Konten dari Pengguna

Mengenal Makna Rebo Wekasan yang Dianggap Sebagai Hari Keramat

Hijab Lifestyle
All about hijab.
14 Oktober 2020 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Rebo Wekasan. Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/hp.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rebo Wekasan. Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/hp.
ADVERTISEMENT
Rebo Wekasan masuk dalam pencarian Google Trends pada Rabu, 14 Oktober 2020. Khalayak mungkin masih merasa asing dengan Rebo Wekasan yang ternyata menjadi salah satu kosa kata yang paling banyak di mesin pencari Google.
ADVERTISEMENT
Faktanya, pada hari ini (14/10/2020) bertepatan dengan hari Rabu terakhir dalam bulan Safar atau dikenal dengan Rebo Wekasan.
Sebenarnya apa sih itu Rebo Wekasan?
Rebo Wekasan adalah suatu tradisi dan budaya di Indonesia sebagai ritual pada hari Rabu terakhir dari bulan Safar atau bulan kedua dari 12 penanggalan kalender Islam/Hijriah sebelum memasuki bulan Rabbiul Awal. Konon katanya, Rebo Wekasan atau dikenal juga dengan Rebo Pungkasan merupakan "hari keramat". Sebab, sejumlah masyarakat percaya akan datang bala atau bencana dan sumber penyakit sehingga harus melakukan ritual tolak bala.
Ritual Rebo Wekasan. Foto: Sukabumi Update
Dalam tradisi Jawa, Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan adalah Rabu terakhir di bulan Safar. Sedangkan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Arba Mustamir.
Tradisi Tolak Bala di Nusantara
ADVERTISEMENT
Sebagian umat Islam di Nusantara memercayai bakal adanya hari sial pada Rabu terakhir bulan Safar. Makanya, ada banyak tradisi tolak bala yang dilakukan di berbagai daerah pada hari tersebut. Namun, sebenarnya kepercayaan seperti ini adalah tradisi masyarakat jahiliyah kuno.
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah SWT), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam al-Bukhari dan Muslim)
Dilansir dari laman NU Online, ungkapan hadis tersebut digunakan untuk meluruskan keyakinan golongan jahiliyah. Di mana pada jaman tersebut, mereka memiliki keyakinan bahwa penyakit dapat menular dengan sendirinya dan tidak bersandar pada ketentuan dari takdir Allah SWT.
Ritual Rebo Wekasan. Foto: Sukabumi Update
Di Jawa, tradisi seperti lebih banyak dilakukan terutama bagi masyarakat yang tinggal di tepi pantai. Di sisi lain, masyarakat Muslim di Aceh Selatan, mengenal tradisi "Makmegang" sebagai ritual tolak bala pada Rabu terakhir di bulan Safar.
ADVERTISEMENT
Di Bantul, Yogyakarta, tradisi tolak bala diterapkan dengan pembuatan lemper raksasa yang akan dibagi-bagikan kepada orang yang hadir dalam acara tersebut.
Lalu, sebagian umat Muslim di Kalimantan Selatan, menyikapi tradisi Rebo Wekasan dengan berbagai cara, contohnya dengan salat sunah disertai doa tolak bala.
Toleransi Tradisi Rebo Wekasan
Keyakinan seperti memercayai tradisi Rebo Wekasan juga sempat menimbulkan pro dan kontra. Tapi, hal penting yang harus digarisbawahi adalah sikap toleransi satu sama lain.
Ritual Rebo Wekasan. Foto: Sukabumi Update
Mungkin ada banyak yang memercayai tradisi Rebo Wekasan, tapi tak sedikit pula yang berpandangan sebaliknya. Namun, dengan adanya toleransi satu sama lain jelas bisa mewujudkan sikap saling memghormati.
Tapi, sebenarnya tradisi Rebo Wekasan merupakan hal yang baik. Doa yang dipanjatkan bersama sampai sedekah pun tidak macam-macam, lantaran maksud dari tradisi ini adalah doa meminta dihindarikan dari bencana kepada Tuhan.
ADVERTISEMENT