Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Sang Profesor Tanpa Gelar: Kholid
5 Februari 2025 20:23 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Hermansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Julukan “The Professor” sangat pantas disandang oleh sang nelayan pesisir laut Tangerang. Dengan keberaniannya dalam menentang beberapa regulasi yang dianggap dapat merugikan masyarakat di sekitar, mengenai tata kelola laut. Sosok Kholid yang merupakan seorang nelayan asal Banten yang memiliki pemikiran kritis dan peduli terhadap ekosistem laut Tangerang.
ADVERTISEMENT
Menurut sang nelayan proyek pembangunan pagar laut ini sangat berdampak besar bagi para nelayan ikan di sekitar. Kehadiran pagar bambu tersebut membatasi ruang gerak para nelayan saat mencari ikan. Pada acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan secara langsung oleh Channel Televisi. Kholid sangat merasa prihatin atas kehadiran pagar laut ini.
"Ketika saya ini sebagai masyarakat yang merasakan kejadiannya brutal. Laut di pagar, berbentuk kotak-kotak, sehingga saya untuk mencari ikan sehingga ruang lingkupnya terbatas," ujar Kholid, dikutip Kamis, 23 Januari 2025 memalui salah satu media online.
Tidak hanya berani dalam menentang regulasi, Kholid juga sangat pandai dalam berdiskusi layaknya seperti para tokoh-tokoh politik negeri ini. redaksi dan pemilihan kata-kata yang digunakan seorang Kholid mencerminkan bahwa dia bukan sekedar nelayan biasa akan tetapi memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup luas.
ADVERTISEMENT
Kholid juga termasuk seorang nelayan yang rajin dalam mencari ilmu pengetahuan, terbukti dengan beberapa buku yang telah dibacanya, seperti buku yang berjudul “Logika Penjajah” karangan dari Yai_Midi asal Banten.
Sang Profesor Tanpa Gelar ?
Kholid yang berasal dari Desa Kronjo, Kecamatan Pontang, Serang, Provinsi Banten adalah seorang nelayan pesisir. Namanya mulai banyak mendapatkan perhatian oleh sejumlah masyarakat usai ia mengkritik proyek pagar laut “Siluman” yang berada di perairan laut Tangerang, Banten.
Seorang nelayan kecil yang sanggup bersuara keadilan tanpa getar dan rasa takut akan intimidasi dari berbagai pihak, Kholid tetap akan selalu berjuang bersama rakyat untuk mengawali proyek siluman pagar laut di perairan Tangerang.
Dalam acara Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema “Pagar Laut, Nasib Nelayan, Rakyat Pesisir, dan Ironi Negara Bahari” pada Jumat (31/1/2025). Kholid pernah menyampaikan pandangannya, bahwa tindakan memasang pagar di laut itu merupakan contoh dari kekuatan oligarki yang tidak pernah merasa cukup.
ADVERTISEMENT
“Mereka itu adalah oligarki. Kami menyebutnya ‘buta rasa’ (apa saja dicaplok). Tidak kenyang, semuanya dicaplok, bahkan laut dan bumi seisinya pun mereka caplok. tidak pernah kenyang. Dari situlah saya harus melawan,” kata Kholid. (dikutip dari salah satu media online)
Penulis: Hermansyah/Dosen/Ilmu Komunikasi/Universitas Pamulang