Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
22 Ramadhan 1446 HSabtu, 22 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Satu Dekade Ciputra Artpreneur Membangun Ekosistem Seni Global
22 Maret 2025 3:01 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Hidayat Adhiningrat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebuah instalasi hadir memikat mata, diawali dari dua sosok perempuan yang terpahat dalam patung, tangannya menjulang mengejar kupu-kupu di udara. Karya ini terinspirasi dari lukisan ikonis Hendra Gunawan berjudul ‘Menangkap Kupu-kupu’, dihidupkan kembali melalui instalasi bertajuk ‘Catching a Butterflies’ di Ciputra Artpreneur. Ditempatkan di depan ruang kaca transparan, patung tersebut seolah berdialog dengan ratusan origami kupu-kupu berwarna-warni yang memenuhi ruangan.
ADVERTISEMENT
Setiap lipatan kertas yang menggantung bukan sekadar hiasan, melainkan kanvas harapan, doa, dan mimpi pengunjung yang telah menyatu menjadi bagian dari karya kolaboratif ini. Instalasi simbolis ini menjadi wajah baru Ciputra Artpreneur yang genap berusia 10 tahun.
Sejak didirikan pada 16 Agustus 2014, lembaga ini mewujudkan visi besar almarhum DR. (HC) Ir. Ciputra: membangun destinasi seni-budaya yang tak hanya memamerkan karya estetis, tetapi juga menjadi pusat pertukaran ide antara artpreneur—sebutan bagi seniman dengan jiwa kewirausahaan. Konsep Artpreneurship yang digagasnya pada 2005 menekankan keseimbangan antara nilai artistik dan ekonomi, mendorong seniman menciptakan karya revolusioner yang mampu bertahan di pasar global.
Perayaan satu dekade ini diisi serangkaian program istimewa. Salah satunya adalah kolaborasi dengan dunia hiburan melalui ONE PIECE Music Symphony 25th Anniversary World Tour di Ciputra Artpreneur Theater, yang menyajikan alunan orkestra akustik mengiringi petualangan anime legendaris. Kemudian, yang terbaru adalah kehadiran GALERI IMAJI—ruang kreativitas anak yang menjadi rumah bagi instalasi ‘Catching a Butterflies’. Di sini, imajinasi generasi muda disalurkan melalui origami harapan, sementara lukisan asli Hendra Gunawan yang menginspirasi instalasi dapat dinikmati di museum seberangnya.
ADVERTISEMENT
Ciputra Artpreneur yang berlokasi di Ciputra World 1 Jakarta, Kuningan memiliki Theater berstandar internasional dengan kapasitas 1.141 kursi dan Galeri Seni seluas 1.500m. Melalui perpaduan seni rupa, pertunjukan, dan partisipasi publik, Ciputra Artpreneur terus memperkuat komitmennya sebagai jembatan antara tradisi dan inovasi. Sepuluh tahun bukan sekadar angka, melainkan bukti bahwa seni yang berpadu dengan kewirausahaan mampu menciptakan warisan abadi.
Rina Ciputra Sastrawinata sebagai Presiden Direktur Ciputra Artpreneur menyampaikan bahwa momen 10 tahun yang penting ini menjadi pemicu untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa mendatang yang tidak terlepas dari kerja keras, kreativitas, dan kerjasama. “Saya berkomitmen kepada amanat yang diberikan oleh ayah saya untuk menjadikan Ciputra Artpreneur sebagai destinasi wisata seni, baik pertunjukan di teater ataupun pameran kesenian di galeri,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Warisan Persahabatan Ciputra dan Hendra Gunawan
Melangkah lebih jauh ke dalam Ciputra Artpreneur, jejak Hendra Gunawan terasa hidup di setiap sudut. Replika lukisan bergaya khasnya—dengan warna-warna berani dan sosok rakyat kecil yang dinamis—menghiasi dinding, sementara patung-patung kontemporer yang terinspirasi karyanya menjadi penanda estetika ruang. Namun, puncak penghormatan pada sang maestro terpancang di museum khusus bertajuk “Hendra Gunawan: Prisoner of Hope dan Spektrum Hendra Gunawan”. Ruang ini, yang dibuka pada 2018 untuk memperingati seabad kelahiran Hendra, menjadi saksi bisu perjalanan seniman yang hidup di tengah gejolak politik.
Judul “Prisoner of Hope” bukan sekadar metafora. Ia merujuk pada 13 tahun yang dihabiskan Hendra di balik terali penjara Kebon Waru pada 1965-1978, akibat dituding terlibat dengan Lekra. Karya-karya Hendra selalu hadir dengan penuh harapan: wajah nelayan, penari, hingga ibu-ibu desa yang tetap tegar di tengah krisis. Kurator Agus Dermawan T. dan Aminudin TH Siregar merangkai pameran ini dengan cermat, menampilkan beberapa koleksi pribadi Ciputra atas lukisan-lukisan Hendra – yang jumlah aslinya mencapai lebih dari 100 lukisan. “Dia seniman yang mampu menampilkan tema kemanusiaan paling mendalam,” ujar Ciputra suatu ketika.
ADVERTISEMENT
Kisah di balik museum ini tak lepas dari ikatan dua insan berbeda profesi: sang pengusaha visioner dan sang pelukis pejuang. Ciputra pertama kali bertemu Hendra pada 1978 di Pasar Seni Ancol. Seiring waktu, keduanya menjalin persahabatan yang terjalin lewat surat, telepon interlokal, bahkan kunjungan ke studio Hendra yang sederhana. “Ketika surat Hendra tiba, semua pekerjaan saya sisihkan. Amplop dokumen di meja saya singkirkan. Suratnya harus dibaca dulu,” kenang Ciputra dalam catatan Agus Dermawan.
Percakapan mereka melompati batas profesi: dari dinamika seni rupa, strategi memajang karya, hingga diskusi filosofis tentang peran seni dalam masyarakat. Surat-surat itu, yang kini menjadi bagian dari arsip berharga, mengungkap keakraban dua jiwa yang sama-sama mencintai Indonesia dengan caranya masing-masing. Ciputra tutup usia pada 27 November 2019, setahun setelah meresmikan museum khusus untuk sahabat lamanya itu. Kepergiannya meninggalkan ruang hampa, tetapi warisan dialog seni-kewirausahaan yang ia rintis tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Jiwa seni Ciputra sendiri, seperti diungkap Agus Dermawan, berakar dari masa kuliahnya di ITB akhir 1980-an. Di kampus teknik itu, ia kerap berdiskusi dengan dosen-dosen yang juga pelukis, perlahan membentuk sensitivitasnya terhadap warna dan bentuk. Kini, museum tersebut tak hanya menjadi monumen bagi Hendra, tetapi juga cermin persahabatan yang melampaui zaman. Setiap lukisan di sana adalah fragmen percakapan dua legenda: satu melalui kuas, satu melalui visi.