Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Menjaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja
15 Maret 2025 20:00 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Hesty Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental adalah aspek penting bagi semua orang untuk menjalankan tugas mereka secara optimal. Lingkungan kerja yang toxic dapat muncul karena budaya yang ada ditempat kerja, kepemimpinan buruk, dinamika tim, atasan suka micromanage dan narsis, pemimpin yang hanya peduli hasil kerja tanpa melihat hasil usaha dan proses dapat merusak hubungan antar karyawan. Lingkungan kerja yang penuh gosip memburukkan orang serta bermuka dua, di depan kita dan dibelakang kita lain juga temasuk ciri-ciri lingkungan kerja yang tidak sehat.

Tak jarang seseorang memutuskan untuk mengundurkan diri karena merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapi situasi yang dihadapi di lingkungan tempat kerja. Hal tersebut pernah dilakukan oleh teman saya sebagai seorang guru. Dia memilih resign dari tempat kerjanya karena lingkungan tempat kerja yang toxic. Dia menyatakan bahwa lebih menyayangi mental dan fisiknya daripada pencapaian yang telah diraihnya dengan susah payah. Ada juga teman saya yang mengeluh hampir setiap hari ingin resign namun karena tanggungjawab keluarga, sehingga ia lebih memilih untuk bertahan meskipun ia sering menangis dan mental nya sering down.
ADVERTISEMENT
Keputusan untuk mengundurkan diri, terlebih sebagai perantau, bukanlah keputusan yang mudah. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk stabilitas keuangan, serta ekspektasi keluarga besar. Namun, pilihan tersebut menunjukkan keberanian untuk memprioritaskan kesehatan mental, yang sering kali diabaikan dalam lingkungan kerja. Kasus teman saya ini membuka mata banyak orang tentang pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
teori Self-Determination dari Deci dan Ryan (1985) menekankan pentingnya kebutuhan psikologis dasar seperti otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi dalam lingkungan kerja, maka kesehatan mental individu dapat terganggu. Oleh karena itu, menciptakan suasana kerja yang mendukung pemenuhan kebutuhan ini sangat penting.
Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Toksik di Sekolah
Konflik antar rekan kerja: Persaingan tidak sehat atau gosip dapat menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
Kurangnya Dukungan dari pimpinan: pimpinan yang tidak responsif terhadap keluhan karyawan dapat memperburuk situasi.
Tekanan Kerja Berlebihan: Tuntutan administratif dan beban kerja yang melebihi kapasitas.
Minimnya Pengakuan: Kurangnya apresiasi terhadap kerja keras karyawan dapat menyebabkan demotivasi.