Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Demi Merawat Suami, Perawat ICU COVID-19 Ini Rela Diisolasi
11 November 2021 18:28 WIB
Tulisan dari Herbi Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ini kisah tentang seorang tenaga kesehatan di unit perawatan intensif (ICU) yang rela diisolasi dan terjaga selama satu bulan lebih demi menemani sang suami yang kritis akibat infeksi virus COVID-19. Segala upaya telah mereka lakukan untuk kesembuhan sang suami. Bak peribahasa hasil tak menghianati usaha, kini mereka telah hidup normal kembali dan berbagi cerita tentang pengalaman mereka berjuang melawan maut COVID-19.
ADVERTISEMENT
Namanya Bidal, perawat salah satu rumah sakit swasta Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul yang rela menemani sang suami yang kritis akibat infeksi virus COVID-19. Sebagai kepala ruang ICU yang bertugas merawat pasien kritis ia sangat paham bagaimana virus COVID-19 bergejala berat dapat dengan mudah menyebabkan kerusakan sistem tubuh manusia dan berakhir dengan kematian.
Kisahnya bermula pada hari Selasa, 2 Februari tahun 2021 dimana ia dinyatakan positif COVID-19 dan harus melakukan isolasi mandiri. Namun sayangnya di sisi lain sang suami yang juga dinyatakan positif COVID-19 mengalami berbagai gejala berat hingga harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Melalui kabar yang Bidal terima dari rekan kerja yang merawat suaminya ia tahu kondisi suaminya sangatlah riskan. Melihat hal tersebut Bidal pun berinisiatif dan memantapkan hatinya untuk menemani suami di ruang isolasi meskipun dengan berbagai resiko yang akan ia terima.
ADVERTISEMENT
Bidal menjelaskan alasannya berani mengambil resiko untuk menemani suaminya tersebut.
“Saya merasa sudah lebih kuat dari sebelumnya dan ingin berkorban untuk suami saya. Rasa cinta saya kepada suami saya membuat saya ingin terus menjaga suami saya hingga sembuh,” ungkap Bidal, Rabu (23/11/2021).
Segala metode pengobatan dilakukan seperti metode pemberian plasma konvalesen sampai pemberian obat anti pembekuan darah. Namun kondisi sang suami tetap tidak stabil dan beberapa kali hampir dijemput maut. Untungnya Bidal yang selalu terjaga ia dengan sigap memberikan tindakan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
“Puncaknya tanggal 19 Februari sudah menggunakan alat bantu nafas tapi tetap mengalami sesak hingga malam harinya nafasnya tiba-tiba berhenti dan saturasi oksigen semakin turun. Saya yang saat itu terjaga langsung membunyikan alarm agar rekan kerja saya segera datang. Namun karena prosedur yang mengharuskan tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) membuat hingga kurang lebih setengah jam para rekan saya baru datang. Posisi saya disitu sudah lemas dan memasrahkan suami saya ke rekan saya yang bekerja,” kenang Bidal.
ADVERTISEMENT
Bidal menambahkan ceritanya bahwa malam itu dokter berinisiatif untuk merubah alat bantu pernafasan yang disambungkan langsung ke ventilator. Namun tidak seperti yang diharapkan penggunaan ventilator mendapatkan masalah yaitu pendarahan pada paru-paru membuat selang pernafasan selalu tersumbat. Sehingga setiap dua hari sekali selang pernafasan harus selalu diganti. Seringnya pergantian selang tersebut beresiko membuat trauma saluran pernapasan hingga diputuskan untuk mengganti selang dengan prosedur trakeostomi atau membuat saluran pernafasan pada leher.
Perjalanan yang tidak mudah bagi Bidal harus melihat sekaligus merawat suaminya yang semakin hari tidak menunjukan perubahan baik. Belum lagi dengan pengalaman kerjanya di mana ia tidak pernah mendapatkan pasien dengan gejala seberat suaminya mampu bertahan melewati maut.
Pada akhir februari tepatnya tanggal 25 Februari 2021 atas saran dari dokter ahli sang suami diberi terapi Stem Cell. Terapi ini menjadi terapi Stem Cell rumah sakit swasta pertama di DIY.
ADVERTISEMENT
“Penyembuhan pasien COVID-19 klinis berat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul ini baru pertama kali dilakukan oleh rumah sakit swasta di DIY, kalau di rumah sakit negeri sudah dilakukan,” ungkap Kepala RSU PKU Muhammadiyah Bantul, dr Wijayanto Danang Wibowo, saat konferensi pers di Bantul, Sabtu (3/4/2021).
Hasilnya setelah sepekan dilakukan injeksi Stem Cell, pasien memang mulai bisa berkomunikasi dan menunjukan kondisi perbaikan klinis yang signifikan. Namun saat dilakukan swab ulang untuk evaluasi kondisi pasien justru kembali memburuk hingga kritis. Hal itu membuat Bidal memutuskan untuk memperbolehkan anak-anaknya menjenguk sang ayah meskipun harus menggunakan APD yang lengkap. Alasannya Bidal merasa hal tersebut merupakan permintaan terakhir dari sang suami.
“Suami saya berulang kali mengigau ingin bertemu anak-anak, saya takut itu menjadi permintaan terakhir tapi tidak bisa saya penuhi. Akhirnya saya koordinasi dengan rekan saya agar setidaknya suami saya bisa melihat dan bertemu langsung dengan buah hatinya,” jelas Bidal.
ADVERTISEMENT
Setelah hasil swab keluar dan menunjukan hasil negatif COVID-19 akhirnya sang suami dipindahkan ke ruang ICU umum meskipun masih dengan berbagai bantuan pernafasan ventilator. Dalam perawatan di ICU beberapa kali pasien mengalami demam tinggi hingga menggigil.
Pada pertengahan maret kondisi pasien mulai stabil kembali, sehingga dilakukan pelepasan ventilator. Pasien juga mulai melakukan fisioterapi untuk melatih otot yang sudah lama tidak bekerja. Seperti berlatih duduk, berdiri, maupun berjalan. Setelah semua proses tersebut, akhirnya tepat pada tanggal 22 Maret 2021 sang suami dinyatakan boleh pulang dengan berbagai catatan dari dokter dan perawatan di rumah.
Melalui kejadian ini, Bidal menyadari sesuatu bahwa dengan kekuatan doa, keyakinan, dan kesabaran semua hal yang terlihat mustahil bisa saja terjadi. Seperti kesembuhan sang suami dari ganasnya infeksi virus COVID-19.
ADVERTISEMENT