Menebar Kebaikan Melalui Media Online
Konten dari Pengguna
8 Januari 2023 21:01
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Heycal Rahmandia Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Ketika pandemi melanda negeri kita di awal Maret 2020, membuat setiap orang menyesuaikan diri dengan situasi, tentunya dengan konsisten menjalankan protokol kesehatan. Termasuk menyesuaikan diri menebar kebaikan tak hanya berbentuk materi saja, juga berbentuk non materi seperti menulis di media online. Saya pun ikut andil memasuki ruang berbagi kebaikan tersebut bersama ASN instansi lain, baik pusat maupun daerah dalam sebuah komunitas ASN Menulis.
Sebagai seorang Pranata Humas, pada awalnya tulisan-tulisan saya merupakan tugas yang harus dikumpulkan selama proses pelatihan ASN Menulis yang dihelat komunitas ASNation berkolaborasi dengan kumparan.com . Namun akhirnya menjadi ajang lomba dan memicu anggota komunitas lebih produktif dalam menulis. Tak hanya bidang komunikasi dan humas, dakwah islamiah pun saya tulis dan tayang di kumparan.com sejak Oktober 2020. Saya pun meraih juara sebagai peserta terproduktif dan juara kedua lomba ASN Menulis, sebagaimana dirilis kumparan pada tanggal 4 November 2020 dengan judul “Pemenang Lomba ASN Menulis.” Hingga artikel ini ditulis, 7 September 2021, sebanyak 79 artikel yang saya tulis telah tayang di kumparan.com. Kalau artikel ini tayang maka menjadi 80 artikel yang sudah saya abadikan di kumparan.
Oiya Saudara, tulisan-tulisan saya dan kolega-kolega ASN lainnya juga telah dibukukan dan sudah terbit tahun 2021 ini, bertajuk ‘101 Catatan ASN: Sikap Bijak Menghadapi Pandemi Covid-19’ dan sudah diperjualbelikan untuk umum. Lalu, beberapa tulisan saya yang juga sudah tayang di kumparan saat lomba ditambah beberapa tulisan lainnya yang belum sempat di-publish saya pilah-pilih dan dikumpulkan dalam sebuah buku yang telah dicetak dan siap terbit, berjudul “40 Kultum di Media ala Humas”. Antologi tulisan yang sudah dibukukan tersebut menjadi pembuktian, meski pandemi dianggap musibah, namun sebenarnya dapat diubah menjadi anugerah, salah satunya anugerah menulis.
Kejutan Kebaikan dari Tulisan
Saudara, dari tulisan-tulisan yang telah tayang di kumparan, suatu hari saya mendapatkan kejutan kebaikan. Kebaikan bagi saya telah membagi ilmu dan kebaikan bagi orang lain yang terbantu karena membaca tulisan saya. Lho, kok bisa? Begini ceritanya.
Pada tanggal 22 Februari 2021, sebuah pesan WhatsApp masuk ke HP saya dari seorang mahasiswi ilmu komunikasi di UPN Jogja yang meminta saya menjadi narasumber penelitiannya yang berkaitan dengan aplikasi zoom dalam proses belajar mengajar. Sebelumnya sang mahasiswi sudah mengirim pesan melalui akun Instagram saya—setelah sebelumnya membaca artikel saya di kumparan. Saya menduga dia telah membaca artikel pertama saya yang tayang di kumparan berjudul “Rapat Virtual Tak Harus Kesal” yang tayang pada 5 Oktober 2020.
Saya pun mengiyakan. Saya cukup terkejut sebelumnya saat dia kontak saya. Kenal tidak sebelumnya tapi tiba-tiba minta saya jadi narasumber penelitiannya. Wah luar biasa dampak tulisan di media on line, khususnya kumparan.com. Kelebihan media on line memang lebih luas daya jangkaunya ternyata ketimbang media cetak konvensional. Apalagi kumparan telah memiliki pembaca setianya di seantero negeri. Ya, sudah saya nikmati saja kesempatan berbagi kebaikan gara-gara tulisan ini. Tidak dapat bantu uang, kontribusi pemikiran sebagai narasumber penelitian seorang mahasiswi pun sebuah bentuk kebaikan.
Selanjutnya komunikasi berlanjut dengan janji wawancara pada tanggal 1 Maret 2021. Saya kutipkan kembali dari WhatsApp di HP saya sebagai bukti ini kisah nyata. Nama mahasiswinya saya kasih inisial MT.
MT: "Siang, Pak, saya MT mahasiswa UPN Jogja yang mau wawancara bapak. Apakah siang ini bapak ada waktu untuk wawancara? Terima kasih, Pak."
Saya: "Waah ada rapat Web euy. Wawancara terbuka or tertutup?"
MT: "Wawancara terbuka, Pak. Sesantainya waktu Bapak saja, saya mengikuti waktu Bapak."
Saya: "Ok."
MT: "Kira-kira Bapak waktu sengangnya jam berapa ya, Pak?"
Saya: "Kira-kira berapa lama? Antara jam 3-4, ya."
MT: "Tidak begitu lama menurut saya, karena hanya ada 4 pertanyaan, Pak."
Saya: "Oke jam 3-an ya, mau maem dulu terus rapat web."
MT: "Bapak lebih prepare melalui via WA telepon atau via chat WA saja?"
Saya: "Telepon boleh."
Dan wawancara pun dilakukan melalui telepon.
Disangka Redaktur kumparan
Pada 9 Maret 2021, sang mahasiswi menelepon saya kembali.
MT: "Selamat siang pak, saya mahasiswa UPN Jogja yang sempat mengundang Bapak sebagai narasumber penelitian saya. Saya ingin menanyakan perihal profil bapak. Nama lengkap bapak dan jabatan bapak di kumparan. Terima kasih pak."
Hahaha, dia menyangka saya redaktur kumparan. Ya sudah saya jelaskan bahwa saya kontributor alias penulis lepas alih-alih tim redaktur kumparan. “Ya mudah-mudahan jadi doa,” ucap saya. Aamiin.
Di akhir tulisan ini saya ingin mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali: “Kalau kamu bukan anak ulama besar, bukan pula anak seorang raja, maka menulislah.” Saya pun ingin berpesan kepada Saudara yang membaca artikel ini : “Menulislah, sebagai bukti Anda pernah ada. Jika Anda telah fana, goresan tulisan Anda tetap ada, dibaca, dikenang dan menjadi artefak peradaban, amal jariyah yang akan mengalir dan memberi manfaat. Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular."
Dan kebaikan itu tak harus berupa materi, tulisan yang menginspirasi dan dapat membantu orang lain pun salah satu bentuk sedekah. Kita tidak tahu amalan mana yang dapat mengantarkan kita ke surga-Nya Allah SWT.
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...