Konten dari Pengguna

Pendidikan dan Gizi Seimbang: Harapan Masyarakat pada Prabowo-Gibran

Herina
Majoring in Management at Tidar University
20 Desember 2024 23:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Herina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Ilustrasi Makan Bergizi Gratis di Sekolah (Freepik AI)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi Makan Bergizi Gratis di Sekolah (Freepik AI)
ADVERTISEMENT
“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” Merupakan kutipan terkenal dari Nelson Mandela, seorang pemimpin revolusioner yang banyak mengubah cara pandang terhadap pendidikan. Pendidikan memegang peran sentral bagi suatu bangsa dalam mencetak generasi unggul, serta mempersiapkan suatu bangsa dalam menghadapi tantangan di masa depan, tak terkecuali di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara besar dan akan memasuki usia emasnya pada 2045, dimana sebelum itu Indonesia juga akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030. Momentum ini bagaikan pisau bermata dua, yang akan memberikan dampak positif apabila pertambahan jumlah penduduk diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), sebaliknya momentum ini akan memberikan dampak negatif apabila tidak diimbangi dengan peningkatan SDM karena akan menimbulkan masalah friksional yaitu pengangguran. Menyambut Indonesia Emas 2045 diperlukan upaya strategis dan revolusioner agar sumber daya manusia (SDM) yang dicetak berkualitas, memiliki daya saing, inovatif, serta memiliki ambisi nyata yang memberikan dampak berkelanjutan bagi bangsa.
Pesta demokrasi yang baru-baru ini resmi selesai, ditandai dengan dilantiknya Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sebagai pemimpin eksekutif Indonesia periode 2024-2029 merupakan batu pijakan awal dalam mempersiapkan Indonesia Emas 2045. Di tengah tantangan besar menuju Indonesia Emas 2045, terpilihnya Prabowo-Gibran menjadi angin segar dalam bagi sektor pendidikan Indonesia. Pasalnya melalui program Asta Cita yang diusung pasangan terpilih, salah satunya memiliki fokus pada penguatan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas. Misi Asa Cita yang diusung menjanjikan perubahan besar termasuk pada sektor pendidikan.
ADVERTISEMENT
Meskipun ada banyak upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari pemerintahan sebelumnya, nyatanya mimpi besar dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 masihlah menghadapi tantangan nyata. Presiden terpilih harus memiliki langkah strategis serta komitmen yang kuat untuk mengatasi persoalan-persoalan mendasar dalam pendidikan. Asta Cita yang diusung presiden terpilih harus dapat menjawab tantangan nyata seperti masalah ketimpangan pendidikan, rendahnya kualitas pengajaran, kurangnya dukungan infrastruktur, dan masalah masalah kesehatan yang mengancam anak-anak Indonesia yaitu stunting.
Dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, pendidikan menjadi kunci utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk umur 7 tahun keatas pada 2024 mengalami peningkatan 0,06 tahun menjadi 13,21 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Adanya peningkatan HLS ini tentunya membawa harapan besar bagi Indonesia, namun peningkatan HLS ini juga dibarengi dengan peningkatan angka putus sekolah di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) per Maret 2024, terjadi peningkatan angka putus sekolah pada jenjang SD sederajat dengan persentase 0,11%, di jenjang SMP sederajat 0,82%, dan untuk jenjang SMA/SMK sederajat sebanyak 1,02%. Adanya data ini menunjukkan tugas besar yang masih harus dituntaskan pemerintah, selain itu masih adanya ketidakmerataan pendidikan antara wilayah perkotaan dengan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) menjadikan upaya inklusivitas pendidikan di Indonesia harus terus diupayakan.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan pendidikan ini tidak bisa dilepaskan dari masalah ekonomi dan kesehatan. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia sebesar 21,5% pada tahun 2023, angka ini masih tinggi mengingat kontribusi terbesar dari stunting merupakan anak-anak. Kondisi ini tentunya akan menimbulkan dampak jangka panjang yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan fisik dan kognitif anak-anak. Stunting dapat menghambat potensi anak-anak untuk tumbuh secara optimal, mempengaruhi kemampuan belajar, dan pada akhirnya berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.
Dalam mengatasi tantangan dalam bidang pendidikan ini, Asta Cita menawarkan solusi yang menjanjikan terutama pada peningkatan sumber daya manusia melakukan penekanan angka stunting lewat program kerja Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini merupakan bentuk realisasi dari Misi Asta Cita ke-4, MBG memiliki sasaran untuk memberikan makanan bergizi dan sehat di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk balita dan ibu hamil. Misi strategis ini dicanangkan secara bertahap mulai 2 Januari 2025, dengan tujuan investasi sumber daya manusia untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
Visi besar Prabowo-Gibran perlu diwujudkan dengan langkah konkret dan terukur, dengan meningkatkan inklusivitas pendidikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indonesia Emas 2045 bukan lagi sebuah wacana namun sebuah kenyataan yang dapat terwujud bagi Indonesia. Masyarakat Indonesia menaruh harapan besar pada pemerintahan Prabowo-Gibran untuk mewujudkan transformasi pendidikan yang menyeluruh. Masyarakat kini menunggu langkah konkret langkah pemerintahan baru untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik, serta membawa arah arah gerak bangsa Indonesia menuju masa depan yang gemilang untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.