Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menyusuri Jejak Kaum Borjuis Belanda di Kebon Jeruk Kober
9 November 2017 14:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Hesti Widianingtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suasana kelam begitu terasa saat pertama kali menjejakkan kaki di Taman Prasasti. Pepohonan rindang dengan daun-daun menguning, gugur bersama hamparan batu nisan para tamu kehormatan Belanda zaman dahulu.
ADVERTISEMENT
Taman Prasasti yang terletak di Tanah Abang, Jakarta Pusat ini menjadi jejak pembangunan makam modern pertama di Indonesia bahkan dunia. Bagaimana tidak, pemakaman di Amerika, Australia bahkan Prancis saja baru dibangun pada 1800-an, sementara Taman Prasasti didirikan pada 28 September 1795.
Dahulu kala, area seluas 5,9 hektar ini dimiliki oleh seorang saudagar gula bernama Halventius Rimsdijk. Ketika wabah malaria menyerang Batavia, Halventius menghibahkan tanahnya karena pemakaman yang ada menjadi terlalu sempit.
Diberi nama Kebon Jeruk Kober, pemakaman ini menjadi area khusus bagi pejabat, keluarga bangsawan, dan pendeta Belanda. Para keluarga Belanda sengaja mendatangkan nisan-nisan langsung dari Italia, yang kemudian diberikan patung-patung malaikat sebagai bonusnya. Namun, patung-patung itu tidak memiliki arti tersendiri, melainkan sebagai pengganti nisan dan mempercantik makam.
Selain dihiasi patung malaikat, makam-makam yang terdapat di Kebon Jeruk Kober juga diukir sesuai dengan lambang Heraldik, yakni lambang status sosial. Seperti Heraldik Cornelis Lindius, yang merupakan lambang dari anggota Dewan Gereja dan Pendeta, memiliki unsur pohon, kalung salib, helm perang berterali dan perisai. Ketiga unsur tersebut melambangkan bangsawan kristiani yang hidup tenang dan abadi.
Pemakaman Kebon Jeruk Kober sendiri masih digunakan hingga 1945. Akan tetapi, pada 1975 hingga 1977, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengangkat rangka-rangka untuk dipindahkan ke Taman Pemakaman Menteng Pulo, Tanah Kusir, dan ada juga yang dikembalikan ke keluarga masing-masing. Kemudian pada 9 Juli 1977, Kebon Jeruk Kober resmi berganti nama menjadi Museum Taman Prasasti.
Meski menjadi awal mula taman pemakaman di Jakarta, tata letak makam dan desain batu nisan yang terdapat di Taman Prasasti tidak memengaruhi pembangunan taman makam lain yang ada setelahnya. Kini, taman pemakaman umum hanya berbentuk lahan luas dengan batu nisan yang seragam.
ADVERTISEMENT