Mengenal Perbedaan Madzi, Mani, dan Wadi dalam Islam, Kamu Sudah Tahu?

Ilustrasi air mani dan sperma. Foto: Shutterstock

Dalam Islam ada sebutan madzi, mani, dan wadi. Ketiganya merupakan cairan yang keluar dari kemaluan manusia. Namun, ketiganya pula memiliki perbedaan, dari makna hingga perlakuan terhadapnya.

Keluarnya cairan dari kemaluan manusia ini biasanya dialami oleh laki-laki maupun perempuan. Ketiga istilah tersebut dapat terjadi ketika melihat, membayangkan, atau melakukan hal-hal yang berkaitan dengan syahwat.

Lalu, apa sih sebenarnya perbedaan dari madzi, mani, dan wadi?

Menurut laman NU Online, madzi adalah cairan putih, bening, dan lengket yang keluar ketika dalam kondisi syahwat. Keluarnya madzi ini tidak hanya dialami oleh laki-laki saja, tetapi juga perempuan. Terkadang seseorang bahkan tidak menyadari keluarnya cairan tersebut. Bahkan cairan ini pun ketika keluar tidak menyebabkan lemas.

Apa sih penyebab keluarnya madzi? Madzi keluar disebabkan syahwat yang muncul ketika seseorang sedang memikirkan atau membayangkan jima' atau hubungan seksual, atau bisa juga ketika pasangan suami dan istri sedang bercumbu rayu.

Keluarnya madzi ini pun tidak hanya dialami oleh laki-laki saja, tetapi juga perempuan.

Cairan madzi ini termasuk jenis najis ringan atau najis mukhaffafah dan tidak diwajibkan untuk mandi besar dan juga tidak akan membatalkan puasa.

Namun, jika cairan madzi terkena tubuh, maka wajib untuk mencuci tubuh yang terkena air madzi. Akan tetapi, jika cairan terkena pakaian, maka cukup memercikkan air ke bagian pakaian yang terkena cairan madzi.

“Cukup bagimu dengan mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut,” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad hasan).

Selanjutnya mani. Mani adalah cairan yang keluar ketika syahwa seseorang telah mencapai puncaknya. Keluarnya cairan mani ini pun disertai pancaran atau keluar melalui muncrat, memiliki bau yang khas, dan dapat menimbulkan lemas.

Ilustrasi cairan yang keluar dari kemaluan manusia. Foto: unsplash.com

Mani atau sperma sebenarnya tidaklah najis. Tetapi, apabila seseorang mengeluarkan mani, maka wajib baginya untuk mandi besar.

“Ia (mani) sama seperti ingus dan ludah. Sesungguhnya cukup bagimu untuk mengusapnya dengan sesobek kain." (HR Daraquthi, Imam Baihaqi, dan Thahawi)

Menurut para ulama, setidaknya ada tiga hal yang membedakan mani dengan madzi dan wadi.

Pertama, baunya ketika basah seperti bau adonan roti dan tepung, sedangkan ketika mengeringa seperti bau telor. Kedua, keluarnya memuncrat. Ketiga, akan terasa nikmat ketika sudah keluar dan setelahnya melemahlah buah zakar dan syajwat.

Mani dapat keluar dari laki-laki dan perempuan dan dapat perbedaan di antara keduanya. Mani laki-laki berwarna putih dan bertekstur kental, sedangkan mani perempuan berwarna kuning dan encer.

"Sesungguhnya air mani laki-laki kental dan (berwarna) putih, sementara air mani perempuan encer dan (berwarna) kuning." (HR Muslim)

Sedangkan wadi, adalah cairan cairan putih dan kental yang keluar dari kemaluan setelah buang air kecil atau kencing. Cairan wadi pun tidak berbau. Kekentalannya mirip mani, tetapi dari sisi kekeruhannya berbeda dengan mani. Keluarnya wadi pun biasanya setetes atau dua tetes, bahkan bisa saja lebih.

Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan, kemudian berwudu jika hendak salat. Namun, apabila cairan wadi terkena badan, maka membersihkannya adalah dengan dicuci.

Ada suatu hadis dari Ibnu Abbad, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang wadi dan madzi, "Basuhlah zakarmu dan berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk salat."

Nah, itulah perbedaan antara madzi, mani, dan wadi. Ketiganya sama-sama cairan yang keluar dari kemaluan, tetapi memiliki banyak perbedaan.