Tentang Kiriman Bunga : Pilkada usai, Pedagang Masih Untung

Hidayat Adhiningrat
Karyawan swasta
Konten dari Pengguna
27 April 2017 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hidayat Adhiningrat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 usai sudah. Bolehlah kita menghela nafas sejenak, membayangkan berkurangnya perdebatan-perdebatan di media sosial yang kerapkali bikin baper itu.
ADVERTISEMENT
Eh tapi, tunggu dulu, sepertinya berdebat di media sosial memang tidak pernah bikin kapok. Sudahlah menyita banyak energi, masih saja ada bahan untuk berdebat. Kali ini tema perdebatannya soal kiriman bunga.
Kemarin, Balaikota DKI Jakarta kebanjiran kiriman bunga. Banjir karangan bunga ini konon datang dari masyarakat DKI Jakarta sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Ahok-Djarot. Sebab keduanya tidak akan memimpin DKI Jakarta lagi setelah kalah dari pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.
Tidak perlu waktu lama, banjir kiriman bunga di Balaikota ini membuat banjir debat di linimasa. Rupa-rupa bentuknya. Ada yang nyinyir menyebut kiriman bunga ini sesuatu yang berlebihan bahkan bisa menimbulkan perpecahan.
ADVERTISEMENT
Pendapat ini kemudian dibantah oleh yang lainnya. Lalu, kita tahu ujungnya jadi debat kusir belaka.
Mereka yang malas berdebat dalam tema ini bilang "ngapain sih mendebat masalah beginian?" Kemudian dikomentari oleh yang lainnya yang berpendapat bahwa hal ini memang patut untuk dibahas lebih jauh.
Keduanya kemudian masuk dalam perdebatan apakah ini perlu diperdebatkan atau tidak. Lah?
Kalau saya sih tidak mau larut dalam hal semacam begini. Buat apa juga. Saya lebih senang berpikir positif saja. Setidaknya ada pihak yang diuntungkan secara finansial karena fenomena ini. Dan, itu bagus.
Pesta demokrasi pilkada serempak 2017, khususnya DKI Jakarta, secara langsung memberikan keuntungan bagi para pedagang ritel. Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Handito Hadi Joewono, pernah mengatakan bahwa dampak kampanye pilkada membuat pendapatan ritel tradisional, seperti di pasar tradisional dan ritel pinggir jalan, meningkat hingga 20 persen.
ADVERTISEMENT
Pilkadanya sudah selesai, pedagang masih kebanjiran untung. Dalam konteks teranyar, keuntungan itu menghinggapi para pedagang bunga. Kalau kita membaca berita ini (https://kumparan.com/ananda-wardhiati-teresia/karangan-bunga-untuk-ahok-dipesan-perorangan-bukan-borongan) kita tahu bahwa para pedagang bunga sampai kewalahan melayani pesanan.
Adelya Florist yang terletak di Rawa Belong, Jakarta Barat, salah satunya. Toko ini sudah menerima pesanan sejak Senin (24/4). Hingga kemarin, sudah terkirim sekitar 29 karangan bunga ke Balai Kota. Saking banyaknya pesanan, mereka mengaku sempat menolak beberapa pesanan.
Karangan bunga dijual dengan kisaran harga Rp 300.000- Rp 700.000. Yang paling banyak dipesan adalah karangan bungan dengan harga Rp 500.000. Mayoritas pemesan membeli satu karangan bunga. Terbanyak, satu orang pembeli memesan lima karangan bunga.
Lihat, bahkan setelah selesai pun, "berkah pilkada" masih menghinggapi para pedagang.
ADVERTISEMENT
Kalau anda sudah malas dengan pilkada yang seakan isinya hanya debat-debat kusir belaka, cobalah untuk melihatnya dari sudut pandang lain. Pilkada nyatanya bisa mendorong roda ekonomi berputar. Ya kan?
Yang baik-baik aja deh...