Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Lakon Jatah Kelas Akting Salihara: Mogok Seks Selesai dengan Ngobrol
4 Desember 2024 23:35 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Hidayat Adhiningrat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peserta kelas akting Salihara tingkat 2 membawakan lakon “Jatah”, Minggu, 01 Desember 2024 lalu. Suasana perkampungan melingkupi seisi panggung dimana warga bolak balik melewati pos ronda. Ada Pak Haji, Bu Haji, tukang sayur, pemuda, pemudi, bapak-bapak juga ibu-ibu. Lalu lagu dangdut, Cinta Sabun Mandi, terdengar kencang mengiringi aktivitas penghuni yang berlalu-lalang.
ADVERTISEMENT
Aduh nyai dengarkanlah
Cintaku tulus dan suci sama nyai…
Kalau kaca bisa pecah kayu juga bisa patah
Tapi cintaku ka nyai tak akan bisa berubah
Sampai tua cintaku tak akan musnah…
Cintaku kepada nyai tak seperti sabun mandi
Pabila sering dipakai makin habis kurang wangi
Percayalah cintaku suci ka nyai…
Lagu yang dipopulerkan pedangdut senior Jaja Miharja itu seakan menggambarkan karakter pria-pria yang sedang berlaga di atas panggung. Suami-suami bucin (budak cinta) yang kelihatannya bisa jadi gila kalau menjalani hidupnya tanpa istri. Didendangkan di awal pementasan, lagu ini jadi semacam ringkasan karakter para aktornya.
Pementasan dimulai saat seorang pria, masih muda, mendekam di pos ronda. Dia berbaring, bangkit, mengeluarkan raut bingung, berbaring lagi. Gelisah. Pak Haji yang baru pulang dari masjid dan ingin segera menemui istri keduanya lewat di depan pos ronda. Langkahnya terhenti karena si pemuda mengajaknya bicara. Ogah-ogahan -mungkin karena aktivitas menemui istri mudanya terganggu-, Pak Haji akhirnya mau juga dibawa ke dalam pos ronda.
ADVERTISEMENT
Ndilalah, si pemuda malah mengeluhkan keadaan finansialnya. Sebagai pasangan baru yang menikahnya di usia muda -dalam keadaan finansial dan pekerjaan yang belum stabil- dia kerepotan mencukupi kebutuhan rumah tangga. Pinjaman online jadi solusi sementara. Bukannya keluar dari masalah, yang ada malah menambah masalah: utang menumpuk, kesulitan bayar, akhirnya dikejar-kejar debt collector. Barangkali saja Pak Haji mau memberikan sedikit rezeki.
Yang tidak diketahui si pemuda, Pak Haji juga sedang kesulitan finansial. Keputusannya untuk menambah istri (poligami) tidak dibarengi dengan penambahan kekayaan. Akhirnya, nominal uang bulanan untuk istri pertama harus dibagi dua dengan istri muda. Pelan-pelan hal ini jadi masalah di rumah tangganya. Tinggal tunggu waktu saja sampai bomnya meledak.
Di tengah pembicaraan antara Pak Haji dan si Pemuda, seorang pria muncul sambil menelepon. Dengan suara yang dikeras-keraskan dia membicarakan uang Rp30 Miliar dengan lawan bicaranya. Pria yang juga bagian dari warga kampung ini kemudian bergabung dengan Pak Haji dan si Pemuda di pos ronda. Dia membawa kabar: tanah mereka dilirik oleh investor sekaligus Caleg setempat untuk disulap jadi kawasan wisata.
ADVERTISEMENT
Pak Haji dan si Pemuda tergoda. Mereka tertarik untuk menjual tanahnya. Tapi tidak bisa seketika. Pak Haji, dengan lagak seorang pemuka agama yang sok bijak, bilang, “Kita harus musyawarahkan dulu dengan istri-istri kita”.
Lampu kemudian mati, aktor berganti. Di atas panggung giliran para istri yang tampil. Mereka berkumpul di depan tukang sayur. Sambil belanja dan memilih sayuran, banyak hal dibicarakan. Hingga akhirnya pembicaraan itu sampai juga pada topik tentang rencana suami-suami mereka menjual tanah pada investor sekaligus caleg tadi. Para istri sebenarnya tidak setuju. Tapi, mereka juga bingung bagaimana cara yang jitu untuk membatalkan rencana suami-suami mereka itu.
Satu solusi muncul untuk kemudian disepakati: kita semua harus berhenti kasih “jatah”, kita lancarkan gerakan mogok seks!
ADVERTISEMENT
***
Lakon Jatah ditulis oleh dua peserta kelas akting yaitu Farhan Arief (berperan sebagai Pak Haji) dan Ratih Kumala (berperan sebagai tukang sayur). Ratih Kumala sebelumnya sudah dikenal sebagai seorang penulis novel. Terbaru, novelnya yang berjudul Gadis Kretek diadaptasi menjadi series di Netflix dengan judul yang sama.
Adapun Kelas Akting Salihara merupakan program reguler yang diselenggarakan setiap tahun. Kelas dibagi dalam Tingkat 1 dan Tingkat 2. Dalam program ini, peserta akan mendalami metode keaktoran dengan metode Stanislavski selama tiga bulan. Pada akhir kelas, para peserta harus mempresentasikan hasil latihan mereka dalam bentuk sebuah pementasan.
Lakon Jatah terinspirasi dari naskah lawas Lysistrata. Syahdan, naskah asli karya dramawan Yunani Aristophanes ini bercerita tentang perang yang tak terhindarkan antara Athena dan Sparta. Seorang bangsawan Athena bernama Lysistrata menggalang pertemuan dengan wanita-wanita yang berpengaruh di seluruh Yunani. Ia mengimbau perempuan, baik yang ada di Athena maupun Sparta, untuk melakukan mogok seks. Langkah kejut ini ditempuh sebagai ultimatum agar kaum lelaki segera menghentikan perang.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia naskah tersebut pertama kali diterjemahkan oleh W.S. Rendra. Setelah Rendra, beberapa kelompok teater Indonesia ikut mementaskan kembali lakon Lysistrata. Ada yang membawakan naskahnya secara plek-plekan dan ada juga yang mengadaptasinya ke dalam konteks keindonesiaan. Salah satu yang mengadaptasi adalah kelompok Teater Pangkeng dengan lakon “Mpok Lisna” yang dipentaskan di Festival Teater Jakarta tahun 2012 oleh sutradara Zubir Mustakim di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki.
Pada pementasan tersebut, sentuhan Indonesia terasa kental dengan karakter para tokoh yang dibuat menggunakan simbol kedaerahan. Mpok Lisna diperankan menggunakan logat Betawi, juga beberapa pemeran lainnya, yang bahkan menggunakan logat Ambon, Medan, Sunda dan lain-lain.
Pada lakon ini Mpok Lisna mengajak ibu-ibu dan para wanita bersatu menentang penguasa yang hanya mementingkan urusan pribadi dan kelompok hanya karena kepentingan politik - hingga memutuskan untuk memerangi pihak yang tidak setuju dengannya. Mpok Lisna yang membawa misi perdamaian itu akhirnya membuat para laki-laki menyerah sebab tidak tahan jika tidak “dilayani” oleh para istrinya. Mereka setuju untuk melaksanakan perjanjian perdamaian antara satu dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Di naskah Aristophanes, semula kaum wanita masih bisa tahan terhadap godaan itu. Tetapi, lama-lama pertahanan mereka runtuh. Banyak yang melanggar sumpah. Pejuang perdamaian ini bahkan telah menangkap basah selusin orang dalam seminggu. Sama seperti laki-laki, kaum wanita menderita karena birahi tak tersalurkan. Puncak ketidaktahanan itu dilakonkan suami-istri Calisa dan Cinesias, sampai panglima perang Athena itu merencanakan perjanjian perdamaian.
Lalu bagaimana dengan lakon Jatah yang dibawakan oleh peserta kelas akting Salihara? Di lakon ini nuansa keindonesiaan terasa sekali. Mulai dari pemilihan setting panggung hingga -mirip seperti Mpok Lisna- penggunaan logat-logat daerah. Presentasi akting para aktornya pun bisa dikatakan lancar, untuk level peserta kelas akting (meski tidak menutup kemungkinan sebenarnya mereka ini bukanlah aktor yang benar-benar awam di dunia akting).
ADVERTISEMENT
Pada Jatah, menariknya, konflik selesai bukan karena seks melainkan ngobrol. Di akhir cerita, si broker tanah yang menawar tanah atas suruhan investor kepada warga lainnya itu bertengkar dengan sang istri. Dia kecewa karena suaminya menghalalkan segala cara hanya untuk bisa menjaga harga diri di depannya, sebagai seorang suami yang sanggup memberikan sumbangan finansial paling besar di keluarga. Padahal sang istri tidak keberatan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan usahanya.
Dengan pembicaraan mendalam antar keduanya, deep talk kalau kata anak sekarang, permasalahan bertemu dengan solusinya. Sang suami mengendurkan ego dan membatalkan proyek pembelian tanah dari si investor. Mogok seks berakhir, tanah tidak ada yang dijual. Masalah teratasi, kampung kembali tenang.
Semua selesai dengan mengobrol. Ya, cukup dengan ngobrol!
ADVERTISEMENT