Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pers Indonesia Masa Hindia-Belanda-2
20 September 2018 21:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hal ini berarti bahwa pers Belanda juga tidak terjamin, kehidupan pers zaman dahulu itu teramat sulit dan melarat sampai tahun 1906. Barulah setelah dikeluarkan Indische Staatsregeling kehidupan pers Belanda terjamin, namun tidak demikian dengan kehidupan pers pribumi yang haknya belum dilindungi undang-undang.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu singkat pers kemudian berkembang meskipun dipengaruhi oleh pers Belanda dan Melayu-Tionghoa di Indonesia, dan menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah Hindia-Belanda untuk menerbitkan sendiri surat kabar berbahasa Melayu yang cukup memadai disertai pemberitaan yang baik.
Sementara ciri-ciri pers berbahasa Melayu ialah lingkungan pembacanya yang dituju atau yang menjadi langganan. Pertama, surat kabar yang berisi berita atau karangan hanya seputar golongan keturunan Cina seperti yang terjadi dengan surat kabar yang terbit di Jakarta, Surabaya, dan beberapa yang terbit di Semarang.
Foto: Ilustrasi Pers | www.flickr.com by Aftab Uzzaman
Kedua, surat kabar berbahasa Melayu, yang dibiayai dan dikerjakan oleh orang-orang Cina tetapi pembacanya merupakan penduduk pribumi. Ketiga, jelas merupakan surat kabar yang terutama dibaca oleh kedua golongan itu.
ADVERTISEMENT
Menurut Douwes Dekker, secara kronologis surat kabar berbahasa Melayu yang tertua yaitu Bintang Soerabaja (1861). Isinya selalu menentang pemerintah dan berpengaruh di kalangan orang-orang Cina dari partai modern di Jawa Timur. Surat kabar di Surabaya yang senada yaitu Pewarta Soerabaja (1902), pembacanya yang terbanyak ialah golongan Cina.
Foto: Ilustrasi Surat Kabar | www.flickr.com by Dave Crosby
Pemimpin redaksi kedua surat kabar itu masing-masing ialah Courant dan H.Hommer. Pada saat itu, salah satu surat kabar yang terpenting ialah Kabar Perniagaan, yang didirikan oleh perusahaan Cina di Jakarta pada tahun 1902. Redaksinya ialah seorang Indonesia dan seorang Cina, yaitu F.D.J. Pangemanan dan Gow Peng Liang.
Kemungkinan besar pembaca surat kabar itu tersebar luas di seluruh Jawa dan menyuarakan cita-cita gerakan Cina modern. Di Bogor juga terbit mingguan oposisi Ho Po di bawah pimpinan Tan Tjien Kie.
ADVERTISEMENT
Setelah orang-orang Belanda dan Cina memelopori usaha dalam bidang penerbitan pers, orang bumiputera juga tergugah untuk terjun dalam bidang jurnalistik, terutama setelah berdiri organisasi-organisasi yang bersifat kebangsaan dan keagamaan. R.M. Koesoemo Oetoyo dapat disebut sebagai orang pertama Jawa yang menerbitkan surat kabar, yakni Pewarta Prijaji.
Surat kabar ini terbit untuk pertama kalinya pada pertengahan 1900. Surat kabar ini memuat artikel-artikel yang berhubungan dengan dunia priyayi, isi Pewarta Priyayi mendorong masyarakat priyayi agar mengetahui berbagai aturan yang harus dijalankan, baik oleh kalangan priyayi sendiri maupun masyarakat umum
Artikel surat kabar ini menambah pengetahuan para priyayi sebagai bekal menjalankan tugas sebagai pegawai pangreh raja, dan hal-hal terkait dengan masyarakat dan kebudayaan Jawa. Surat kabar ini berhenti terbit pada pertengahan 1903 karena pemimpin redaksinya terlampau sibuk dengan jabatannya sebagai Bupati Ngawi,
ADVERTISEMENT
Sumber
Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian, ed. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah. Jilid 5. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta: Hasta Mitra.
Ananta Toer, Pramoedya. 2003. Sang Pemula. Jakarta: Lentera Dipantara.
Effendi Siregar, Amir. 1983. Pers Mahasiswa Indonesia Patah Tumbuh Hilang Berganti. Jakarta: PT Karya Unipress.
Maters, Mirjam. 2003. Dari Pemerintah Halus ke Tindakan Keras: Pers Zaman Kolonial Antara Kebebasan dan Pemberangusan 1906-1942. Jakarta: Hasta Mitra.
Negoro, Adi. 1949. Falsafah Ratu Dunia. Jakarta: Balai Pustaka.
Riza Hidayat, Andi. “Kata ‘Merdeka’ Pertama Terbit di Medan”. Kompas, Jumat, 12 September 2008.
Smith, Edward Cecil. 1986. Pemberedelan Pers di Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers.
ADVERTISEMENT
Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2009. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.