Pandemi Segera Berakhir, Sejumlah Pelajar Enggan Kembali

Herviana Anes
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Konten dari Pengguna
7 Mei 2021 10:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Herviana Anes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keadaan pembelajaran ketika online
zoom-in-whitePerbesar
Keadaan pembelajaran ketika online
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kurang lebih, dua tahun lamanya pandemi COVID-19 melanda dunia. Tak terkecuali Indonesia, yang hingga kini masih berjuang melawan COVID-19 dengan berbagai upaya.
ADVERTISEMENT
Semua kalangan masyarakat diperintahkan membatasi mobilitas dan interaksi untuk mencegah dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia. Termasuk bidang pendidikan, yang menghentikan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka pada seluruh tingkatan pendidikan.
Di tengah pandemi, pemerintah mengeluarkan kurikulum darurat yang bisa dilaksanakan dalam sistem pembelajaran yang dilakukan secara online. Pemerintah sudah berupaya sebaik mungkin, agar pendidikan di Indonesia tetap berlangsung walau tidak bisa dilakukan dengan tatap muka. Kebijakan pembelajaran jarak jauh ini dinilai paling efektif untuk mencegah penularan virus corona, tanpa harus menghentikan kegiatan belajar mengajar di berbagai tingkatan pendidikan.
Pro dan kontra dari berbagai pihak dilayangkan dalam menanggapi hal ini. Banyak yang beranggapan, pembelajaran jarak jauh ini tidak bisa berjalan seefektif ketika pembelajaran tatap muka.
ADVERTISEMENT
“Menurut saya, pembelajaran secara online tidak efektif, karena dosen sendiri tidak bisa mengontrol mahasiswa secara langsung, dan belum adanya metode yang menjamin bahwa mahasiswa akan bertindak jujur dalam mengerjakan ujian,” ungkap Haekal Ilham, mahasiswa Universitas Utara Malaysia, prodi hubungan internasional.
Ungkapan Haekal tersebut merupakan bentuk kekhawatiran peserta didik akan kualitas pengetahuan yang diterimanya selama masa pandemi ini. Selain itu, banyaknya oknum pelajar yang memanfaatkan situasi ini sebagai celah untuk melakukan kecurangan agar dapat meraih nilai setinggi-tingginya, dengan usaha seminim-minimnya. Terutama dalam mengerjakan ujian, yang nantinya akan mempengaruhi nilai, atau bahkan kelulusan seseorang.
Namun, seiring berjalannya waktu, ditambah perkembangan pada penemuan vaksin corona yang kini sudah mulai diberikan kepada sejumlah lapisan masyarakat, menunjukkan bahwa pandemi ini diperkirakan akan segera berakhir. Jika pandemi berakhir, itu artinya sistem pembelajaran jarak jauh juga akan berakhir. Pembelajaran akan kembali digelar tatap muka, walaupun diperkirakan masih harus melakukan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Sejumlah pelajar, baik dari kalangan siswa hingga mahasiswa menanggapi hal ini secara beragam. Sebagian bersemangat untuk kembali tatap muka, namun ada pula yang enggan kembali belajar secara offline.
“Menurut saya, pembelajaran secara online sudah cukup baik, tinggal bagaimana dilakukan peningkatan atau perbaikan saja. Karena, mahasiswanya dapat aktif melakukan kegiatan lain, selain berkuliah. Menurut saya, itu pemanfaatan waktu yang sangat baik,” ungkap Muhammad Erangga, mahasiswa STIE Maiji, prodi manajemen bisnis.
Pendapat Erlangga tersebut menyatakan bahwa dengan pembelajaran jarak jauh, pelajar tidak perlu menghabiskan waktunya di kampus atau sekolah, dan hanya melakukan satu kegiatan saja, yaitu belajar. Namun, pelajar juga dapat melakukan hal lain bersamaan dengan pembelajaran jarak jauh. Hal ini menciptakan efisiensi waktu, terutama bagi mereka yang memiliki pekerjaan paruh waktu atau kegiatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan pernyataan Erlangga, narasumber lain juga mengatakan ketidaksediaannya untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka dalam waktu dekat.
“Meskipun kurang efektif, saya sudah mulai terbiasa pembelajaran jarak jauh. Jadi, belum siap jika harus kembali tatap muka dalam waktu dekat. Butuh waktu lagi untuk penyesuaiannya,” ungkap Reza Arya mahasiswa prodi psikologi Universitas Gunadarma.
“Jika disuruh memilih, antara pembelajaran offline atau online, saya memilih online. Karena sudah nyaman dengan sistem tersebut. Jika ditanya, mana yang lebih efektif, jelas pembelajaran offline yang lebih efektif,” ungkap Rezky Syahbani mahasiswa prodi ilmu komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta.
Dari berbagai tanggapan tesebut, membuktikan banyaknya kalangan pelajar yang enggan kembali bertatap muka, dengan alasan yang beragam. Walaupun sebagian dari mereka menyadari adanya kekurangan dalam sistem pembelajaran tersebut. Mereka cenderung enggan beradaptasi dari awal, ataupun telah nyaman dan menemukan kelebihan lain dalam sistem pembelajaran jarak jauh ini.
ADVERTISEMENT
Melihat alasan yang beragam, dengan banyaknya pelajar yang menginginkan pembelajaran tatap muka tetap berjalan, tidak menutup kemungkinan pemerintah untuk mempertimbangkan hal ini. Karena, pembelajaran jarak jauh ini bukan hanya pembelajaran darurat di tengah pandemi, namun ini merupakan kemajuan IPTEK dalam bidang pendidikan yang sudah seharusnya dikembangkan.
Bukan hanya itu, pembelajaran jarak jauh ini juga membuka peluang bagi pelajar Indonesia, khususnya mahasiswa untuk mengenyam pendidikan dimanapun tanpa dibatasi ruang. Bukan tidak mungkin, tahun-tahun berikutnya, Indonesia akan dipenuhi lulusan Universitas luar negeri, atau bahkan lulusan yang mempunyai gelar ganda, karena ditingkatkannya pembelajaran jarak jauh ini. Sehingga memungkinkan mahasiswa untuk mengambil kuliah di lebih dari satu Universitas.
Ilustrasi mahasiswa. Foto: Dok. Freepik