Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Malala Yousafzai, Aktivis Muslim Pemenang Nobel Perdamaian Termuda
8 Februari 2021 12:07 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang gadis muda bernama Malala Yousafzai menentang Taliban di Pakistan dan menuntut agar para wanita diizinkan untuk menerima pendidikan. Pada tahun 2012, seorang pria bersenjata Taliban menembak kepala Malala.
ADVERTISEMENT
Namun, nasib berpihak kepada gadis malang ini dua tahun setelahnya. Malala menjadi orang termuda yang menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2014. Sejak saat itu, Malala semakin dikenal di dunia dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh. Dilansir dari situs Biography.com, berikut fakta lainnya tentang Malala Yousafzai.
Siapakah Malala Yousafzai?
Malala Yousafzai adalah seorang aktivis pendidikan berasal dari Pakistan. Dia menjadi orang termuda yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian saat usianya baru mencapai 17 tahun karena dirinya tidak takut dalam menyuarakan pendidikan untuk anak perempuan, meskipun ancaman serta percobaan pembunuhan silih berganti menghampirinya.
Pada 9 Oktober 2012, seorang pria bersenjata menembak Yousafzai ketika dia dalam perjalanan pulang dari sekolah. Dia selamat dan terus berbicara tentang pentingnya pendidikan. Pada tahun 2013, gadis muda itu mendapatkan kesempatan untuk berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menerbitkan buku pertamanya berjudul I Am Malala.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Awal Malala
Malala lahir pada tanggal 12 Juli 1997, di Mingora, Pakistan, yang terletak di sebuah lembah bernama Lembah Swat. Selama beberapa tahun pertama hidup Malala, kampung halaman keluarga Yousafzai menjadi tempat wisata populer yang terkenal dengan festival musim panasnya. Daerah itu mulai berubah ketika Taliban mencoba mengambil kendali.
Aktivis Pendidikan
Malala bersekolah di sekolah yang didirikan ayahnya, Ziauddin Yousafzai. Setelah Taliban mulai menyerang sekolah perempuan di kampung halamannya, Malala berpidato di Peshawar, Pakistan, pada September 2008. Judul pidato yang disampaikan adalah “Berani-beraninya Taliban mengambil hak dasar saya untuk menerima pendidikan."
Pada awal 2009, ketika dia baru berusia 11 tahun, Malala mulai menulis blog di BBC tentang hidup di bawah ancaman Taliban yang membatasi haknya untuk memperoleh pendidikan. Dia menggunakan nama samaran Gul Makai. Namun, Malala terungkap menjadi blogger BBC pada bulan Desember di tahun yang sama.
ADVERTISEMENT
Dengan platform publik yang berkembang, Malala terus berbicara tentang haknya, dan hak semua wanita, atas pendidikan. Aktivismenya menghasilkan nominasi untuk Penghargaan Perdamaian Anak Internasional pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, dia dianugerahi Penghargaan Perdamaian Pemuda Nasional Pakistan.
Malala dan keluarganya mengetahui bahwa Taliban telah mengeluarkan ancaman kematian terhadapnya. Kendati demikian, Malala lebih takut akan keselamatan ayahnya, yang merupakan aktivis anti Taliban. Pada awalnya, dia tidak benar-benar memikirkan bahwa Taliban akan membahayakan seorang anak. Namun faktanya, Malala tetap mendapatkan ancaman dan percobaan pembunuhan.
Ditembak oleh Taliban
Pada tanggal 9 Oktober 2012, ketika Malala yang berusia 15 tahun dalam perjalanan pulang sekolah di bus, seorang pria bersenjata bertopeng naik ke dalam bus dan bertanya yang mana Malala Yousafzai. Pria misterius itu menembak ke sisi kiri kepala Malala, kemudian peluru meluncur ke lehernya. Lebih megenaskan lagi, dua gadis lainnya juga ikut terluka dalam serangan itu.
ADVERTISEMENT
Keadaan Malala sendiri sempat dalam kondisi kritis. Dia diterbangkan ke rumah sakit militer di Peshawar. Sebagian tengkoraknya diangkat untuk mengobati otaknya yang bengkak. Untuk menerima perawatan lebih lanjut, dia dipindahkan ke Birmingham, Inggris. Meskipun Malala membutuhkan beberapa operasi pada saraf wajah, dia tidak mengalami kerusakan otak yang parah. Pada Maret 2013, Malala mulai bersekolah di Birmingham.
Pidato di PBB
Sembilan bulan setelah ditembak oleh Taliban, Malala memberikan pidato di PBB pada ulang tahunnya yang ke-16 tahun 2013. Dia menyoroti pentingnya pendidikan dan hak-hak perempuan serta mendesak para pemimpin dunia untuk mengubah kebijakan mereka. Setelah serangan itu, Malala mengatakan bahwa:
ADVERTISEMENT
Penghargaan
Pada Oktober 2013, Parlemen Eropa menganugerahi Malala Hadiah Sakharov untuk Kebebasan Berpikir sebagai pengakuan atas karya dan keberaniannya. Pada Oktober 2014, Malala menjadi orang termuda yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada usia 17 tahun. Dia menerima penghargaan tersebut bersama dengan aktivis hak anak-anak dari India, Kailash Satyarthi.
Pada April 2017, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menunjuk Malala sebagai Utusan Perdamaian PBB untuk mempromosikan pendidikan anak perempuan. Dia juga diberi kewarganegaraan kehormatan Kanada pada April 2017. Dia adalah orang keenam dan termuda dalam sejarah yang menerima kehormatan tersebut.