Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Pemikiran Baru Pada Masa Renaisans (Bagian 1)
17 Oktober 2018 16:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masa renaisans bagi sebagian orang merupakan awal mula kebangkitan dari keterbelakangan zaman. Di belahan bumi bagian Barat, khususnya Eropa, renaisans adalah masa penting dalam perkembangan kebudayaan umat manusia Itu sebabnya ada tiga penyebutan zaman yang menjadi penentu masa depan manusia ini.
ADVERTISEMENT
Pertama, The Dark Age atau masa kegelapan, penyebutan ini lebih sering diucapkan umat Islam sebagai cara pandang mereka melihat keterbelakangan di Eropa. Kedua, Abad Pertengahan. Ketiga, yakni Renaisans yang mengandung arti pencerahan atau disebut juga aufklarung.
Memasuki abad pertengahan yang berarti juga masa renaisans, masyarakat Eropa sudah mengalami kejenuhan atas cara hidup yang serba diatur oleh dogma. Setiap keputusan ditentutan boleh tidaknya oleh gereja. Mereka yang menemukan cara pandang baru atas kehidupan dianggap menentang gereja.
Foto: Venesia di Italia, Pusat Renaissans | www.pexels.com by Anastasiya Lobanovskaya
Sampai-sampai pemikiran baru mengantarkan pemikirnya menuju kematian akibat kuatnya kekuasaan gereja menentukan benar atau salah. Seperti yang terjadi pada Giordano Bruno, ia menganggap jagat raya itu tidak terhingga. Akibat pemikiran jagat raya itulah Gereja Roma membakarnya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut terjadi karena pada masa renaisans muncul tokoh pemikir baru dan seniman besar. Para tokoh itu kemudian menggugah cara pandang masyarakat Eropa khususnya pada abad pertengahan. Keyakinan baru mengenai kosmologi salah satu penentu awal mula abad renaisans. Kosmologi didasarkan pada teori Ptolomeus bahwa bumi adalah pusat alam raya. Planet lain mengelilingi bumi termasuk matahari.
Selanjutnya, oleh Nicholas Copernicus teori tersebut semakin dikembangkan menjadi semakin rumit. Sistem copernican ini menjadi peletak konsep dasar bagi pemikir selanjutnya seperti Brache dan Kepler. Cara pandang berubah dari asalnya merujuk pada kebenaran versi gereja berkembang menjadi ilmu dari sebab-sebab gejala alam. Ini mempengaruhi karya seni yang terinspirasi dari kekayaan alam.
Foto: Seni Pada Masa Renaisans Mengalami Perkembangan | Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Tema lukisan tidak lagi merujuk pada keagamaan, tetapi meluas pada manusia sebagai objek. Karya lainnya terlihat pada karya Jan van Eyck, Pieter Brugel, dan Donatello. Luaran dari karya seni mereka merepresentasikan alam sebagai penanda. Renaisans juga melahirkan ide humanisme. Adalah Petrarca, penyair yang mengembangkan humanisme, atau paham yang intinya "memanusiakan" manusia. Humanisme juga mengatur ajaran kehidupan pribadi sampai pengaturan negara. Pusat dari humanisme ada di Florence, Italia. Di Platonic Academy tepatnya, akademi tersebut didirikan keluarga Medici pada 1462. Keluarga Medici merupakan keluarga bangsawan kaya yang berpengaruh pada masa itu.
Humanisme kemudian berpengaruh pada perkembangan kebudayaan, sastra, filsafat, dan sains. Meski demikian, tidak semua kebiasaan gereja menjadi hilang. Ada juga yang bertahan seperti penggunaan Bahasa Latin. Sebab Bahasa Latin digunakan juga oleh para pemikir, budayawan, dan ilmuwan. Berbagai penemuan membutuhkan alat komunikasi yang bisa dimengerti oleh masyarakat. Dengan menggunakan Bahasa Latin, berbagai penemuan dapat berkembang.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Widagdo. 2011. Desain dan Kebudayaan. Bandung: Penerbit ITB.