Kisah Wahsyi bin Harb, Pembunuh yang Masuk Surga (Part 1)

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
16 Juli 2020 10:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang pembunuh. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang pembunuh. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam memang tak luput dari yang namanya peperangan. Bersama dengan kaum Muslimin lainnya, Nabi Muhammad SAW berjuang untuk menegakkan nama Islam.
ADVERTISEMENT
Dalam peperangan tentu ada seseorang yang memiliki kekuatan lebih, seperti menyusun strategi atau keahlian dalam menggunakan senjata. Nah, dalam silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW, ada seseorang yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Dialah paman Nabi Muhammad dan pemimpin para syuhada.
Hamzah bin Abdul Muthalib dikenal mampu membuat ciut nyali lawan-lawannya di medan perang. Kelihaiannya menarikan pedang dan menebas para musuh sangat diakui, bahkan ia mendapatkan julukan sebagai "Singa Allah".
Namun, Hamzah gugur saat terjadinya Perang Uhud. Sebab, ada seseorang yang melemparkan tombak dan menancap tubuh kekar Hamzah. Dialah Wahsyi bin Harb al-Habsyi atau dikenal sebagai Wahsyi. Seorang pemuda yang memiliki dendam terhadap Hamzah bin Abdul Muthalib karena telah membunuh pamannya, Thu’aimah bin Adi.
ADVERTISEMENT
Dia merupakan seorang budak berkulit hitam yang mahir memainkan tombak dan berasal dari Habasyah, Ethiopia. Dia pula seorang hamba sahaya Jubair bin Muth'im, seorang bangsawan dari suku Quraisy.
Dalam kisahnya, Wahsyi pernah dijanjikan kemerdekaan baginya jika ia berhasil membunuh Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW. Namun, sebelumnya kaum Quraisy memang sudah mengambil keputusan untuk menghukum Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah membunuh kawan-kawan mereka pada Perang Badar. Maka, dibentuklah pasukan besar yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb.
Dalam kelompok itu, Abu Sufyan mengikutsertakan para wanita yang keluarganya telah terbunuh saat perang Badar. Saat itu pula, istri Abu Sufyan bin Harb, yakni Hindun binti Utbah masuk dalam daftar. Karena ayahnya, Utbah bin Rabfah telah dibunuh oleh Ubaidah bin Harits. Pamannya, Syaibah bin Rabi'ah meninggal di tangan Hamzah bin Abdul Muthalib, dan saudaranya bernama Al Walid bin Utbah pun tewas di tangan Ali bin Abi Thalib. Itulah yang membuat Hindun punya dendam terhadap kaum Muslimin.
ADVERTISEMENT
Lantas, ketika kelompok pasukan Quraisy bersiap, Jubair bin Muth'im berkata kepada Wahsyi, "Maukah engkau bebas dari perbudakan?"
"Bagaimana caranya," tanya Wahsyi.
Berkatalah Jubair, "Jika engkau berhasil membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, orang yang telah membunuh pamanmu, maka engkau aku bebaskan dari perbudakan."
Di sinilah kesempatan yang tepat bagi Wahsyi untuk membalas dendam. Dia pun menyetujui perjanjian itu. Dibawanya lembing atau tombak dan berangkatlah ia bersama pasukan Quraisy.
Di tengah pertempuran, Hindun bin Uthbah melihat Wahsyi dengan lihainya mengarahkan tombak ke lawan dan selalu tepat sasaran.
"Wahai Wahsyi, sembuhkanlah luka hati kami. Tuntutkan bela dari Muhammad atas kematian bapak, paman, dan saudara kami," ujar Hindun sembari melihat kemahiran Wahsyi melempar lembing.
ADVERTISEMENT
Tidak lama kemudian, Wahsyi melihat Hamzah maju dan merobohkan lawannya dengan pedang tanpa hambatan. Bahkan, tampak tak ada yang berani menghadang atau berdiri di hadapannya.
Apa yang terjadi dengan Hamzah bin Muthallib? Nantikan kisah selanjutnya, ya.