Konten dari Pengguna

Lansia dan Peran Pentingnya dalam Dunia Digital

Annisa Anindya
Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Andalas
31 Agustus 2024 12:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Anindya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Lansia di Era Digital

Sumber: Pexels.com (Peran Lansia di Era Digital)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com (Peran Lansia di Era Digital)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lansia, sebagai kelompok yang tumbuh di era sebelum teknologi digital mendominasi, menghadapi tantangan unik dalam beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Mereka bukanlah "digital natives" seperti generasi muda, yang tumbuh bersama teknologi dan telah terbiasa menggunakannya sejak usia dini. Sebaliknya, bagi lansia, teknologi digital adalah sesuatu yang harus dipelajari dan diadaptasi, sering kali di tengah-tengah keterbatasan fisik seperti penurunan penglihatan, pendengaran, dan kemampuan motorik. Tantangan ini semakin diperparah oleh desain teknologi yang sering kali tidak ramah lansia, seperti ukuran teks yang kecil atau ketergantungan pada layar sentuh yang sensitif.
ADVERTISEMENT
Teknologi digital telah mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, di balik kemajuan ini, ada satu kelompok yang sering kali tertinggal dalam adopsi teknologi, yaitu para lansia. Populasi lansia di Indonesia terus meningkat, dan diperkirakan akan mencapai hampir seperempat dari total populasi pada tahun 2045. Sementara banyak dari mereka sudah mulai terbiasa dengan smartphone dan internet, tantangan besar masih ada dalam memastikan bahwa mereka dapat menggunakan teknologi secara efektif dan aman.
Sumber: Pexels.com (Lansia dan Era Digital)
Kurangnya literasi digital di kalangan lansia tidak hanya berdampak pada kemampuan mereka untuk memanfaatkan teknologi, tetapi juga dapat membuat mereka menjadi korban dari berbagai ancaman digital. Salah satu contoh yang mencolok adalah kasus Ibu Wati (nama samaran), seorang lansia berusia 68 tahun dari Jakarta. Ibu Wati, yang baru beberapa tahun menggunakan smartphone, menerima pesan dari seseorang yang mengaku sebagai cucunya yang sedang dalam keadaan darurat dan membutuhkan uang. Karena kurangnya pengetahuan mengenai modus penipuan yang sering terjadi di dunia digital, serta rasa cemas yang ditimbulkan oleh pesan tersebut, Ibu Wati tanpa ragu mentransfer sejumlah uang kepada penipu tersebut. Belakangan, ia menyadari bahwa pesan tersebut adalah penipuan yang dirancang untuk menipu orang-orang yang kurang paham teknologi, terutama lansia yang lebih mudah terpengaruh oleh rasa cemas dan ketidakpastian.
ADVERTISEMENT
Kasus seperti ini menunjukkan betapa rentannya lansia terhadap penipuan digital akibat kurangnya literasi digital. Ketidakmampuan untuk memverifikasi kebenaran informasi sering kali membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi para pelaku kejahatan digital. Selain itu, banyak lansia juga menjadi korban hoaks, yang dapat menyebar dengan cepat melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp. Hoaks mengenai kesehatan, misalnya, sering kali dipercaya dan disebarkan oleh lansia, yang tidak memiliki kemampuan untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Akibatnya, tidak hanya mereka sendiri yang dirugikan, tetapi juga orang lain yang menerima informasi yang salah.
Namun, literasi digital bagi lansia adalah hak yang tidak bisa diabaikan. Lansia memiliki hak untuk terlibat sepenuhnya dalam dunia digital, bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai peserta aktif yang mampu menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Lebih dari itu, literasi digital bagi lansia bukan hanya tentang melindungi mereka dari ancaman digital seperti hoaks dan penipuan, tetapi juga tentang memberdayakan mereka untuk berperan aktif dalam dunia digital yang semakin terhubung.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan mengapa literasi digital penting bagi lansia adalah karena kemandirian dan partisipasi sosial mereka. Dengan kemampuan literasi digital, lansia dapat lebih mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka bisa mengakses layanan kesehatan, mengatur keuangan, dan menjaga hubungan sosial dengan lebih efektif. Misalnya, dengan menggunakan aplikasi pengingat obat atau monitor kesehatan, lansia dapat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka. Selain itu, kemampuan menggunakan media sosial dan aplikasi pesan instan memungkinkan mereka untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman, mencegah isolasi sosial yang sering kali menjadi masalah serius di kalangan lansia.
Namun, ada peran lain yang tidak kalah penting bagi lansia dalam dunia digital: menjadi sumber kebijaksanaan dan penyeimbang dalam arus informasi yang begitu cepat dan sering kali penuh dengan distorsi. Pengalaman hidup yang panjang membuat lansia memiliki perspektif yang unik dan mendalam. Dalam banyak keluarga, opini lansia sering kali didengarkan dan dihormati oleh anggota keluarga yang lain. Dengan bekal literasi digital yang memadai, lansia tidak hanya dapat mengakses informasi, tetapi juga memilah mana informasi yang benar dan mana yang menyesatkan.
ADVERTISEMENT
Lansia yang mampu memilah informasi dengan bijaksana dapat menjadi filter yang penting dalam keluarga mereka. Mereka bisa membantu mengidentifikasi hoaks atau informasi yang tidak akurat, sehingga mencegah penyebarannya lebih luas. Selain itu, dengan pengalaman hidup yang kaya, lansia memiliki kemampuan untuk menilai situasi dengan lebih bijak, memberikan nasihat yang berharga kepada generasi muda, dan menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat digital.
Tidak hanya itu, dalam konteks yang lebih luas, lansia yang aktif dalam dunia digital juga dapat berkontribusi pada terciptanya lingkungan digital yang lebih sehat dan inklusif. Mereka bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka, yang sering kali mengandung kearifan yang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan modern. Dengan keterlibatan lansia dalam dunia digital, kita bisa berharap terciptanya ekosistem informasi yang lebih seimbang, di mana tidak hanya generasi muda yang mendominasi percakapan, tetapi juga ada suara bijaksana dari para lansia.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mendukung upaya peningkatan literasi digital di kalangan lansia. Ini bukan hanya tentang membantu mereka untuk mengakses teknologi, tetapi juga memberdayakan mereka untuk berkontribusi secara positif dalam dunia yang semakin terhubung ini. Dengan literasi digital, lansia bisa menjadi aset berharga yang mampu memperkaya dialog antar generasi, menjaga keseimbangan dalam arus informasi, dan memberikan kontribusi nyata dalam membangun masyarakat digital yang lebih bijak dan inklusif.
Pada akhirnya, peningkatan literasi digital bagi lansia adalah sebuah keharusan yang harus menjadi prioritas bersama. Lansia memiliki hak untuk tidak hanya menjadi bagian dari dunia digital, tetapi juga untuk memainkan peran penting di dalamnya. Dengan dukungan yang tepat dari keluarga dan komunitas, kita bisa memastikan bahwa lansia tidak tertinggal dalam kemajuan teknologi, dan sebaliknya, menjadi pilar yang kuat dalam menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan di era digital yang serba cepat ini.
ADVERTISEMENT