan dan pemaparan sejarah ini, diharapkan para peserta tidak hanya semakin mencintai dan menghargai pakaian kebaya yang digunakannya, tapi menghargai nilai nilai sejarah yang dimuat di Gedung AA Maramis dan Jusuf Anwar. Dengan demikian, akan terbangun rasa memiliki dan turut melestarikan kedua Gedung tersebut.
ADVERTISEMENT
Acara berlangsung dengan gembira dan lancar walau sempat diguyur hujan deras. Shinta yang memandu acara ini mengungkapkan, “Panitia serius mempersiapkan diri untuk pelaksanaan acara ini. Kami survey lokasi sampai dua kali, dan memikirkan beberapa skenario jika kondisi hujan”. Rini salah satu panitia dan pegiat Kebaya menyatakan bahwa panitia bahkan memantau 3 situs ramalan cuaca, termasuk BMKG.
Sendang Wangi, pendiri Penari Penjaga Negeri terpesona keindangan arsitektur gedung 'heritage' AA Maramis (dokumentasi: PPN)
Sendang Wangi berujar, “ Awalnya saya ragu mengadakan kegiatan ini, apakah ada peminatnya? Ternyata, saat pendaftaran dibuka, hanya dalam waktu 2 hari kuota peserta 50 orang terpenuhi. Padahal informasi kegiatan ini hanya dibuka di grup Penari Penjaga Negeri. Kami senang sekali format acara ini ternyata diminati”. Heni, tim Penari Penjaga Negeri dan salah satu panitia kegiatan ini menambahkan bahwa banyak sahabat di luar Penari Penjaga Negeri yang sebenarnya ingin mengikuti kegiatan ini.
ADVERTISEMENT
Komunitas Penari Penjaga Negeri turut berpartisipasi menyambut Hari Kebaya Nasional tidak hanya dengan mengenakan kebaya saja tapi turut melestarikan tarian Nusantara sekaligus memberikan wawasan kepada peserta Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah tentang sejarah dan kecintaan kita akan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai tagline Komunitas Penari Penjaga Negeri yaitu “Menjaga Negeri Dengan Menari Sepenuh Hati.”