Konten dari Pengguna

Setahun Cuma Naik 0,3%, Bisakah Bauran EBT Indonesia Lompat 11,5% dalam 4 Tahun?

Herianto
Mahasiswa S1Teknik Elektro, Universitas Hasanuddin
18 Februari 2022 12:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Herianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Panel surya atap sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan, Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Panel surya atap sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan, Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia sudah menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) akan mencapai 23 persen pada Tahun 2025. Banyak upaya telah dilakukan untuk mencapai target tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pada akhir tahun 2021, Kementerian ESDM menyatakan bauran EBT baru tercapai 11,5 persen. Angka tersebut Cuma naik 0,3 persen dari data capaian 11,2 persen di akhir tahun 2020. Ini artinya Indonesia masih harus mengejar target kenaikan 11,5 persen lagi hingga akhir tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Mengingat waktu yang tersisa hanya 4 tahun lagi, tentunya ini akan jadi pekerjaan yang sangat berat. Banyak kalangan juga pasti merasa pesimis dengan target ini. Tetapi, pemerintah melalui Kementerian ESDM tetap menyatakan optimis kalau target tersebut akan terwujud. Lalu, bisakah kita juga meyakini hal tersebut?
Hingga saat ini, Indonesia sudah punya sekitar 11 GW pembangkit EBT yang beroperasi. Pembangkit EBT ini terdiri dari banyak jenis, mulai dari PLTA (6,6 GW), PLTP (2,27 GW), PLTB (0,154 GW), PLT Bioenergi (1,9 GW), PLTS (0,2GW) dan berbagai sumber EBT lainnya. Untuk menaikkan bauran EBT 11,5 persen, Indonesia harus bisa menggandakan daya pembangkit EBT tersebut minimal dua kali lipat hingga tahun 2025. Dibandingkan potensi EBT Indonesia yang mencapai lebih dari 417 GW, kebutuhan target 2025 masih cukup kecil.
ADVERTISEMENT
Namun, punya potensi EBT besar saja tidak cukup. Biaya investasi untuk membangun pembangkit EBT masih tergolong mahal. Apalagi hingga saat ini Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19. Masalah pandemi ini juga yang menyebabkan sangat kurangnya capaian EBT di tahun 2021. Bahkan, jika Indonesia bisa mendapatkan dana untuk membangun pembangkit listrik EBT, masih dibutuhkan banyak waktu jika ingin membangun pembangkit EBT skala besar.
Beberapa pembangkit EBT yang mampu menyumbangkan daya besar di antaranya PLTA, PLTP dan PLTB. Pembangkit-pembangkit besar ini tidak mudah dibangun hanya kurang dari 5 tahun. Jika mempertimbangkan jenis pembangkit EBT yang bisa dibangun dalam waktu singkat, maka PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang akan menjadi kunci utama. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa mendorong peningkatan investasi pada PLTS agar bisa maksimal bahkan mampu melebih target.
ADVERTISEMENT
Selain berbagai program dan kebijakan pemerintah, dibutuhkan peran dan kolaborasi antar kalangan untuk mempercepat penerapan PLTS di Indonesia. Pemerintah harus bisa mengarahkan industri, akademisi, masyarakat hingga media untuk bergotong-royong meningkatkan penyebaran informasi dan mempercepat penerapan PLTS di Indonesia. Hal ini karena untuk bisa mengejar target bauran EBT melalui PLTS seperti PLTS atap, penerapannya harus dilakukan secara masif.
Pemerintah tentunya harus punya strategi matang dan mampu menjalankan langkah konkret untuk mewujudkan target bauran EBT. Pada kepemimpinan G20 Indonesia tahun 2022 ini, pemerintah dengan mengangkat isu transisi energi diharapkan bisa berdampak positif bagi pengembangan EBT terutama PLTS di Indonesia. Peningkatan kerja sama dengan negara-negara maju dalam G20 harus bisa mendorong masuknya investasi untuk membangun PLTS secara masif di Indonesia. Momen ini juga harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat, pengusaha dan juga generasi muda terkait pentingnya penerapan PLTS.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya tantangan dalam mengejar target bauran EBT, bersikap pesimis tidak akan memberikan solusi. Menunjukkan sikap optimis juga tentu saja tidak cukup. Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, pemerintah perlu dukungan oleh semua pihak, terutama generasi muda. Hal ini karena generasi muda lah yang akan menikmati manfaat EBT di masa depan. Jika strategi pemerintah diljalankan secara maksimal dan didukung oleh berbagai pihak, bukan tidak mungkin bauran EBT 23 persen pada tahun 2025 akan terwujud.