Konten dari Pengguna

Garuda Terancam Pailit: Etika Bisnis Kasus Garuda

Heni Yati
Mahasiswi Magister Akuntasi Universitas Pamulang
3 November 2021 19:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Heni Yati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pesawat Garuda Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pesawat Garuda Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Garuda terancam pailit karena utang yang terus menumpuk yang dimiliki oleh perusahaan pelat merah ini. Hingga Juni 2021 Utang Garuda Indonesia mencapai Rp 70 triliun. (sumber: YouTube KOMPAS TV-Terancam Pailit, Staf Khusus BUMN: Manajemen Garuda Indonesia yang Buruk)
ADVERTISEMENT
Ada apakah dengan Manajemen Garuda Indonesia? Mengapa Manajemen Garuda dikatakan buruk padahal Garuda merupakan Perusahaan penerbangan terbaik di Indonesia?
Diketahui Garuda menempati posisi no.1 awak kabin selama 5 tahun berturut-turut (tahun 2014-2018), per 2019 mengalami penurunan. Tak hanya itu Garuda juga mengalami penurunan 3 peringkat ke posisi 12 untuk Perusahaan Penerbangan terbaik di Dunia. Peringkat ini merupakan peringkat terendah di 7 tahun terakhir.
Tahun 2019 Garuda Indonesia terkena kasus etika bisnis. Diawali dengan penyelundupan onderdil salah satu merek kendaraan motor pada Pesawat A330 900NEO yang berakhir dengan pencabutan Direktur Utama Garuda Indonesia pada tahun 2019. April 2019 terjadi perdebatan transaksi yang ada pada laporan keuangan tahun 2018 yang merupakan praktik rekayasa akuntansi. Selain itu Komisi Pengawas Persaingan Usaha melakukan penyelidikan dan ditemukan indikasi adanya praktik persaingan tidak sehat di antaranya dugaan praktik Duopoli untuk menaikkan tarif tiket, rangkap jabatan direksi pada pasar yang sama, monopoli tiket perjalanan umrah.
ADVERTISEMENT
Ternyata menjadi yang terbaik di bidangnya tidaklah cukup, ada banyak aspek yang mempengaruhi suatu bisnis akan berlangsung lama yaitu etika profesi yang baik. Prestasi perusahaan yang selalu di atas menjadikan Garuda tidak berhati-hati dalam bersikap, salah satunya bersikap dalam mengambil keputusan. Kasus-kasus yang disebutkan di atas terjadi karena Pimpinan Perusahaan yang tidak memiliki integritas yang baik. Seharusnya seorang pemimpin memiliki budaya kerja seperti integritas, kepemimpinan, perilaku profesional, menjaga nama baik perusahaan. Dari kasus di atas Garuda dinilai memiliki sistem manajemen amoral, dapat dilihat dari beberapa kasus di atas bersumber dari kepentingan diri sendiri atau beberapa pihak demi keuntungan sendiri atau perusahaan.
Perusahaan akan dinilai baik apabila sistem manajemen di dalamnya berjalan dengan baik dan tidak adanya perbuatan curang. Oleh karena itu apabila suatu perusahaan ingin terus tumbuh dan berlangsung terus-menerus, maka harus menciptakan manajemen yang baik. Manajemen yang baik tercipta dari para personel yang baik. Bayangkan bila di suatu perusahaan banyak orang baik dalam arti karakter yang baik, sikap yang baik, etos kerja yang baik, sudut pandang yang baik dan sebagainya maka dipastikan Perusahaan tersebut akan terus tumbuh berkembang. Dan sebaliknya bila di suatu Perusahaan diisi oleh banyak orang tidak baik yang mana orang-orang tersebut banyak melakukan beberapa perbuatan curang demi kepentingan pribadi, maka Perusahaan tersebut tinggal menunggu waktu untuk kehancurannya.
ADVERTISEMENT
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting di dalam suatu perusahaan. Organisasi harus selalu memberikan pelatihan dan pemahaman mengenai etika kerja yang baik sehingga tercipta organisasi yang memiliki integritas. Fungsi pimpinan merupakan kunci sebuah organisasi yang memiliki integritas. Apabila seorang Pemimpin memiliki integritas dan etika kerja yang baik maka akan menjadi contoh yang baik bagi anak buahnya.
Dengan adanya kasus Garuda semoga kita bisa belajar bahwa untuk menjadi pribadi maupun perusahaan yang memiliki nilai dan kompetitif harus diisi oleh personil yang baik dan pintar, jangan menjadi orang yang kepintaran dalam arti mencurangi orang lain atau Perusahaan. Menjadi baik saja tanpa pengetahuan yang cukup tidak akan membuat Anda atau organisasi Anda merasakan manfaat tersebut. Tetapi menjadi baik dan pintar akan menjadikan Anda orang yang sukses dan memiliki nilai.
sumber: Fasyah Halim (unsplash.com)