Konten dari Pengguna

Influencer dan Gerakan Sosial

Annisa Anindya
Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Andalas
28 Agustus 2024 6:42 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Anindya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pexels.com (Influencer Memberikan Pengaruh Besar di Dunia Sosial)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com (Influencer Memberikan Pengaruh Besar di Dunia Sosial)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Influencer sering memainkan peran penting dalam gerakan sosial modern. Dengan pengaruh mereka di platform media sosial, influencer dapat menyebarkan pesan, menggalang dukungan, dan menginspirasi tindakan di antara pengikut mereka.
ADVERTISEMENT
Pada Rabu, 21 Agustus 2024, media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) di Indonesia mendadak dipenuhi oleh sebuah gambar yang menjadi simbol perlawanan terhadap kondisi kritis yang tengah dihadapi negara ini. Gambar tersebut menampilkan logo Garuda berlatar belakang biru dengan tulisan "Peringatan Darurat."
Dalam hitungan jam, gambar ini menjadi viral, menjadi trending topic yang mencerminkan keresahan masyarakat terhadap situasi politik dan sosial yang tengah memanas. Fenomena ini tidak hanya mendapat perhatian luas, tetapi juga dukungan dari berbagai tokoh publik, artis, dan media massa, yang secara aktif menyuarakan kekhawatiran mereka melalui platform digital.
Gambar Garuda berlatar biru tersebut bukan hanya sekadar simbol visual, tetapi juga mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap berbagai masalah yang mengancam stabilitas negara. Warna biru yang mendominasi gambar memberikan kesan tenang, namun di saat yang sama, mengandung makna serius dan mendalam atas situasi yang dianggap semakin memburuk.
ADVERTISEMENT
Garuda, sebagai lambang negara, digunakan untuk menegaskan bahwa permasalahan ini bukanlah hal yang bisa dianggap enteng, melainkan sesuatu yang menyentuh inti dari kedaulatan dan identitas nasional Indonesia.
Ramai postingan Peringatan Darurat. Foto: Dok. Istimewa
Narasi "Peringatan Darurat" yang menyertai gambar tersebut menyuarakan ketidakpuasan publik terhadap berbagai isu, seperti ancaman terhadap demokrasi, hak asasi manusia, dan upaya untuk mengubah putusan-putusan penting dari Mahkamah Konstitusi (MK). Gambar ini seakan menjadi ajakan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk tidak tinggal diam, tetapi bersama-sama menjaga integritas demokrasi Indonesia.
Di era digital saat ini, peran tokoh publik dalam membentuk opini publik dan menggerakkan massa menjadi semakin signifikan. Dukungan dari para tokoh publik terhadap gambar Garuda berlatar biru menunjukkan bahwa mereka tidak hanya peduli, tetapi juga berkomitmen untuk menggunakan platform yang mereka miliki demi kepentingan bersama.
ADVERTISEMENT
Melalui unggahan di media sosial, berbagai tokoh publik dan musisi menunjukkan kepedulian mereka terhadap kondisi demokrasi di Indonesia. Di tengah perbincangan mengenai ancaman terhadap kebebasan dan keadilan, simbol Garuda berlatar biru dengan tulisan "Peringatan Darurat" menjadi suara yang kuat dan menggema di berbagai platform digital.
Pandji Pragiwaksono, seorang komedian sekaligus aktivis sosial, turut serta menyuarakan keresahannya. Pandji, yang dikenal karena sering menggunakan komedi sebagai alat untuk mengkritik isu-isu politik dan sosial, menyebarkan gambar Garuda berlatar biru melalui platformnya yang luas, memperkuat pesan perlawanan ini. Dengan pengaruh yang dimilikinya, Pandji menegaskan posisinya sebagai salah satu suara terdepan dalam memperjuangkan kebebasan dan keadilan di Indonesia.
Tak ketinggalan, Najwa Shihab, seorang jurnalis dan pembawa acara yang dikenal luas, ikut berpartisipasi dalam kampanye ini. Dengan kredibilitas yang tinggi di dunia media, Najwa menarik perhatian publik terhadap isu "Indonesia Darurat" melalui cuitan-cuitannya yang penuh dengan analisis tajam dan ajakan untuk bertindak. Kehadirannya dalam kampanye ini menjadi sangat penting dalam memperkuat pesan perlawanan terhadap segala bentuk ancaman terhadap demokrasi.
ADVERTISEMENT
Selain Pandji dan Najwa, banyak artis dan tokoh publik lainnya juga turut serta dalam kampanye ini, seperti Fedi Nuril, Joko Anwar, Raditya Dika, Ernest Prakasa, Andhika Pratama, Bintang Emon, Kristo Immanuel, Joshua Suherman, Kunto Aji, Ananda Badudu, dan Abdurrahim Arsyad. Partisipasi luas dari berbagai kalangan ini menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap situasi di Indonesia adalah isu yang dirasakan oleh banyak pihak, dari dunia seni hingga akademisi. Bersama-sama, mereka menggemakan pesan yang sama: menjaga demokrasi adalah tanggung jawab kita semua.
Pengaruh suara tokoh publik dalam membentuk opini dan menggerakkan masyarakat tidak dapat dipandang sebelah mata. Platform media sosial seperti X, Instagram, dan YouTube memberikan ruang bagi mereka untuk menyuarakan pandangan dan pesan yang dapat menjangkau jutaan orang dalam hitungan detik.
ADVERTISEMENT
Pengikut yang mereka miliki memberikan dampak besar, tetapi yang lebih penting adalah kekuatan pesan yang mereka sampaikan. Tokoh publik, seperti musisi, komedian, dan jurnalis, memiliki kemampuan unik untuk menyederhanakan isu-isu yang kompleks dan berat menjadi sesuatu yang mudah dipahami oleh masyarakat luas. Ketika isu seperti ancaman terhadap demokrasi atau perubahan undang-undang muncul, banyak orang mungkin merasa kesulitan untuk memahami sepenuhnya konsekuensinya.
Namun, dengan gaya komunikasi yang lugas dan relatable, tokoh-tokoh ini mampu menguraikan isu-isu tersebut menjadi perbincangan yang lebih sederhana dan dapat diikuti oleh berbagai kalangan, baik anak muda maupun orang dewasa.
Dampak dari pesan yang mereka sampaikan tidak hanya terbatas pada pengikut mereka, tetapi juga mampu membangun gerakan sosial yang nyata. Dengan jutaan pengikut yang mereka miliki, sebuah pesan dapat langsung menjadi viral, menembus batas-batas geografis dan demografis. Ini menjadikan mereka sebagai katalisator perubahan sosial yang efektif, mampu menggerakkan massa untuk bertindak atau setidaknya meningkatkan kesadaran tentang suatu isu penting.
ADVERTISEMENT
Merlyna Lim, seorang pakar dalam studi komunikasi dan media sosial, memberikan pandangan yang relevan tentang aktivisme di dunia maya, khususnya di Indonesia. Menurutnya, gerakan di dunia maya memiliki potensi besar untuk berdampak pada dunia nyata, asalkan menerapkan prinsip-prinsip budaya konsumsi kontemporer. Prinsip-prinsip ini mencakup penyajian pesan dalam bentuk yang ringan, mudah dinikmati, dan dimengerti tanpa memerlukan refleksi mendalam, serta memiliki elemen sensasional.
Dalam konteks ini, gerakan yang dibentuk oleh tokoh publik di media sosial, seperti kampanye "Peringatan Darurat," sangat relevan. Gambar Garuda berlatar biru yang mereka sebarkan merupakan contoh nyata dari penerapan asas-asas budaya konsumsi kontemporer. Gambar tersebut sederhana namun penuh makna, mudah dipahami oleh siapa saja, dan dengan tambahan narasi yang sensasional, membuat pesan tersebut cepat menyebar dan mendapatkan perhatian luas.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Merlyna Lim menggarisbawahi bagaimana aktivisme digital dapat dengan cepat berubah menjadi aksi nyata di dunia fisik, selama pesan yang disampaikan sesuai dengan cara orang saat ini mengkonsumsi informasi—yaitu, dalam bentuk yang cepat, mudah dicerna, dan menarik perhatian.
Tokoh publik, dengan pengaruh besar dan kemampuan mereka untuk menyederhanakan pesan kompleks, memainkan peran kunci dalam menggerakkan gerakan dari dunia maya ke dunia nyata. Kampanye "Peringatan Darurat" ini adalah bukti nyata bahwa suara-suara yang digemakan di media sosial dapat memicu kesadaran kolektif yang kuat dan menjadi langkah awal menuju perubahan yang lebih besar dalam menjaga integritas demokrasi Indonesia.