Konten dari Pengguna

Pengaruh Budhisme Di Kepulauan Indonesia Abad Ke-5 Sampai Abad Ke-16 (Part 2)

Hijab Lifestyle
All about hijab.
19 Agustus 2018 18:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masa antara abad ke-7 dan ke-10 merupakan masa yang penting bagi pengetahuan kita tentang penyebaran Budhis ke Indonesia karena selama masa ini Budhis mencapai puncak kemenangan di Jawa Tengah walaupun secara paradoks kenyataan historis dari apa yang tampil sebagai pusat Budhis terbesar di Kepulauan Indonesia menunjuk Sumatera Selatan di Kerajaan Sriwijaya di ibukotanya yang dipercaya terletak di situs Palembang yang sekarang di Sungai Musi, yang merupakan sebuah pusat yang termashur dari studi Budhis pada perkembangannya di abad ke-7. Aliran Hinayana yang lebih keras dari Budhisme pertama kali disebarkan pada abad ke-5 di Sumatera Selatan dan mungkin Jawa dan kemudian digantikan oleh Budhisme Mahayana dengan panteonnya yang kaya akan para Budha.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Budhisme Di Kepulauan Indonesia Abad Ke-5 Sampai Abad Ke-16 (Part 2)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi Budhisme | Pixabay.com
Sementara para Bodhisatwa dengan praktek-praktek magis dari sekte-sekte Tantris yang dikenal telah memengarihu penyembahan-penyembahan Budhis di Indonesia dalam memberi sumbangan lebih jauh pada daya tarik Mahayana kepada masyarakat yang sadar akan misteri-misteri dari magis hitam dan putih. Sarjana-sarjana I-Tsing tinggal di sana pada tahun 672 dalam perjalanannya ke India, juga pada perjalnan pulangnya ke Cina pada tahun 685, lebih dari seribu dari mereka pada masa kunjungan I-Tsing dan belajar bahasa Sanskrit dan diterjemahkan ke dalam bahasa mereka.
Sampai pada keruntuhannya di abad ke-13, Sriwijaya memiliki hubungan-hubungan yang luas meskipun tidak semuanya penuh dengan kedamaian, dengan kerajaan-kerajaan di utara dan selatan di India bahkan dengan Cina dan negara-negara di benua Asia Tenggara. Ikatan-ikatan dekat dikokohkan dengan pusat dari dunia Budhis terutama di kota biara Nalanda (di Bihar, timur Benares), pada abad ke-9 seorang raja dari Sriwijaya, yaitu Balaputra, keturunan dari Budhisme, mendirikan sebuah biara di Nalanda, kemungkinan sebagai tempat penginapan dari musafir yang datang dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Budhisme Di Kepulauan Indonesia Abad Ke-5 Sampai Abad Ke-16 (Part 2) (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi Budhisme | Pixabay.com
Seorang pengganti Balaputra pada abad ke-10 dikenal telah mendirikan sebuah biara di selatan India di Colamandala, yaitu daerah penting bagi hubungan-hubungan budaya Indonesia serta hubungan perdagangan dengan India, kesaksian yang ditinggalkan oleh Sumatra memang membingungkan dengan kekayaan monument serta patung yang dilestarikan di Jawa dari masa berkembangnya Budhisme, diantara peninggalan Budhis di Sumatera adalah puing-puing dari beberapa stupa di Muara Takus di Tanah Tinggi Padang, sebuah patung granit besar dari Budha dan beberapa patung batu lainnya yang sekarang masih berdiri di Palembang.
Tanah-tanah dari desa Kalasan dekat Yogyakarta sekarang memperlihatkan peninggalan sebuah biara dan Candi Budha yang dipersembahkan bagi Dewi Tara, mungkin untuk menghormati pendirian istri raja yang telah meninggal yang memiliki nama yang sama, sebuah arca Dewi Tara dibuat oleh para ahli dan juga candi untuknya serta sebuah tempat tinggal bagi para biarawan peminta-minta yang dihormati dalam syairnya pada Mahayana dari Winaya.
ADVERTISEMENT
Candi Kalasan, adalah sebuah contoh yang sangat indah dari keterampilan yang halus dari seni Jawa Tengah dan hingga sekarang masih berdiri di jalan besar yang menghubungkan Yogyakarta dengan Surakarta walaupun patung yang besar dari dewi yang berada di tengah dikatakan telah hilang, dapat disimpulkan bahwa bagian luar dari candi sekarang bukanlah bangunan yang asli tetapi hasil renovasi kemudian.
Sumber: Hot, Claire. 1999. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia.Yogyakarta: MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia)
Abimanyu, Soedjipto. 2013. Babad Tanah Jawi. Yogyakarta: Laksana.