Konten dari Pengguna

Ketika WAG Berubah Menjadi Alat Kampanye

Hery Setyawan
Guru SMPN 42 Jakarta
4 Oktober 2023 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hery Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Whatsapp Foto: Reuters//Dado Ruvic/File Photo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Whatsapp Foto: Reuters//Dado Ruvic/File Photo
ADVERTISEMENT
Perhelatan akbar pemilu 2024 tinggal beberapa bulan lagi, namun suhu politik semakin hari sudah semakin panas. Di mana beberapa partai politik sudah mulai melakukan kampanyenya di berbagai tempat.
ADVERTISEMENT
Berbagai kegiatan kampanye dilakukan mulai dengan memasang atribut masing-masing partai di tempat yang strategis sampai penggunaan media sosial sebagai tempat berkampanye. Hal itu dilakukan agar partai dan calonnya mendapatkan suara terbanyak di dalam pemilu 2024.
Walaupun belum dimulainya masa kampanye idealnya dalam proses kampanye yang dilaksanakan dengan menyampaikan program yang akan dilakukan ketika terpilih nanti. Tetapi saat ini justru ramai penyebaran berita dengan melakukan kampanye negatif yaitu di mana salah satu calon mengungkapkan kelemahan dan kesalahan lawan politiknya.
Selain kampanye negatif tadi kita juga mengenal istilah kampanye hitam yaitu dengan menuduh pasangan calon melalui tuduhan palsu yang belum terbukti. Atau melalui hal-hal yang tidak relevan terkait kapasitasnya dia sebagai pemimpin.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari keduanya jelas memojokkan dan menghancurkan karakter lawan politiknya dengan harapan dia akan memperoleh suara terbanyak sehingga bisa memenangkan pemilu. Dan, yang menariknya kampanye hitam maupun kampanye negatif ini dilakukan menggunakan media sosial WhatsApp Group (WAG).
Ilustrasi whatsapp. Foto: Shutter Stock
Beberapa dari kita mungkin sering mendapatkan pesan berantai yang isinya menjelek-jelekkan salah satu calon atau partai politik tertentu yang ketika kita telusuri info itu ternyata tidak jelas sumbernya atau berita hoaks.
Saat ini memang banyak pilihan media yang dapat menjadi pilihan bagi masyarakat. Setelah mereka lelah bekerja seharian, seseorang akan lebih memilih menonton televisi dibanding dengan mendengarkan radio.
Atau, masyarakat akan lebih memilih berselancar di internet mencari pemberitaan dibanding membaca majalah atau koran. Dan, pastinya mereka akan menggunakan media WhatsApp Group sebagai media komunikasi mereka.
ADVERTISEMENT
Sangat disayangkan ketika WAG yang selama ini menjadi ajang silaturahmi kita dengan saudara, rekan kerja, ataupun tetangga, kini mulai panas akibat salah satu dari rekan atau saudara kita yang menyebarkan berita melalui pesan berantai di WAG di mana isinya menjelek-jelekkan salah satu calon atau partai politik tertentu.
Berbagai cara yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalamnya untuk meredam pemberitaan tersebut. Ada yang merespons dengan mengungkapkan kejelekan dari calon yang lainnya sehingga pemberitaannya semakin membuat kita pusing ketika berada di WAG tersebut.
Ilustrasi berbalas pesan di whatsapp. Foto: Shutter Stock
Ada juga yang lebih memilih untuk diam ketika salah satu di antara rekan atau saudara kita menyebarkan pesan berantai tersebut. Menurutnya kita harus mengembalikan fungsi asli dari WAG yaitu silaturahmi.
ADVERTISEMENT
Bahkan tidak sedikit dari kita yang lebih memilih untuk keluar grup agar tidak terbawa emosi dan mengikuti alur dari apa yang disampaikan oleh salah satu rekan atau saudara kita. Bahkan dalam beberapa pemberitaan justru tidak terbukti sehingga membuat suasana semakin panas.
Tidak salah memang ketika kita mendukung salah satu calon atau partai politik tertentu karena sebagai warga negara kita memiliki hak yang diatur oleh konstitusi. Tetapi kita juga perlu ingat keberpihakan kita kepada salah satu calon atau partai politik tidak lantas membuat kita bisa menjelekkan calon yang lain.
Bersikaplah bijak dalam menggunakan media sosial jangan sampai karena kesalahan kecil yang kita lakukan di WhatsApp Group bisa berdampak buruk untuk kita.
ADVERTISEMENT