Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Film “3” Layak Mendapat Apresiasi
20 Agustus 2018 20:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Film 3 merupakan film Indonesia bergenre laga yang menceritakan mengenai kehidupan Jakarta di masa depan, tepatnya di tahun 2036, diceritakan keadaan sudah sangat berbeda dari zaman sekarang, peluru sebagai senjata pembunuh adalah barang yang ilegal karena di zaman itu sudah mencapai era yang dapat dikatakan sudah damai dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
Namun, tetap saja penjahat masih ada, tetapi para penjahat yang beraksi tentulah harus menguasai bela diri dan begitu pun aparat keamanan karena peluru tajam dilarang.

Foto: Ilustrasi Film | www.pexels.com by Donald Tong
Diakui sutradara Anggy Umbara dalam diskusi film pada Kamis, 1 Oktober 2015 di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang Universitas Padjadjaran Jatinangor, judul 3 ini terinspirasi dari huruf hijaiyah alif, lam, dan mim. Alif menggambarkan lurus, lam seperti udara, dan mim ke bawah artinya merendahkan hati.
Film ini telah dipromosikan lewat world premiere pada 26 September 2015 di Kuta, Bali pada ajang Balinale International Film Festival 2015. Film ini sebenarnya tidak dibuat untuk ajang festival, tetapi karena adanya suatu tawaran maka Anggy Umabara pun menerimanya karena reputasi baik yang dimiliki Balinale, sementara Arie Untung mengatakan bahwa ini film pertama yang diproduseri olehnya, meski demikian Arie merasa yakin film ini layak mendapat apresiasi positif dari masyarakat luas.

Foto: Ilustrasi Film | www.pexels.com by Terje Sollie
ADVERTISEMENT
Film ini layak mendapatkan apresiasi yang lebih, dan bahkan menjadi film Indonesia yang go international karena jalan ceritanya yang tidak biasa. Film laga futuristik ini memiliki unsur-unsur seperti politik, sosial, dan religi. Dengan kualitas yang dimiliki film ini, maka akan menjadi ajang promosi (diplomasi) bagi Indonesia bila ditayangkan secara internasional.
Penikmat film di luar negeri akan lebih mengenali eksistensi Indonesia dengan mengetahui bahwa Indonesia pun memiliki film-film yang layak untuk ditonton. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai pecut bagi dunia perfilman Indonesia lainnya agar semakin terdorong untuk memproduksi film-film yang lebih baik lagi.
Selain itu, diadakannya world premiere juga berarti bahwa film ini akan dikonsumsi oleh publik internasional. Oleh karena itu, film ini juga berkesempatan untuk memperkenalkan karakteristik Indonesia. Walaupun film ini menyajikan cerita yang fiksional, tetapi tetap saja terdapat karakteristik yang memang merupakan khas Indonesia. Salah satunya yaitu film ini juga turut mempromosikan bela diri pencak silat. Selain itu juga terdapat juga pesantren yang merupakan salah satu pendidikan tradisional khas Indonesia.
ADVERTISEMENT