news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ketahuilah Suporter Bukan Kambing Hitam, Bung!

Herlambang Fadlan Sejati
Alumnus FH Univ. Gadjah Mada yang selalu mencintai musik dan sepakbola
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2022 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Herlambang Fadlan Sejati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“…….. Laskar cinta sebarkanlah benih-benih cinta, musnahkanlah virus-virus benci, virus yang bisa rusakkan jiwa dan busukkan hati …..” – Laskar Cinta, Dewa 19.
ADVERTISEMENT
Lirik lagu band legendaris ini relevan dengan perjumpaan bersejarah dengan tema Mataram Islah. Acara ini dilangsungkan di area parkir Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta pada tanggal 4 Oktober 2022. Mataram Islah menyatukan elemen suporter dari Persis Solo-PSIM Mataram-PSS Sleman. Tangisan haru akan kerinduan mengenai perdamaian di kancah sepakbola nasional menemui titik terang, khususnya dari area Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Orang bijak pernah berkata jika hal besar dimulai dari hal kecil.
Videotron Mataram Islah terpasang di Klaten sebagai penanda perdamaian suporter Persis Solo-PSIM Jogja-PSS Sleman. Foto: @MafiaWasit/twitter.
Suporter dari ketiga klub tersebut pernah saling melempar permusuhan. Artikel ini tidak akan membahas dan mengingatkan secara detil berbagai permusuhan yang terjadi di masa lalu tersebut, jika memang ingin mengetahui tinggal ketik di Google saja sudah banyak yang membahas berbagai rivalitas kelam ketiganya di masa lampau. Saat ini lembaran baru melalui Mataram Islah telah tercipta. Mereka telah memutus warisan senior kepada junior tentang benci dan dendam. Sebenarnya tidak hanya tentang rivalitas dalam sepak bola, bahwa meracuni pikiran benci dan dendam dari senior kepada junior adalah hal keniscayaan di segala aspek kehidupan. Siapa korbannya? Bahkan orang yang tidak mengerti, tidak terlibat pun ikut terkena, ambil contoh ketika sweeping plat nomor kendaraan sesuai daerah plat nomor rival di jalan raya atau tiba-tiba mendapat gangguan dari belakang ketika naik motor, dan lain-lain. Mataram Islah selain memberikan doa terbaik untuk korban tragedi Stadion Kanjuruhan, juga menyampaikan pesan bahwa suporter bukan kambing hitam atas peristiwa kerusuhan. Dalam sebuah pertandingan, aspek keamanan dan penyelenggaraan juga bisa menjadi sumber masalah. Semua aspek tersebut harus bersinergi, bukan mengutamakan kepentingan dan ego masing-masing. Ketika itu terjadi siapa korbannya? Lagi-lagi suporter yang sedang duduk manis dan menanti pintu dibuka untuk pulang ikut ditembaki gas airmata. Pihak keamanan apabila berkedok melalui bolehnya penggunaan gas air mata karena adanya Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa, sehingga tidak tunduk dengan FIFA Stadium Safety and Security Regulations yang melarang penggunaan gas air mata dalam pengamanan pertandingan adalah hal yang kurang tepat. Sebelum jauh-jauh membahas pengaturan yang berada di luar negeri, di Indonesia terdapat UU Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, dimana dasar pertimbangan UU tersebut dibuat agar keolahragaan juga mengikuti perubahan strategis di lingkungan Internasional. Adapun Peraturan Kapolri tentang Pedoman Pengendalian Massa saja masih tahun 2006, yang ruang lingkupnya adalah gedung/bangunan penting/lahan terbuka/lapangan, tidak ada yang spesifik mengenai stadion, sehingga perlu disesuaikan dengan perkembangan terkini di tingkat Internasional. Hukum bukan semata-mata tentang kepastian, karena kalau sudah seperti itu hilanglah tujuan hukum yang tatarannya lebih tinggi dari kepastian, yaitu keadilan dan kemanfaatan. Menjadi tidak adil karena yang meninggal dunia efek gas air mata adalah suporter yang tidak merusuh dan hanya ingin segera pintu stadion dibuka. Menjadi tidak manfaat karena kecerobohan melepas tembakan gas air mata membuat suporter tidak terkendali dan berdesak-desakkan, sehingga kualitas udara semakin buruk.
Shalat gaib untuk tragedi Kanjuruhan di halaman parkir Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta. Foto: @PSIMJOGJA/twitter
Sekali lagi suporter bukan kambing hitam, Bung!. Suporter memiliki ikatan emosional terhadap klub kecintaannya. Uraian berbagai ikatan tersebut seperti, Pertama, suporter adalah perekat dan pemersatu, karena mampu menyatukan berbagai sifat yang dimiliki individu demi kepentingan klub. Kultur yang dibawa tiap individu berbeda-beda, namun mereka tetap bersatu demi kepentingan klub tercinta. Kedua, suporter adalah simbol kreatif dan inovatif, artinya selalu mencari hal yang lebih istimewa demi kepentingan klub dan eksistensi suporter itu sendiri. Ketika pertandingan berlangsung, suporter mampu membuat koreografi yang keren. Ambil contoh Brigata Curva Sud dari PSS Sleman pernah membuat koreografi menampilkan gambar tokoh Soekarno-Hatta ketika momen Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 72, untuk mengenang jasa mereka sebagai Bapak Bangsa. Ketiga, suporter merupakan penyeimbang/pengawas. Suporter mempunyai peran dalam mengontrol tindak tanduk manajemen klub. Manajemen itu anggaplah kekuasaan, “power tends to corrupt”, siapa saja yang mempunyai kekuasaan itu cenderung sewenang-wenang. Suporter harus hadir ketika keadaan seperti itu, agar marwah dan harga diri sebuah klub tetap ada. Oktober 2021, Brigata Curva Sud dari PSS Sleman membuat gerakan boikot seluruh medsos PSS Sleman dan menyatakan mosi tidak percaya kepada manajemen. Keadaan tersebut nyatanya mampu merubah PSS Sleman menapaki perbaikan peringkat di tabel klasemen. Bagaimana, masih berani kambing hitamkan suporter?!.
Koreografi dari BCS ketika momen Dirgahayu RI ke-72. Foto: @BCSxPSS_1976/twitter