Jadi Guru Itu Menyenangkan Bukan?

Hidar Amaruddin
Dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan UNU Yogyakarta
Konten dari Pengguna
8 April 2022 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hidar Amaruddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru dan Siswa Bernyanyi. Ilustrasi dari Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Guru dan Siswa Bernyanyi. Ilustrasi dari Freepik
ADVERTISEMENT
Jam pelajaran matematika dimulai. Suasana mencekam mulai merambat di kelas empat. Bibir dan wajah siswa-siswi itu terlihat kaku. Tak ada candaan atau sentilan yang terucap dari mulut mereka. Ada yang menunduk lesu, ada yang pura-pura merasa baik-baik saja, ada pula yang matanya berbinar-binar menanti rumus yang kelak mengakar di kepalanya.
ADVERTISEMENT
Denah tempat duduk di kelas menyerupai huruf U. Tentu hal itu bertujuan agar memudahkan saya ketika mengajar. Supaya para siswa fokus, dan tertuju perhatiannya kepada saya. Ya, saya satu-satunya di depan mereka!
Mengawali pelajaran eksakta secara tiba-tiba, bisa-bisa menimbulkan ketegangan tak berkesudahan. Kemudian ide mulai terbesit, saya mengajak semua siswa untuk duduk lesehan, bersila di depan papan tulis, membentuk setengah lingkaran. Saya duduk di atas kursi yang berada di tengah-tengah mereka. Sesekali saya berdeham untuk memecah keheningan, namun ketakutan sepertinya masih menyelimuti.
Seketika saya beranjak, mengambil gitar yang berada di belakang meja guru. Raut wajah yang awalnya datar dan dingin, berubah menjadi tawa kecil. Yok kita nyanyi dulu sebelum pelajaran dimulai. Teriak saya di depan siswa.
ADVERTISEMENT
Kami menyanyikan lagu berjudul "Harta yang Paling Berharga" yang menjadi soundtrack film Keluarga Cemara. Mereka yang awalnya malu-malu, mulai bertepuk, tertawa lepas, dan suaranya kian mengeras.
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti
Dua kali kami mengulangi lirik lagu tersebut. Setelah sesi bernyanyi berakhir, saya mengajak mereka untuk sekadar berbasa-basi. Pura-pura menanyakan sampai mana materi hari ini. Tak lupa saya turut mengawasi antusiasme para siswa. Meski belum berhasil sepenuhnya, paling tidak dapat meleburkan kekakuan yang terjadi pada menit-menit sebelumnya.
ADVERTISEMENT
***
Di buku-buku perkuliahan, utamanya di jurusan pendidikan atau keguruan, tentu tema-tema perihal inovasi pembelajaran sering terdengar. Dari pemilihan media, metode, dan model pembelajaran. Selain itu ada dua hal yang sering digaungkan, yaitu berpikir kritis dan kreatif. Menjadi keterampilan yang wajib ditanamkan kepada siswa, saat pembelajaran berlangsung.
Mungkin khalayak pernah mendengar akronim "PAIKEM GEMBROT" yaitu kepanjangan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira, dan Berbobot. Sekilas terlihat menarik, namun apabila kita menelisik secara mendalam, pasti akan membatin, "Wah, dengan cara apa kita bisa mempraktikkan akronim itu?"
Seorang pendidik tentunya tidak akan menyerah menanggung kewajiban seberat itu. Namun di bangku-bangku kuliah, saya minim menyadari hal-hal apa saja yang bisa saya dapatkan secara mudah di lingkungan sekitar untuk menciptakan suasana tersebut. Paling-paling mahasiswa pendidikan diminta untuk membuat RPP menggunakan model-model saintifik yang katanya bisa menstimulus kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti di situ, pemilihan media pembelajaran menjadi sebuah dilema. Mau biasa saja, takutnya dianggap tak niat. Mau yang mewah, kok ya harus mengeluarkan uang yang tak sedikit pula. Akhirnya media pembelajaran dibuat hanya dengan memperhatikan tampilan luar. Boro-boro medianya fleksibel, adaptif, dan akomodatif. Paling-paling juga media pembelajaran itu hanya bisa berlaku di satu-dua materi. Selepas itu hanya akan teronggok usang di atas lemari kelas, atau tersimpan jauh di folder laptop (digital).
Padahal membuat kelas menyenangkan bisa melalui apa saja yang ada di sekitar kita. Tidak harus muluk-muluk dan ndakik-ndakik. Sebelum fokus ke materi menggunakan media pembelajaran yang beranekaragam itu. Buatlah para siswa menjadi nyaman terlebih dahulu. Jangan sampai mulut pendidik sudah nyerocos berbusa. Eh, siswanya cuma memandangnya dengan tatapan kosong. Bagaimana tidak kosong, kalau dari awal kepala siswa sudah terkunci dengan ketakutan akan materi.
ADVERTISEMENT
Apakah kegiatan apersepsi pembelajaran harus dengan menyanyi? Ya tidak juga. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Teknis dan bentuknya tidak selalu sama. Menyesuaikan kondisi dan situasi kelas saat itu juga. Jadi guru ternyata selain cerdas, juga harus kreatif. Memiliki kemampuan pemecahan masalah, serta peka terhadap suasana yang ada. Makanya, jadi guru itu harus tinggi simpati dan empatinya.
Ternyata banyak sekali keterampilan yang harus dimiliki seorang guru. Selain harus sempurna di mata siswa, ia pun siap menghibur siswa melalui berbagai macam cara. Nah, jadi guru itu menyenangkan bukan? Ya jelas dong menyenangkan!