Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Mempelajari Pergerakan Lepengan Bumi (Part 2)
11 Oktober 2018 13:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lempengan Bumi | ShutterStock
Menurut para ilmuan, sekitar 300 juta tahun lalu di bumi ini hanya ada satu benua raksasa bernama Pangea. Benua itu kemudian perlahan-lahan terpisah menjadi Laurasia dan Gondwana. Perpisahan Laurasia dan Gondwana terjadi akibat adanya tekanan dari dalam bumi.
ADVERTISEMENT
Sekitar 65 juta tahun lalu, Laurasia pecah lagi menjadi Amerika Utara dan Euroasia. Amerika Selatan saat itu juga menjauh dari Afrika Selatan. Selanjutnya, antara 10 juta dan 20 juta tahun silam Amerika Utara dan Amerika Selatan menyatu, Benua India menyatu dengan Euroasia, dan Australia terpisah dari Antartika. Pergerakan lempeng-lempeng bumi itu pula yang kemudian menyebabkan gempa bumi.
Ketika bertumbukkan dengan lempeng benua, terdapat bagian dari lempeng samudra yang menyusup di bawah lempeng benua. Hal ini karena kerapatan masa lempeng samudera biasanya lebih keras. Zona tumbukan itu biasa disebut dengan zona subduksi. Secara umum zona subduksi adalah zona yang terdapat pada batas antar lempeng yang bersifat konvergen. Akibat perbedaan massa jenis antara kedua jenis lempeng tersebut, maka lempeng yang lebih besar massa jenisnya menunjam kebawah lempeng lainnya. Penunjaman ini terjadi di batas antar lempeng samudra dan benua atau di antara sesama lempeng samudra. Zona Subduksi adalah salah satu tempat bagi tebentuknya deretan gunung berapi dan gempa bumi.
ADVERTISEMENT
Pergerakan lempeng tektonik sendiri disebabkan oleh arus konveksi panas. Sedangkan perbedaan massa jenis ini terjadi akibat dari jenis batuan yang ada pada kedua lempeng ini berbeda. Pada lempeng samudra batuannya bersifat lebih basa daripada lempeng benua.
Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dan selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan qeseran. Pada saat batas elastisitas Iempeng terlampaui, akan terjadi pelepasan energi. Ini mirip karet yang tiba-tiba melenting. Inilah yang kemudian dirasakan sebagai gempa bumi.
Sumber : Yastodoto