Konten dari Pengguna

Aromaterapi dalam Sejarah Islam yang Telah Dinikmati Selama Ribuan Tahun

Hijab Lifestyle
All about hijab.
5 November 2021 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Minyak essensial. Foto: Unsplash.com/Bannon Morrissy
zoom-in-whitePerbesar
Minyak essensial. Foto: Unsplash.com/Bannon Morrissy
ADVERTISEMENT
Aromaterapi sudah berkembang cukup lama dalam peradaban Islam, yakni pada abad ke-13. Bahkan, ilmuwan Islam telah mengembangkan metode pengobatan dengan aromaterapi pada abad ke-7 Masehi.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari John's Hopskins Medicine, aromaterapi adalah pemulihan dengan menggunakan minyak esensial untuk meningkatkan kondisi kesehatan dan psikologis. Bahkan, aromaterapi menjadi salah satu jenis pengobatan alternatif yang efisien. Sebab, hanya dengan menghirup dapat mempengaruhi perubahan kesehatan dan psikologis menjadi lebih baik.
Kini, aromaterapi kian banyak digemari kaum milenial yang bertujuan untuk menenangkan suasana hati dan pikiran.
Dalam Islam, manusia telah mengenal aromaterapi sejak 6.000 tahun silam. Melalui tangan kimiawan dan dokter Muslim di era kekhalifahan, teknologi pembuatan minyak esensial dan pengobatan dengan aromaterapi berkembang pesat. Diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW pun memiliki kecintaan terhadap aroma.
Dilansir dari berbagai sumber, sekitar abad ke-7 Masehi, para ahli kimia Arab berupaya mencari "saripati" dari tanaman. Kemudian, di abad ke-9 Masehi, ahli kimia Muslim yang namanya cukup terkenal, yaitu Yakub al-Kindi dalam bukunya yang bertajuk "Perfume Chemistry and Dis tillation" telah mampu menciptakan beragam jenis minyak esensial.
ADVERTISEMENT
Lalu, ada kimiawan muslim lainnya, bernama Jabir Ibnu Hayyan alias Geber yang mampu menciptakan teknologi penyulingan minyak esensial dari beragam tumbuhan dan bunga.
Minyak esensial atau aromaterapi. Foto: Unsplash.com/jq24
Semakin berjalannya waktu, Sejarawan Sains Barat bernama Marlene Ericksen mengakui peradaban Islam sebagai pelopor dan perintis aromaterapi modern. Menurutnya, penyulingan uap air pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Muslim terkemuda bernama Ibnu Sina.
Ibnu Sina dikenal sebagai orang pertama yang membuat sarana penyulingan untuk minyak esensial. Dia menciptakan suatu sistem pipa melingkar yang dapat menghasilkan uap air tanaman dan uap panas menjadi dingin yang lebih efektif, sehingga konsentrasi esensial minyak dapat diambil.
Tak berhenti disitu. Pada sekitar abad ke-13 Masehi, seorang dokter Muslim bernama al-Samarqandi juga mengembangkan pengobatan dengan wewangian atau aroma. Salah satu dalam risalah yang ditulisnya, ia membahas tentang aneka aromaterapi berupa mandi aromatik, bubuk aromaterapi, uap panas dengan wewangian dari aneka bunga. Al-Samarqandi dikenal melakukan terapi aroma untuk menyemuhkan infeksi telingan dan sinus.
ADVERTISEMENT
Praktik kesehatan menggunakan tanaman dan minyak esensial yang dihirup memang akan memberikan manfaat psikologis dan kesehatan. Meskipun, secara Islam tidak ada yang salah dengan penggunaan minyak atsiri (minyak esensial) yang digunakan sebagai wewangian. Namun, yang terbaik dalam mendapatkan ketenangan, kenyamanan pikiran, dan relaksasi fisik maupun mental adalah dengan doa dan berzikir.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rad ayat 28 yang artinya:
Di zaman yang sudah modern ini, tentu aromaterapi sudah banyak berkembang dengan beragam aroma yang ditawarkan. Bahkan, setiap aroma yang berasal dari berbagai jenis tanaman itu memiliki manfaat yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT