Pembentukan Karakter Anak Melalui Sastra

Hesty Trimurti Gorang
.Hesty Trimurti Gorang. Penulis buku (Pena Pedang penulis (2020) dan Muslimah Kanan (2021). Anggota di FLP NTB. Guru bahasa arab di Yayasan Tarbiyatul Islamiah Orong Kopang Lombok Utara
Konten dari Pengguna
8 September 2021 10:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hesty Trimurti Gorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi anak sedang membaca buku sebagai salah satu kegiatan untuk menstimulasi kecerdasan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi anak sedang membaca buku sebagai salah satu kegiatan untuk menstimulasi kecerdasan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menurut Burhan Nugiantoro dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi. Beliau mengatakan bahwa, "Karakter adalah tabiat, kepribadian, identitas diri, jati diri. Karakter adalah jati diri, kepribadian, dan watak yang melekat pada diri seseorang yang berkaitan dengan dimensi psikis dan fisik. "
ADVERTISEMENT
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, dan watak.
Dari beberapa pengertian tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah watak, kepribadian seseorang yang dapat membedakan satu dengan yang lain.
Dengan adanya karakter seseorang dapat membangun jati diri mereka masing-masing. Melalui perkembangan baik dalam lingkungan masyarakat dan juga pendidikan. Untuk mengembangkan karakter anak. Selain dari dunia pendidikan karakter anak juga bisa dibangun melalui sastra.

Apa itu sastra?

Ditinjau dari bahasa sastra berasal dari bahasa sansekerta. Sastra yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman" dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran".
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sastra sendiri adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia.
Dengan belajar atau memperkenalkan sastra kepada anak-anak, dapat membantu perkembangan karakter anak. Ini sesuai dengan apa yang ada dalam sastra itu sendiri.
Menurut Lukens, sastra menawarkan dua hal utama yakni kesenangan dan pemahaman. Dari dua hal ini bisa disimpulkan bahwa selain kesenangan, hiburan sastra menghadirkan pengetahuan. Dari situlah dapat dijadikan rujukan untuk membantu proses perkembangan karakter anak.

Bacaan seperti apa yang layak untuk anak ?

Melalui bacaan-bacaan yang menarik perhatian, menghibur dan berpotensi untuk perkembangan anak-anak. Sastra juga menghadirkan kisah-kisah seputar kehidupan yang nantinya membuka cakrawala pembaca.
ADVERTISEMENT
Dalam cerita-cerita kehidupan yang disajikan dalam dunia kesusastraan inilah yang membantu anak-anak berpikir sesuai dengan apa yang dibaca.
Tentu dalam setiap cerita memiliki nilai moral yang bisa diambil pelajarannya. Dari bacaan sastra anak-anak bisa terus mengembangkan pola pikir dengan kenyataan yang ada.
Maka, bahan bacaan pun harus disesuaikan dengan usia anak-anak, karena asumsi kebahasaan dalam dunia sastra tentu berbeda-beda. Bacaan anak-anak dan bacaan orang dewasa pasti dibedakan dari segi citraan bahasa, nilai, moral, dan juga pilihan diksi yang terkandung dalam bacaan tersebut.
Hal ini yang harus diketahui agar bacaan yang disodorkan pada anak-anak pun tidak asal-asalan, nantinya akan berakibat fatal, karena kita mengetahui bahwa bacaan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak-anak. Apa lagi tentang pola pikir yang nantinya bersangkutan pada perkembangan karakter mereka.
ADVERTISEMENT
Kita bisa mengambil contoh karya-karya sastra yang bisa membangun cakrawala anak-anak serta membangun karakter dalam diri mereka. Adalah ketika seorang ibu memberikan dongeng untuk anak-anak sebelum tidur, pastinya seorang ibu akan memilih dongeng yang bermanfaat untuk dibacakan kepada anaknya. Dengan alasan mengambil nilai moral dan pelajaran yang ada di dalamnya. Tanpa sadar biasanya anak-anak mulai merespons apa yang kita baca. Biasanya mereka akan bertanya, “Mengapa si kancil melakukan kebohongan pada si buaya, Bu?” atau dengan pertanyaan yang lain.
Selain berdongeng, pembentukan karakter anak juga bisa dibangun dengan mengajarkan anak membaca puisi. Di mana dalam sebuah puisi terdapat feel yang mengantarkan anak bisa merasakan apa yang dibaca.
Saat membaca puisi ada beberapa unsur yang harus diingat. Seperti: intonasi, tinggi rendahnya suara, dan mimik ketika membaca puisi. Unsur-unsur ini secara tidak sengaja dapat membantu pembentukan karakter seorang anak. Bagaimana ia merasakan apa yang dibaca, merasakan dengan mengungkapkan dengan nada, mimik dan juga dari lantangan suaranya.
ADVERTISEMENT
Jadi apa yang dibaca melalui karya sastra akan membentuk pola pikir anak-anak dan membangun karakter mereka. Ketika dibacakan cerita tentang kebaikan memberi dan manfaat memberi pun pasti tercantum dalam cerita tersebut. Inilah fungsi sastra yang sebenarnya yang benar-benar dapat membentuk karakter seorang anak.
Jadi, tak ada salah seorang ibu memperkenalkan sastra pada anak-anak sejak dini, karena pertumbuhan otak yang masih cepat meresap segala sesuatu. Maka, seorang ibu harus menggunakan masa ini dengan sebaik mungkin.