Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Bagaimana Hukum Melaksanakan Puasa setelah Nisfu Syaban?
9 Maret 2022 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Malam Nisfu Syaban selalu diperingati setiap malam ke-15 bulan Syaban. Tahun ini, malam Nisfu Syaban akan jatuh pada Jumat, 18 Maret 2022.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Syaban, Nabi Muhammad SAW melakukan puasa sunah lebih banyak dibandingkan bulan lainnya. Hal ini terdapat dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Aisyah ra tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa sunah di bulan lainnya sebanyak bulan Syaban.
Namun, setelah mengetahui kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang melaksanakan puasa sunah di bulan Syaban, lantas bagaimana hukum berpuasa setelah malam Nisfu Syaban dalam Islam?
Melansir dari NU Online, terdapat perbedaan pendapat oleh para ulama karena ada satu hadis yang melarang puasa setelah Nisfu Syaban, dan di dalam riwayat al-Bukhari, Nabi juga melarang puasa dua atau tiga hari sebelum Ramadan.
Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan,
ADVERTISEMENT
قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص. ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد
Artinya: Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah Nisfu Syaban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa Dahar, puasa Daud, puasa Senin-Kamis, puasa Nazar, puasa Qada, baik wajib ataupun sunah, puasa Kafarah, dan melakukan puasa setelah Nisfu Syaban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari Nisfu Syaban. Dalil mereka adalah hadis, 'Apabila telah melewati nisfu Syaban janganlah kalian puasa'. Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif.
ADVERTISEMENT
Jadi, beberapa ulama melarang pelaksanaan setelah Nisfu Syaban karena itu dianggap haru syak (ragu) dan akan memasuki bulan Ramadan. Khawatirnya, orang yang menjalani puasa setelah Nisfu Syaban, tidak sadar kalau dia sudah berada di bulan Ramadan. Alasan ulama lainnya adalah agar kita bisa menyiapkan energi untuk puasa di bulan Ramadan.
Meskipun dilarang pelaksanaannya, ulama mazhab Syafi'i tetap memperbolehkan puasa sunah bagi orang yang terbiasa mengerjakannya, seperti mengerjakan puasa Senin dan Kamis, puasa Ayyamul Bidh, puasa Nazar, puasa Qada, atau orang yang terbiasa mengerjakan puasa Dahar.
Tanggapan ulama lainnya, khususnya selain mazhab Syafi'i, hadis di atas dianggap lemah dan termasuk hadis munkar karena ada perawi hadisnya yang bermasalah. Lalu, sebagian ulama lainnya tidak melarang pelaksanaan puasa setelah Nisfu Syaban selama dia tahu kapan masuknya awal Ramadan.
ADVERTISEMENT
Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan:
وقال جمهور العلماء يجوز الصوم تطوعا بعد النصف من شعبان وضعفوا الحديث الوارد فيه وقال أحمد وبن معين إنه منكر
Artinya: Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah Nisfu Syaban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma'in mengatakan hadis tersebut munkar.
Meskipun ada perbedaan pendapat, mereka sepakat akan kebolehan puasa sunnah bagi orang yang sudah terbiasa melakukannya, seperti puasa Senin-Kamis, Ayamul Bidh, puasa Daud, puasa Dahar, dan lain-lain.
Dibolehkan juga puasa bagi orang yang ingin membayar kafarah, qada puasa, dan orang yang ingin melanjutkan puasa setelah puasa Nisfu Syaban.