news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Quo Vadis Pendidikan di Indonesia Pascapandemi

Hery Setyawan
Guru SMPN 42 Jakarta
Konten dari Pengguna
30 Desember 2022 17:55 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hery Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Hery Setyawan, M.Pd. (Guru SMPN 42 Jakarta)
Wisma Atlet ( sumber dokumen pribadi )
Di Akhir tahun 2022 kita semua mendengar bahwa Presiden Joko Widodo sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri PPKM alias Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Itu artinya pandemi Covid-19 di Indonesia sudah akan berakhir. Hal itu Dapat dilihat dari terus menurunya jumlah kasus yang ada di Indonesia. Masyarakat menyambut baik rencana yang dilakukan oleh pemerintah tersebut. Di sisi lain pemerintah juga terus menghimbau masyarakat untuk tetap melakukan vaksin booster.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga sudah menutup secara resmi Rumah Sakit Darurat Covid-19 atau wisma atlet per tanggal 31 Desember 2022, karena untuk saat ini wisma atlet tidak ada pasien Covid-19 itu artinya perubahan status dari pandemi menjadi endemi. Sekolah sebagai tempat yang berdampak dalam perubahan status tentunya harus melakukan sesuatu untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah menyikapi perubahan pandemi menjadi endemi antara lain:
1. Ikut serta dalam program vaksinasi.
Setelah pandemi berakhir sekolah harus tetap menghimbau kepada seluruh warga sekolah untuk tetap mengikuti vaksinasi. Untuk menghindari terjadinya wabah seperti dua tahun kemarin, walaupun terjadi minimal mencegah hal terburuk bagi kita dan keluarga tentunya.
ADVERTISEMENT
2. Lakukan protokol kesehatan.
Sekolah juga harus tetap memberlakukan protokol kesehatan, pandemi membuat kita semua lebih peduli terhadap Kesehatan jangan sampai setelah menjadi endemic justru kepedulian kita terhadap Kesehatan malah semakin menurun.
3. Pembelajaran di kelas tetap menggunakan pendekatan teknologi.
Pandemi selama dua tahun mengajarkan kita untuk mau belajar tentang hal hal yang baru terutama dalam penggunaan media, metode pembelajaran di masa pandemi, semua dilakukan dengan pendekatan teknologi sehingga pelayanan pembelajaran terhadap peserta didik tetap maksimal. Jangan sampai endemi pembelajaran kita kembali ke masa sebelum pandemi semua dilakukan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan teknologi.
4. Pembelajaran berbasis Student Center
Hal itu sesuai dengan ciri-ciri Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang integrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK. Kecakapan mengajar tersebut dapat dikembangkan dengan berbagai model pembelajaran dan aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran yang dilakukan peserta didik.
ADVERTISEMENT
UNESCO telah membuat 4 (empat) pilar pendidikan untuk menyongsong abad 21, yaitu: Learning to how (belajar untuk mengetahui) peserta didik sudah terbiasa belajar untuk mencari tahu terkait dengan bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan secara mandiri bukan lagi ketergantungan terhadap guru. Learning to do (belajar untuk melakukan) peserta didik sudah terbiasa belajar untuk melakukan sesuatu secara atau berkarya sesuai dengan keinginan sendiri guru hanya sebagai fasilitator dalam setiap pembelajaran.
Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri yang berkepribadian) peserta didik terbiasa belajar untuk menjadi atau berkembang utuh agar kelak nanti apa yang dipelajari di sekolah dapat bermanfaat di masyarakat. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama) peserta didik terbiasa belajar hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang beragam, baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau pendidikan. Adanya keberagaman ini nantinya membuat peserta didik menjadi bijak dalam bergaul di masyarakat.
ADVERTISEMENT