Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Bahagia Kami saat Mengenalkan Buku Tiga Dimensi (Bagian 1)
17 Oktober 2018 16:56 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahagia itu ketika bisa berbagi dengan sesama
Bahagia itu ketika hidup bermanfaat bagi orang lain
ADVERTISEMENT
Bahagia itu sederhana.......
Ada pada setiap hati yang bersyukur
-Asma Nadia-
Dan kebahagiaan muncul saat kami melakukan penelitian mengenai Buku Tiga Dimensi yang baru dirintis 2015 lalu. Di SD Negeri Cikuda, Jatinangor, tidak jauh dari FIB Unpad.
Rabu pagi, berbekal semangat memberikan yang terbaik bagi para siswa kami mulai mengajar sejarah dasar. Antusias murid kelas lima menyambut kami, sejenak lupa dengan status mahasiswa.
Memosisikan diri sebagai teman sekaligus pengajar. Padahal yang kami persembahkan sederhana, hanya buku. Bukan buku berpuluh-puluh halaman, melainkan buku yang ketika dibuka memunculkan gambar tiga dimensi dari kertas yang kami susun, tidak ada tulisan sebab materi sepenuhnya kami uraikan secara lisan.
Foto: Ayo Mengajar! | Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Candi Borobudur berdiri di samping Candi Prambanan dengan posisi menonjol agar gambar terlihat lebih hidup. Demikian dengan gambar kesejarahan lain, semua disusun agar saat buku dibuka kertas bergerak.
Harapan baru muncul, saat kuesioner sederhana kami bagikan, presentasi pemahaman materi sesudah penggunaan Buku Tiga Dimensi naik, tidak sampai setengah dari jumlah murid memang, hanya 22% namun cukup membuktikan upaya kami berbuah hasil positif.
Kami menyajikan cara mengajar baru dengan melakukan penelitian aplikatif di SD Negeri Cikuda, Desa Cikuda, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang dengan menggunakan buku tersebut pada Rabu, 23 September 2015.
Hasilnya ketika ditanyakan materi sejarah dari beberapa bab secara acak, murid jadi lebih mudah memahami kronologi kejadian, nama tokoh sejarah, rangkaian peristiwa besar, serta macam-macam benda peninggalan sejarah tanpa harus menghafal buku teks.
Foto: Dedikasi Butuh Kesabaran | Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Buku, wadah edukasi sepanjang masa. Di tengah arus teknologi yang makin canggih, kehadiran buku kerap menjadi solusi utamanya bagi masyarakat kelas bawah dan terpencil. Buku juga benda yang memberi ilmu tanpa menggurui apalagi menghakimi.
Tidak selalu halaman dengan uraian materi yang membuat kening keriting. Bisa jadi masyarakat, terutama anak-anak membutuhkan buku dengan daya tarik visual tinggi untuk menunjang kegiatan belajar agar menjadi generasi terbaik bangsa.
Oleh sebab itu, kami mahasiswa merasa memiliki tanggung jawab moral memberikan dedikasi karya bagi masyarakat terdekat, yakni Jatinangor. Sesuai dengan kapasitas ilmu yang kami miliki maka sasaran utama merupakan anak-anak sekolah dasar karena anak-anak memiliki daya tangkap cepat terlebih di masa pertumbuhan.
ADVERTISEMENT
-Sofi Solihah_