Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pers Indonesia Masa Hindia-Belanda-7
20 September 2018 21:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Domei Press mengurus Sumatera Shinbun dengan kerja sama surat-surat kabar lokal domestik di Jepang. Surat-surat kabar tersebut berisi hal-hal penting yang berhubungan dengan perkembangan pemerintahan militer sehari-hari. Asahi Press (Tokyo) memiliki simpanan surat kabar Djawa dan Borneo Shinbun sejak awal penerbitan 8 Desember 1942 sampai 20 Maret 1945.
ADVERTISEMENT
Mainichi Press (Tokyo) menyimpan surat kabar Celebes Shinbun untuk waktu yang sama. Mengenai dua penerbitan berkala lainnya saya kira tidak bisa ditemukan di Tokyo.”
Lima surat kabar berikut ini yang diterbitkan Jepang untuk Jawa: Asia Raya di Batavia, Tjahaya di Bandung, Sinar Baru di Semarang, Sinar Matahari di Yogyakarta, dan Suara Asia di Surabaya.
Setiap daerah administratif memiliki majalah mingguan, Syu Shinbun. Ada satu surat kabar dalam bahasa Indonesia, Kung yung Pao, dan satu dalam bahasa Cina, serta majalah bergambar dalam bahasa Jepang dan Indonesia, Djawa Baru. Peredaran di Jawa diperkirakan 80.000 eksemplar untuk semua surat kabar, 5.000 atau kurang untuk majalah distrik.
Foto: Ilustrasi Pers | www.flickr.com by Aftab Uzzaman
ADVERTISEMENT
Hal yang sama berlaku di pulau-pulau lain. Di samping itu, ada pula sejumlah lain surat kabar dan majalah yang terbit dengan mengatasnamakan perkumpulan atau organisasi, kampung halaman, dan tentu saja dalam bentuk umum. Beberapa yang termasuk dalam surat kabar organisasi adalah Medan Rakyat, Suara Sumatra Thawalib, Pahlawan Muda, Suara Muhammadiyah, Keris, Bahtera, Abuan Guru, Adabiah, Taman Priyayi, Pemimpin Nagari, dan banyak lainnya.
Pertumbuhan dan perkembangan pers bumiputera di Indonesia pada masa Hindia-Belanda dapat dikatakan sebagai akibat dari pemerintahan itu sendiri selain karena liberalisme berkembang di Eropa yang kemudian berkembang di dunia pers, sementara kematian sebagian besar surat kabar daerah lebih banyak disebabkan oleh masalah finansial.
Pers merupakan salah satu organ terpenting dalam tiap zaman karena pengaruhnya teramat luas di bidang demokrasi dan propaganda, dalam perkembangan pers daerah, tokoh-tokoh yang berpengaruh tidak jarang berhadapan dengan pemerintah Hindia-Belanda dari sidang di pengadilan.
ADVERTISEMENT
Hukuman juga bisa berupa penjatuhan hukuman tahanan atau buangan akibat kritisnya tulisan-tulisan mereka sebagai manifestasi dari perjuangan untuk meraih kemerdekaan, mereka menyadari bahwa pers merupakan salah satu alat terpenting dalam perjuangan.
Foto: Ilustrasi Surat Kabar | www.flickr.com by Dave Crosby
Ilmu pers dan jurnalistik menyampaikan berita dengan berbagai cara didukung dengan aktivis pergerakan yang memiliki reputasi sebagai golongan terpelajar yang juga memiliki kemampuan menulis dengan ketajaman pena hingga membuat banyak orang tergugah oleh semangat nasionalisme sampai-sampai pemerintah Hindia-Belanda menindak mereka karena dari pemberitaannya, sudut pandangnya mengandung politik.
Dalam isinya sudah terdapat subjektivitas dan propaganda. Kemudian orang mulai mengerti betapa besar dampak propaganda bagi pemerintahan negara saat itu selain disebabkan oleh terbukanya rahasia-rahasia politik, pemberitaan membuat orang mempelajari nasionalisme yang ditulis rapi namun mengandung kekuatan sugesti. Perkembangan pers daerah juga tidak terlepas dari peran penduduk bangsa asing seperti Belanda, Arab, India, atau Tionghoa tanpa diketahui dengan pasti apakah mereka itu semuanya telah memiliki semangat nasionalisme.
ADVERTISEMENT
Sumber
Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian, ed. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah. Jilid 5. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta: Hasta Mitra.
Ananta Toer, Pramoedya. 2003. Sang Pemula. Jakarta: Lentera Dipantara.
Effendi Siregar, Amir. 1983. Pers Mahasiswa Indonesia Patah Tumbuh Hilang Berganti. Jakarta: PT Karya Unipress.
Maters, Mirjam. 2003. Dari Pemerintah Halus ke Tindakan Keras: Pers Zaman Kolonial Antara Kebebasan dan Pemberangusan 1906-1942. Jakarta: Hasta Mitra.
Negoro, Adi. 1949. Falsafah Ratu Dunia. Jakarta: Balai Pustaka.
Riza Hidayat, Andi. “Kata ‘Merdeka’ Pertama Terbit di Medan”. Kompas, Jumat, 12 September 2008.
Smith, Edward Cecil. 1986. Pemberedelan Pers di Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers.
ADVERTISEMENT
Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2009. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.