Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tolo, Satu dari Ribuan Pekerja Renovasi Istora Senayan
3 November 2017 14:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Hesti Widianingtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak Agustus 2016, Istora Gelora Bung Karno Senayan bersiap menyambut Asian Games yang akan diadakan pada 18 Agustus 2018. Berbagai perubahan dilakukan, mulai dari mengubah bagian dalam Istora hingga menambah gedung berbentuk huruf U yang mengelilingi bagian belakang. Di antara petugas yang bekerja, salah satunya ialah Tolo sebagai kuli serabutan asal Purwodadi.
ADVERTISEMENT
Tolo mulai bekerja pada Juli 2017, untuk membantu pembangunan gedung hingga merapikan trotoar sekitar Istora. Sebelumnya, ia tidak pernah ke Jakarta dan hanya ikut proyek di sekitar Jawa Tengah, seperti Yogyakarta dan Solo. Ditemui pada Jumat (3/11) saat bekerja, Tolo tidak segan berbincang mengenai suka dukanya bergabung dalam renovasi Istora.
“Ya, namanya orang merantau, pasti kangen sama keluarga. Pulang kerja ngeliat anak, capeknya hilang, terus juga ada yang mijetin,” tutur Tolo. Memiliki istri dan seorang anak laki-laki bernama Aprilio yang baru berumur 5 tahun, Tolo mau tidak mau bekerja jauh dari keluarga demi ekonomi yang lebih baik. Bahkan, ia harus menerima keadaan untuk tidur bersama 20 pekerja lainnya di dalam sebuah bedeng kecil.
ADVERTISEMENT
Begitu juga perihal jam kerja. Ketika pekerja lain sedang istirahat dan makan siang, Tolo masih sibuk melakukan pengecoran yang tidak bisa ditinggalkan. Terkadang, ia juga harus bekerja lembur dari pukul 8 pagi hingga 9.30 malam demi menyelesaikan pekerjaannya.
Upahnya tiap hari pun tidak seberapa. Untuk kerja yang ia mulai dari pukul 8 pagi hingga 4 sore, Tolo menerima Rp 90 ribu. Sedangkan, jika ia melanjutkan hingga pukul 9.30 malam, Tolo mendapatkan Rp 180 ribu. Selain itu, jika terjadi kecelakaan kerja atau ada pekerja yang sakit, Tolo mengatakan bahwa hal itu sudah diatur oleh mandor.
“Saya udah ngasih ktp ke mandor, jadi kalau ada apa-apa akan didata,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Tolo tampak ikhlas menjalankan hidupnya. Sejak masih berusia 6 tahun, bapaknya yang juga kuli serabutan meninggalkan Tolo. Begitu pula ibunya yang meninggal ketika ia berusia 20 tahun.
Sambil tetap merapikan trotoar Istora, Tolo sesekali tersenyum dan melempar candaan. Ia tidak sabar untuk segera kembali ke Purwodadi saat kontraknya selesai pada Desember 2017 mendatang.