Kisah Rahmah El Yunusiyah dalam Memerdekakan Kaum Wanita

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
18 Mei 2020 13:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perempuan tangguh. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan tangguh. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Seorang pejuang pendidikan Islam bernama lengkap Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah atau dikenal dengan Rahmah El Yunusiyah lahir di Padang Panjang, 20 Desember 1990. Beliau adalah sosok wanita yang punya prinsip dan sikap yang teguh sejak kecil.
ADVERTISEMENT
Sebelum Indonesia merdeka, adalah masa di mana kaum perempuan dianggap tidak perlu mementingkan pendidikan karena pada akhirnya kodrat dan takdir perempuan hanyalah tentang kehidupan rumah tangga yang tak jauh dari dapur. Begitulah anggapan banyak orang pada masa itu. Namun, Rahmah El Yunusiyah mampu mematahkan anggapan tersebut. Sosoknya melekat sebagai sosok ulama perempuan yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni tentang agama hingga memperjuangkan pendidikan perempuan.
Sebagai seorang perempuan, sekalipun akan berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT), perempuan juga memiliki tanggung jawab sosial atas kesejahteraan masyarakat, agama, dan tanah airnya. Begitulah menurut pandangan Rahmah.
Rahmah memang dikenal sebagai anak yang keras hati dalam memperjuangkan keinginannya sejak kecil. Ia lahir dalam lingkungan keluarga ulama. Kakaknya, Zainuddin Labay El Yunusy, mendirikan sekolah agama yang diperuntukkan untuk laki-laki dan perempuan bernama Diniyah School. Dan di sekolah itulah Rahmah mengenyam pendidikan dengan murid laki-laki yang mendominasi.
ADVERTISEMENT
Ketika bersekolah di sana, Rahmah sangat memahami keadaan yang terjadi. Baginya, perempuan juga memiliki hak yang sama untuk belajar dan mengajar dengan laki-laki. Adanya ketidaksetaraan di sana membuat Rahma berpikir untuk mendirikan sekolah Islam khusus perempuan. Tentu saja, ini bertujuan agar perempuan dapat leluasa belajar dan tidak merasa rendah diri.
Hingga pada 1 November 1923, Rahmah El Yunusiyah mendirikan Madrasah Diniyah li al-Banat atau Diniyah Puteri yang sebagian besar terdiri dari kelompok ibu-ibu muda. Dari sini, secara gamblang, Rahmah membuktikan kalau perempuan tidak harus selalu kalah dari kaum laki-laki.
Sebelum mendirikan sekolah tersebut, Rahmah selalu berguru dengan sang kakak, Zainuddin, dan Haji Abdul Karim Amrullah yang merupakan ayahanda Buya Hamka. Tak cuma belajar soal keislaman, Rahma pun mempelajari banyak hal, seperti ilmu kesehatan, memasak, menenun, dan menjahit. Pelajaran tersebut akan disalurkan kepada murid-murid di sekolah yang ia dirikan, Diniyah Puteri.
ADVERTISEMENT
Nama Rahmah El Yunusiyah memang kurang populer dibandingkan dengan R.A Kartini yang dianggap sebagai pelopor emansipasi wanita. Tapi, dari kisah ini, kamu tidak bisa menganggap remeh Rahmah begitu saja dalam memperjuangkan hak sebagai perempuan. Ia menjadi penggerak utama kemajuan kaum perempuan di Sumatera Barat pada masa itu.
Rahmah memang sangat aktif dalam gerakan perempuan dan perjuangan pendidikan di Sumatera. Perjuangannya pun diakui secara internasional, bahkan pernah menjadi tahanan Belanda pada masa revolusi.
Berdirinya Diniyah Puteri menjadi bukti bahwa Rahmah menginkan setiap sosok perempuan yang tetap berpendidikan dan bertanggung jawab kepada kesejahteraan bangsa sekalipun mereka akan memilih untuk menjadi IRT saja.
Hingga akhirnya, nyawa terlepas dari raga. Rahmah El Yunusiyah meninggal pada 26 Februari 1969 di kota kelahirannya, Padang Panjang. Semoga perjuangan perempuan tangguh itu bisa sama dikenangnya seperti R.A Kartini.
ADVERTISEMENT