Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Dilema Guru di Akhir Tahun Pelajaran
20 Juni 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hery Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Walaupun kegiatan yang rutin dilakukan tetapi kegiatan ini selalu membawa pertentangan batin sebagai seorang guru. Bagimana tidak guru harus menilai kemampuan siswa sesuai apa yang diperoleh nya, tetapi disatu sisi sekolah juga harus memperbaiki jumlah lulusannya untu dapat diterima dijenjang berikutnya. Sebuah pemandangan yang langka untuk sekarang ini ketika guru mengerjakan nilai tanpa adanya manipulasi dari guru.
ADVERTISEMENT
Dua tahun pandemi mengajarkan kita bahwa kejujuran tidak lagi menjadi prioritas utama bagi siswa karena setiap kali melakukan penilaian siswa berada dirumah sementara guru berada ditempat yang berbeda. Tidak ada kontrol dari guru tentang arti sebuah kejujuran dalam mengerjakan setiap penilaian yang diberikan oleh guru. Sehingga untuk saat ini guru bener benar menekankan sikap jujur dalam segala hal.
Begitu marahnya guru ketika mendapati setiap siswa yang tidak jujur dalam mengerjakan penilaian atau pun dalam hal yang lain. Seperti yang kita ketahui dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Civic Honesty Around the Globe pada tahun 2014. Sebuah penelitian yang dilaksanakan di 355 kota di 40 negara dengan menyerahkan 17.303 dompet yang hilang kepada warga sekitar. Hasilnya didapati Swiss menjadi negara yang sangat jujur dengan sebesar 70% orang mengembalikan dompet tidak berisi uang dan sebesar 78% orang mengembalikan dompet berisi uang kepada pemiliknya.
ADVERTISEMENT
Sementara cina menjadi negara diurutan terakhir dengan masyarakat paling jujur di dunia. Sebesar 8% orang dari negara Cina mengembalikan dompet ke pemiliknya, serta 20% orang mengembalikan dompet kepada pemiliknya. Sementara Indonesia berada di urutan 33 sebagai negara dengan masyarakat paling jujur di dunia. Sekitar 18% orang Indonesia mengembalikan dompet yang tidak ada uangnya, sementara 31% orang mengembalikan dompet berisi uang kepada yang punya (Tempo.com).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kejujuran memiliki arti yaitu lurus hati, tidak curang, dan kejujuran adalah kelurusan hati, ketulusan hati. Kita boleh menyimpulkan dari pernyataan diatas bahwa jujur merupakan suatu sikap yang lurus dengan mengatakan yang sebenar benarnya dan biasa kita mengartikan kejujuran dengan istilah tidak berbohong, atau mengatakan hal – hal yang menyalahi apa yang terjadi/fakta. Dalam kehidupan sehari – hari, dimana manusia cukup jauh dari kata jujur yang sebenarnya, dengan menutupi semua yang terjadi dengan kebohongan, berharap nya semua masalah akan selesai.
ADVERTISEMENT
Sebagai guru kitaselalu dihadapkan pada sebuah pilihan yang begitu sulit ketika ingin memasukan nilai yang diperoleh siswa apa adanya tetapi nanti beresiko bagi siswi dan sekolah kedepannya karena nilai yang diperoleh sangat kecil akan berdampak bagi siswa untuk bisa melanjutkan kejenjang berikutnya. Guru juga bisa memanipulasi nilai agar siswa mendapatkan nilai yang layak.
Ketika kita secara jujur melihat dari tujuan penilaian yang kita lakukan dalam proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar siswa, dan nanti hasil yang diperoleh akan digunakan oleh sekolah untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar itu artinya guru dituntut untuk memberikan nilai sesuai dengan apa yang diperoleh siswa tanpa dimanipulasi oleh guru.
ADVERTISEMENT
Dalam kurikulum merdeka setiap sekolah fleksibel dalam menentukan jenis, teknik, instrumen, dan waktu ujian berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran. Sekolah juga memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi pengolahan hasil penilaian sesuai kebutuhan.
Masalah pendidikan di Indonesia bukan hanya dari sisi kognitifnya saja tetapi masalah attitude dengan mengutamakan kejujuran baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Baik buruknya kualitas pendidikan harus menjadi tanggung jawab kita semua.
Guru sebagai motivator bagi siswa nya harus benar-benar mengajarkan arti kejujuran bagi siswanya jangan sampai guru hanya mengajarkan dan memaksakan kejujuran kepada siswa sementara guru masih ada yang tidak jujur dalam melakukan setiap kegiatan. Ketika guru jujur maka siswa pun jujur dan pastinya harapan sekolah tertumpu nantinya, pada peserta didik, untuk menjadi insan yang berakhlak mulia dan berkarakter.
ADVERTISEMENT